Oni merasa koleksi baju Aymard terlalu monoton. Kalo nggak kaos, ya kaos. Dia nggak mau pake kemeja. Jadi Oni berinisiatif membelikan anaknya kemeja atau paling nggak polo shirt, deh.
Sebaliknya, Aymard merasa kaos is fine. Setiap orang punya selera masing-masing, katanya. Jadi dia lebih suka melapisi kaosnya pake jaket atau sweater. Kata Tante Uma, pake blazer aja. Tapi Aymard belum coba, sih.
Eh, emang ada ya anak-anak pake blazer? Oni bingung.
Jadi hari itu, Oni mengajak anaknya beli kemeja atau polo shirt. Oni berhasil menggeret Aymard sampai ke department store, tapi di sana dia malah menolak semua pilihan Oni.
"Ayolah Aymard, mau lah dibelikan satu. Nanti pulangnya kita makan ice cream roll," bujuk Oni.
"Aymard nggak mau."
"Tambah pizza lah. Yang sebenar-benarnya pizza."
"Nggak. Aymard nggak suka kemeja."
"Atau adeknya mau pilih sendiri?" saran pramuniaga yang kelihatan sama capeknya dengan Oni.
"Boleh?"
"Boleh!" sambar Oni semringah. "Kemeja atau polo shirt ya, Nak."
"Ok," jawab Aymard. Dia lalu menoleh pada si Tante Pramuniaga. "Ante, bajunya yang warna bening, ya. Ada kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Sonshine (Sequel The Sonshine-Complete)
Short Story#12-diary (26/6/19) #6-flashfiction (29/7/19) Keluarga Sonshine yang cerah ceria kayak sinar matahari. Mamah muda yang absurd Papah kece yang sering linglung Anak laki-laki yang..yang..yang sabar ya Nak.. *pukpukpuk*