Aymard punya stiker binatang-binatang Afrika di dinding kamarnya, dan dia merasa stiker itu terlalu polos. Jadilah dia menggambar banyak rerumputan di sekitar singa. Oni yang ngelihat mahakarya anaknya cuma bisa menghela napas dan garuk-garuk kepala. Ya gimana, itu lukisan udah jadi juga hix.. Hix..
"Jadi, apa judul lukisannya, Mard?" Tanya Oni sambil ngemil ketimun. Biar nggak darah tinggi.
"Perkebunan," jawab Aymard mantap.
"Hah? Perkebunan apa?"
"Perkebunan rumput dan semak-semak. Punya singa lho ini, Nda."
"Ookaayy.... Coba dijelasin maksudnya, Pak Aymard."
"Jaadi, singa itu sebaiknya menanam rumput di dekat rumahnya. Supaya binatang-binatang herbivora mau mendekat. Kalau rumputnya banyak, hewan yang datang juga banyak. Makan rumput. Nanti singa tinggal terkam aja hewannya. Tak payah jauh-jauh berburu. Gimana? Bagus kan ide Aymard?"
Oni nyengir dan mengacungkan dua jempol pada anaknya. "Bener juga. Mantap. Baru Aymard yang punya ide begini. Belum ada ilmuwan yang kepikiran ngajarin singa untuk berkebun."
Ajegile si Oni. Jangan sampe lah.
Aymard tertawa senang, sementara emaknya mulai mikir. Lha kalo didengar sama kaum singa dan mereka menjalankan ide ini, apa kabar ras manusia?
KAMU SEDANG MEMBACA
After Sonshine (Sequel The Sonshine-Complete)
Krótkie Opowiadania#12-diary (26/6/19) #6-flashfiction (29/7/19) Keluarga Sonshine yang cerah ceria kayak sinar matahari. Mamah muda yang absurd Papah kece yang sering linglung Anak laki-laki yang..yang..yang sabar ya Nak.. *pukpukpuk*