Partikel 2

57K 7.2K 291
                                    

Sepertinya aku tidak bisa pake jadwal. Karena kalau sedang santai bawaannya pengdn nulis abis itu langsung update wkwk lain lagi kalau sibuk, buka wattpad ada mana pernah bisa :(

Komen yang banyak dong 😎

Happy reading❤

💍💍💍

Namanya Siti Badariah, biduan dangdut yang beruntung karena dinikahi pengusaha muda yang kaya raya. Mungkin sampai tujuh turunan pun harta keluarga ini tidak akan habis saking banyaknya. Biduan satu ini memang rewel, pantas jika Lina memilih melambai tangan ke kamera di belakang layar daripada di depan layar pada saat pernikahan Siti Badariah esok lusa.

"Jadi gimana, Mbak?" Dia bertanya padaku dengan nada menuntut.

"Begini, Mbak. Sesuai harga dan sesuai paket yang sudah kita sepakati. Bahkan Mbak udah deal soal warna dekorasi dan pelaminannya. Jadi, kalau misalnya konsepnya diubah, apa yakin hasilnya akan seratus persen maksimal?"

"Masih ada waktu sampai besok," cetusnya tanpa pikir panjang.

Dia pikir teamku punya kekuatan seribu tangan yang bisa mengerjakan semuanya secepat kilat? Oh, tidak semudah itu, Ferguso. Semua harus dikerjakan dengan penuh kehati-hatian. Jika dikerjakan dengan asal-asalan tetap saja teamku yang disalahkan. Ah pasal satu ayat satu, pembeli selalu menang.

"Kalau besok, saya yakin akan keteteran, Mbak."

"Kenapa keteteran? Team Mbak Yaya kan banyak. Yang pegang dekorasi, siraman, catering itu bukan cuma satu orang kan? Saya sudah bayar WO Mbak mahal lho, masa hasilnya mengecewakan gini."

Mudah berbicara, tapi tidak mudah menghargai. Manusia memang seperti itu tabiatnya. Demi kelanggengan usaha wedding organizer Mama, aku siap menampung stok sabar lebih banyak lagi.

Mama, doakan anakmu menjadi power rangers pink yang tangguh.

Dan Mama akan selalu jawab; doa Mama menyertai kamu, Yaya.

Mari hadapi Siti Badariah bersama-sama.

"Memang Mbak Siti mau dekorasinya warna apa?"

"Tirainya harus gold dan silver," katanya judes.

Kalau begitu gantungkan saja perhiasan emas yang dimilikinya atau yang dimiliki keluarga calon suaminya. Aku yakin, seratus karat emas sudah pasti dimiliki mereka. Habis itu aku curi emas-emas itu biar Siti Badariah jatuh miskin.

"Baik. Saya akan hubungi orang kantor. Suruh mereka nyari warna yang Mbak inginkan."

"Pokoknya harus dapat warna itu hari ini juga."

Untung sabar!

Aku meminjam ponsel Lina untuk mencoba berkoordinasi dengan PIC bagian dekorasi. Memintanya mencarikan warna yang diinginkan Siti Badariah. Keberuntungan berpihak sebab tirai yang diinginkan Siti Badariah belum dipesan orang yang menikah juga di hari esok.

"Oke. Lo bawa ke sini ya, Vi. Gue tunggu. Gak pake lama."

"Oke, Mbak."

"Gimana, Mbak?" Belum lima detik aku menutup telepon sudah diteror saja.

"Ada, Mbak. Nanti ada yang nganterin ke sini. Kalau begitu saya permisi, Mbak. Harus pantau dua tempat lagi nih."

"Oke."

Akhirnya bisa melepaskan diri dari Siti Badariah. Aku langsung menghampiri Lina yang sedang memperhatikan anak buahnya mendekorasi pelaminan.

"Lin?" Aku menghampiri Lina dan mengembalikan ponselnya.

Partikel Jodoh (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang