LIMA PULUH SATU

19.4K 274 8
                                        

"Ayo kita ke rumah sakit lagi"
"Ayo dad"
Setelah beberapa menit,sampailah di rumah sakit dan kami pun melihat sesuatu yang tidak kami duga.

Michael dia sedang mencoba menyekap kakak nya Renny. Sontak membuat Razita berlari dan mendorong Michael hingga jatuh ke bawah ranjang.

"Apa-apaan kau mikel?" Teriak Razita sambil menangis. Dan bodoh nya aku hanya diam menyaksikan mereka bertengkar.

"Daddy tolong panggil kan dokter" teriak Razita dan aku langsung berlari memanggil dokter.

~Razita POV~
"Dasar kau adik tidak tau diuntung,kenapa kau mencoba membunuh kak Renny?"
"Aku-aku tidak membunuh nya"
"Lalu kenapa kau mendekap nya dengan bantal?"
"Aku tidak melakukan nya"
"Jelas-jelas sudah terlihat"
Aku hanya menangis sedangkan Michael,dia seperti orang aneh. Seolah-olah dia tidak melakukan apa-apa. Aku sangat terkejut ketika masuk ke ruangan ini,melihat Michael yang mendekap kak Renny dengan bantal.

Bahkan aku lihat Michael tertawa. Aneh. Aku tidak tau apa yang dia lakukan. Tak lama dokter pun datang bersama daddy. Lalu daddy mencoba menenangkan ku dan sang dokter mengecek kak Renny.

Tak lama dokter tersebut menunjukan muka yang membuat ku ketakutan. Takut akan hal yang membuatku ingin tak terjadi.

"Maaf nona Renny sudah tiada" ucap sang doktet sambil menunduk dan aku menangis histeris. Aku merasakan daddy yang memeluku sangat erat dan menahan tubuh ku agar tidak terjatuh.

"Saya tidak tau kenapa ini bisa terjadi,padahal beberapa menit yang lalu nona Renny baru sadar dan keadaannya mulai setabil" ucap sang dokter.
"Semua ini sebab dia...dia yang membunuh kak Renny" nangis ku histeris sambil menunjuk ke arah Michael yang dari tadi tidak menunjukan muka sedih atau rasa bersalah sedikit pun. Kejam memang.

Lalu kak Renny dibawa ke ruang jenazah untuk di mandikan. Aku pun menunggu di ruang tunggu dengan dadsy sedang berbicara dengan Michael.

Aku benci pada Michael. Walaupun dia adik ku. Aku benci. Benci. Aku ingun dia dipenjara.

~~~~~

~Harry POV~
Aku dan Michael sedang ke kantin rumah sakit. Aku ingin mencoba mengajak nya berbicara.

"Michael"
"Ya?"
"Apakah kau tau kakak mu kenapa?"
"Dia sedang berbaring di kasur rumah sakit"
"Oh ya?"
"Iya,memang kenapa?"
"Kau salah"
"Maksud nya?"
"Kakak mu sudah tiada"
Seketika dia langsung mengeluarkan air mata,seakan tak percaya. Aku curiga dengan nya padahal dia yang membunuh nya tapi kenapa dia merasa tidak bersalah?

"Dan kau tau dia meninggal kenapa?"
Dia menggelengkan kepala.
"Itu semua karena kau,kau yang membunuhnya"
"Tidak. Aku tidak membunuhnya,dia tadi sadar aku tau itu"
"Tapi yang yang membunuhnya"
"Tidak...tidak...tidak..."
"Kau harus ku bawa ke kantor polisi"
"Buat apa? Mau bertemu polisi? Ingin minta tanda tangan?"
Aku terkejut. Dia tiba-tiba berhenti menangis dan malah bertanya.
"Apa? Apa yang kau bicarakan Michael?"
"Kau bilang kau ingin ke kantor polisi?"
"Iya tapi-"
"Aku tidak ingin ikut soal nya kantor polisi hanya untuk polisi dan orang jahat"
"Kau ini bicara apa?"
Aku menampar pipinya. Tapi dia malah tertawa.
"Michael kau kenapa?"
Sumpah dia membuat ku bingung. Kenapa emosi nya cepat sekali berubah. Mulai dari biasa,sedih,tertawa,lalu apa lagi nanti?

"Aku geli dengan kelakuan mu,kau seperti..hahahaha"
"Seperti apa?"
"Seperti jalang hahahaha"
Aku tampar lagi lalu dia terdiam dan malah meninggalkan ku di kantin rumah sakit. Dan aku baru menyadari bahwa sedari tadi kita di tatap oleh orang-orang sekitar.

Aku pun mengejar Michael yang mengarah ke ruang tunggu. Aku melihat Razita,lalu Michael menghampirinya.

Lalu aku pun menghampiri mereka. Razita mengelak ketika tangannya dipengang Michael. Dan seketika Michael menonjok Razita. Emosi ku naik dan aku langsung menonjok Michael hinggi bibirnya mengeluarkan darah.

DADDY♡[18++]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang