Partikel 34

41K 7.1K 786
                                    

"Good morning!!!"

Rasanya pagi ini berbeda dari pagi-pagi sebelumnya, sangat ceria dan penuh semangat.

"Morning. Wah, semringah amat muka lo, Ya. Kayak habis dapat doorprize," sahut Lina yang sedang duduk bareng Devina. Kalau mereka sudah duduk berdampingan, itu tandanya mereka dalam mode akur.

"Gue emang lagi senang," kataku menebarkan senyuman.

"Curiga gue sama Yaya, Sista Dev." Netra Lina mengarah pada Devina yang sedang memperhatikanku.

"Eike jugria. You kenapose smile terusan, Ya?"

"Dilarang kepo," kekehku, menggerakkan telunjuk ke arah bibir. "Gue bikin teh dulu deh." Langkahku terasa enteng ketika menuju pantry.

Dering ponsel menjadi salah satu yang kutunggu pagi ini. Dan notifikasi atas nama Mr. KBBI berhasil membuat senyumku mengembang sempurna.

Mr.KBBI : Kamu di mana?

Yaelah, Pak. Ngucapin good morning dulu kek. Ini gak ada basa-basi manisnya.

Me : Kantor. Kenapa?

Mr.KBBI : Oh, sudah berangkat. Tadinya mau saya jemput.

Me : Telat.

Tuh, kan. Pesanku tidak lagi berbalas. Kumasukkan kembali ponsel ke dalam tas. Melanjutkan tujuanku pergi ke pantry, yaitu menyeduh teh manis yang tidak terlalu manis. Karena selain maniak keju, teh juga salah satu minuman yang kusukai.

"Tapi Sista Dev, yang sering muncul di mimpi gue itu Lee Min Ho bukan pacar gue. Gue takutnya jodoh gue Lee Min Ho bukan Rian. Kan kasihan kalau gue ngadain resepsi di Korea, lo gak punya ongkos buat datang ke sana nanti."

Saat aku kembali ke resepsionis, Lina sedang mengoceh panjang lebar dan Devina yang memutar bola mata malas mendengarkan ocehan Lina. Antara Lina dan Devina sepertinya mulai berkibar bendera perang.

"You halunisasi bangau, Lilin. You tinta usah melayang-layang jauhari deh," balas Devina.

Aku duduk menyimak sambil meniup-niup teh yang masih panas.

"Yeh, gue cuma berusaha mencari kebenaran soal artikel jodoh dari lo. Di partikel ke empat disebutkan mintalah petunjuk lewat salat istikharah. Semoga dibukakan jalan agar anda berjodoh dengan orang yang anda harapkan," balas Lina meletup-letup.

"Ember you salat udin berapose kali?"

"Sekali doang, sih." Jawaban Lina diakhiri dengan sebuah cengiran jenaka.

"Kalian ngomongin apa sih?" Aku coba menginterupsi.

"Partikel jodoh yang ada di artikel itu, Ya." Lina yang menjawab. Ia seenaknya mengulurkan tangan, mengambil teh milikku dan menyeruputnya sedikit.

"Artikel itu gak usah lo percaya, Lin."

"Tiga point pertama itu, gue rasain sama Rian, Ya. Cuma yang keempat ini, nih. Yang belum gue percaya."

"Istikharahnya harus istiqomah kali, Lin. Nggak cukup sekali doang."

"Eh, Lilin. You salat 5 waktu ajija sukria sundel bolong. Makaroni God beloman kabul doa you."

"Nah, itu!" kekehku geli.

*****

Mr. KBBI : Saya di depan.

Netraku melotot sempurna membaca pesan dari Dheo. Segera saja aku menurunkan Zayn dari pangkuanku, dan berlari kecil untuk membuka pintu.

Senyumku hampir mengembang, namun kutahan dengan sekuat tenaga. Aku harus berlaga serius. "Selamat malam, Pak Dheo. Silakan sebutkan tujuan anda malam-malam datang ke rumah saya!"

Partikel Jodoh (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang