DHEO
Kesehatan Mami menjadi prioritasku. Berapa pun biaya yang harus aku keluarkan, tidak menjadi masalah. Asalkan Mami kembali sehat dan hidup jauh lebih baik. Transplantasi donor ginjal menjadi jalan terbaik yang akan kuambil. Namun hingga saat ini, masih belum ada donor yang cocok untuk Mami.
Hari ini dokter Pras, dokter yang selama ini merawat Mami mengajakku bertemu. Katanya ada hal penting yang ingin ia sampaikan terkait transplantasi donor ginjal untuk Mami. Sangat berharap, jika berita itu merupakan berita yang baik.
"Begini, Yo. Ada berita baik sekaligus buruk yang sudah saya terima melalui email. Berita buruknya, ada salah seorang pendonor dari Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura. Namun setelah memastikan kondisi pendonor tersebut, ternyata takdir berkata lain. Pendonor tidak jadi mendonorkan ginjalnya karena alasan pribadi."
Aku menyimak dengan serius penjelasan dokter Pras. Ada perasaan khawatir mendengar kabar buruk itu, takut jika terjadi sesuatu kepada Mami. Dokter Pras menjeda sejenak, ia mengecek ponselnya lebih dulu sebelum melanjutkan ucapannya.
"Namun berita baiknya, rumah sakit di Leiden, Belanda. Meminta mami kamu bersiap untuk berangkat ke sana. Pihak rumah sakit menginformasikan adanya kecocokan dari seorang pendonor untuk mami kamu. Bagaimana menurutmu, Yo?"
Penjelasan dokter setidaknya membuat napasku berhembus lega. Sekian lama menunggu, akhirnya ada sebuah kepastian dan harapan. Harapan untuk Mami sembuh dan sehat kembali.
"Saya ingin yang terbaik untuk Mami. Terlepas berapa pun biayanya, di mana pun tempatnya, akan saya lakukan untuk kesembuhan Mami."
"Baiklah kalau kamu setuju," jawab dokter Pras. "Tapi sebelum berangkat, saya ingatkan lagi ke kamu, Yo. Bahwa donor organ itu risikonya adalah reaksi penolakan tubuh penerima terhadap organ donor. Sehingga bisa saja tetap minum obat *imunosupresan untuk menurunkan reaksi penolakan. Dan juga membutuhkan waktu untuk pemulihan pasca operasi."
"Kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan itu?"
"Bisa saja dalam waktu enam bulan. Tapi, itu bisa lebih bisa kurang. Pastikan mami kamu bahagia dan selalu dampingi beliau."
Sejenak merenungkan jawaban dari dokter Pras. Enam bulan jelas bukan waktu yang sebentar. Keputusan harus benar-benar dipertimbangkan dengan matang. Dan keputusan itu sudah kupikirkan jauh-jauh hari. Namun memang, tadinya aku memprediksi hanya tiga sampai empat bulan saja waktu pemulihannya. Ternyata bisa sampai enam bulan.
"Bagaimana, Yo?" Teguran dokter Pras membuyarkan lamunan.
"Saya akan tetap membawa Mami ke sana," putusku yakin.
"Baik kalau begitu. Untuk informasi selanjutnya, nanti saya kabari lagi. Untuk sekarang, jaga baik-baik kondisi kesehatan mami kamu sebelum berangkat ke Leiden."
"Baik, Dok. Saya permisi."
"Silakan."
Keluar dari rumah sakit, tujuan berikutnya adalah rumah Mami. Berita ini harus aku sampaikan padanya. Saat aku datang, Mami sedang duduk sendirian di ruang keluarga lantai atas. Aku langsung bergabung dengannya.
"Dokter bilang apa, Mas?"
"Kita pergi ke Belanda ya, Mi. Mami bisa operasi tranplantasi ginjal di sana."
Gestur tidak setuju langsung Mami perlihatkan. "Kenapa harus jauh-jauh ke sana? Kenapa nggak di Jakarta saja? Banyak rumah sakit di sini, Mas. Banyak dokter terbaik juga," ujarnya ngotot.
Wanita yang menatapku nanar saat ini adalah Wonder Woman terkuat yang pernah ada di bumi. Dia tidak pernah mengeluh walaupun penyakit yang terus menggerogotinya setiap hari, hingga kondisi badannya yang kian ringkih dan lemah. Namun di balik itu semua, Mami tetaplah wanita yang paling berharga bagiku. Berkat doa dia, aku ada di sini dengan semua kesuksesan yang kudapat. Karena itu, meski jasanya tidak akan mampu kubayar, minimal aku bisa mengupayakan yang terbaik demi kesembuhan Mami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partikel Jodoh (Terbit)
ChickLit#terbit #ranspublisher #penerbitroadsunset TERSEDIA DI TOKO BUKU DAN ONLINE STORE LAINNYA Gamalea Luvitara, 25 tahun. Seorang owner WO tapi dia sendiri belum nikah. Nadheo Pandukusuma, 31 tahun. Jadi pengacara yang banyak menangani kasus perceraian...