Si Boncel, kucing gemuk item punya tetangga depan rumah Aymard, sering bertamu ke rumah Aymard belakangan ini. Biasanya sih di teras aja, nggak mau masuk. Atau kadang-kadang dia nyungsep di bawah melati Korea, kayak prajurit lagi perang gerilya.
Setelah seminggu bertandang, Boncel mulai sering mengeong, manggilin Mbu. Bukan Mbu yang dateng, malah majikannya.
"Ngapain kamu?" tanya Aymard sambil jongkok di depan Boncel.
"Ngrrau," Boncel jawab sambil menatap Aymard.
"Kamu mau main sama Mbu?" Boncel diem aja. "Ooh, aku tahu. Kamu mau ngajak dia nikah, ya? Kan sering kamu dekat Mbu, ngikutin dia ke mana-mana. Hayo, ngajak Mbu nikah kan?"
"Ngau. Ngau," Boncel panik. Modusnya ketahuan.
"Hoo. Tak boleh. Mbu itu udah tua. Kasihan, jangan ajak dia nikah. Main aja ya. Jadi teman boleh, tapi jangan nikah."
Boncel diem aja, cuma ngelirik Mbu yang anteng duduk di atas rak sepatu. Aymard lalu berdiri. "Inget ya. Jangan nikah. Cari kucing lain."
Setelah Aymard masuk ke rumah, Mbu ikut masuk dan tidur di dapur. Boncel bertahan di teras beberapa jam, lalu pulang.
Lantas tak pernah datang kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Sonshine (Sequel The Sonshine-Complete)
Short Story#12-diary (26/6/19) #6-flashfiction (29/7/19) Keluarga Sonshine yang cerah ceria kayak sinar matahari. Mamah muda yang absurd Papah kece yang sering linglung Anak laki-laki yang..yang..yang sabar ya Nak.. *pukpukpuk*