Well, seperti judul partnya. Ini repost karena ada revisi pada bagian penyakit Mami Tayo.
Terima kasih bu dokter yang selalu kasih masukan avemaurie ❤
Bersiaplah menjadi saksi wkwkwk kira-kira tebakan siapa yang benar?
Happy reading^^
💍💍💍
Hanya akan ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, Dheo akan mengeluarkan kalimat pedas dan sesingkat-singkatnya. Kedua, dia akan mengabaikanku. Kemungkinan kedua sepertinya jauh lebih masuk akal mengingat sikap yang ia tunjukan kemarin malam.
Perasaanku yang pasti gelisah. Sebentar lagi, harga diriku di depan Dheo akan jatuh berceceran.
Devina memberiku alamat kantornya, tapi aku tidak mungkin berani menampakkan wajahku di sana. Itu sama saja bunuh diri. Harusnya aku melakukan aksiku di tempat sepi. Agar tidak ada orang yang mendengar.
Kedua, Devina memberiku pilihan menemui Dheo di rumah sakit tempat Tante Yurike dirawat. Tapi aku pun kembali ragu, karena di sana pasti akan ada Nadia. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali menemuinya di Starbucks malam ini, awalnya kupikir dia tidak ada di sana karena harus menjaga ibunya, ternyata malam ini dia duduk di tempat yang sama seperti kemarin malam.
Kembali memesan caramel macchiato yang pasti akan berujung diminum oleh Devina. Aku menunggu pesanan di meja kosong yang cukup jauh dari meja Dheo. Posisi Dheo duduk itu membelakangi meja counter, hingga bisa kupastikan ia belum melihatku.
Setelah mendapatkan caramel macchiato, aku langsung menghampiri Dheo.
"Hai," aku menyapa ragu. Aku coba membaca gurat wajah yang ia tampilkan ketika menoleh ke arahku. Ada satu kebimbangan yang tersirat. Kali ini Dheo tidak membuka laptopnya, ia duduk melamun ditemani kopi panasnya.
"Ketemu lagi sama kamu," sambungku pura-pura kaget. Aku duduk di depannya tanpa diminta, sementara dia memperhatikan gerak-gerikku dengan mata menyipit dan satu alisnya menukik tinggi. Wah, seram.
"To the point saja, saya tahu kamu sengaja ke sini."
Tiba-tiba saja untuk pertama kalinya jantungku berdebar. Rasa gugup mendominasi hingga telapak tanganku berkeringat. Beberapa kali aku meneguk saliva terutama saat melihat tatapan yang disematkan Dheo padaku. Dia sangat serius menanti jawaban.
Gue harus ngomong apa ini?
"Wah, jadi pengacara itu sudah paham situasi dan kondisi, ya?"
Ia hanya mengatupkan mulutnya.
"Yo?" panggilku gemeteran. Serius, sensasi nembak cowok kali ini lebih menantang daripada saat kuliah dulu. Ini mungkin akan menjadi hari terburuk bagiku.
"Hmm."
Menarik napas sebanyak-banyaknya. Aku menggigiti bibir bawahku, sementara Mr. KBBI semakin keheranan.
"Saya-suka-sama-kamu."
Percayalah, kalau aku mengatakan empat kata kampret itu tanpa jeda dan intonasi yang super cepat dan pelan. Aku hanya berharap Dheo tidak mendengar. Dan jika ia tidak mendengar, kuharap ia tidak memintaku untuk mengulang kalimat tadi.
Beberapa detik, Dheo tidak bereaksi. Aku semakin menciut seraya menunduk dalam. Kuremas jari-jariku yang berada di bawah meja. Debar jantung yang kian berpacu cepat membuatku ingin segera keluar dari tempat ini dan menghirup udara bebas.
"Kamu sehat?"
Damn! Setelah terdiam cukup lama, dua kata itu keluar dari bibirnya sebagai respons dari kalimatku. Dalam posisi menunduk, mataku menoleh ke kanan dan ke kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partikel Jodoh (Terbit)
ChickLit#terbit #ranspublisher #penerbitroadsunset TERSEDIA DI TOKO BUKU DAN ONLINE STORE LAINNYA Gamalea Luvitara, 25 tahun. Seorang owner WO tapi dia sendiri belum nikah. Nadheo Pandukusuma, 31 tahun. Jadi pengacara yang banyak menangani kasus perceraian...