Please be wise since this story is contain of mature content.
17 +Inspired by Limerence
A Hotel, Seoul
Pria itu menggeliat dan dengan sangat terpaksa meraih ponsel yang terletak di samping tempat tidurnya. Benda persegi panjang tersebut sudah bergetar sekitar lima kali pagi ini, dan dia tidak bisa mengabaikannya lebih jauh saat menggeser ikon hijau dan dihadiahi teriakan di pagi buta.
"YA! DASAR ANAK DURHAKA! AKU SUDAH MEMINTAMU UNTUK PULANG DAN KAU MALAH BERMAIN-MAIN DENGAN WANITA MURAHAN LAGI, HUH?"
"Eomma..." Dia mendesah pasrah, sama sekali tak punya pembelaan diri.
"Pulang sekarang atau kau ku coret saja dari daftar ahli waris? Astaga Oh Sehun.. kau benar-benar membuatku frustasi."
Ibunya mematikan telepon tanpa memberinya kesempatan untuk menjawab. Dia menghela napas dengan kasar, memungut celana jin dan bajunya yang ada di lantai, memakainya dengan setengah hati.
"Eung... oppa.. kau sudah bangun?" Suara serak khas bangun tidur menyapa pendengarannya. Dia menengok sekilas, sebelum mengenakan kausnya dengan asal. Dia tak mau repot-repot menjawab tentu saja.
"Setidaknya kau punya kartu namaku sebelum pergi, eoh?" Wanita tersebut berbicara lagi, dia mendudukkan diri. Tubuhnya hanya berbalut selimut dan ketika dia duduk otomatis selimut tersebut melorot, menampilkan pemandangan dada telanjangnya yang menawan.
Oh Sehun melirik saja tidak.
Wanita itu berdiri, tubuh polosnya terpampang dengan nyata di depan Sehun. Tubuh yang...seharusnya membuat Sehun bernapsu dan mengulangi kegiatan mereka semalam. Tapi dia hanya mendengus kesal. Wanita yang jadi teman tidurnya semalam hanya membuang waktu. Ancaman ibunya benar-benar mengerikan. Dia sudah susah payah untuk mendapatkan perusahaan warisan almarhum ayahnya, dan hal tersebut akan hilang dalam sekejap mata jika ibunya benar-benar mencoretnya dari daftar pewaris.
Dia bahkan nyaris melupakan keberadaan wanita itu, mengingat namanya saja tidak. Seingatnya, dua temannya di klub berebut wanita tersebut dan entah bagaimana justru dia yang berakhir memenangkan wanita ini dan menidurinya. Entahlah... dia pasti mabuk berat semalam. Dia betulan tidak ingat apa-apa.
"Sehun Oppa..." Wanita tersebut tampak merengek, menyodorkan sebuah kartu nama.
Sehun menatapnya dengan bibir mencebik.
"Kalau-kalau kau belum tahu, nona. Aku tidak akan meniduri seorang wanita lebih dari satu kali. Kau... sebaiknya tidak usah berharap apa-apa padaku." Desisnya kejam. Tanpa perasaan.
Dia lalu melangkah pergi, meninggalkan wanita telanjang yang kini hanya bisa mengangakan mulutnya. Reputasi Oh Sehun sebagai bujangan paling hot di seantero Seoul memang masih betul-betul terjaga. Apalagi prinsip pria tersebut yang tidak akan meniduri satu wanita yang sama lebih dari sekali justru membuat kegilaan akan dirinya kian meningkat.
Selain punya wajah tampan tak masuk akal, dengan badan atletis dan tinggi, kekayaan pria tersebut tentu saja membuat orang-orang awam sakit hati jika menghitung jumlahnya. Opsi terakhir tentu saja menjadikannya sasaran menggiurkan wanita-wanita matrealitis yang tidak mau bersusah payah mencari uang dan hanya tahu bagaimana menghambur-hamburkan uang.
Sayangnya, dia betulan tidak punya keinginan untuk berkomitmen. Jangankan menikah, berpacaran saja enggan. Dia benci terikat pada satu wanita saja. Merepotkan.
**
TBC
Gatau dah ini cerita apaan aku lagi gabut di kantor pokoknya wkwkwk...
Jangan lupa vote, komen dan share. Gimana menurut kalian soal ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Sun (COMPLETED)
Fanfiction"My life was an unending, unchanging midnight. It must, by necessity, always be midnight for me. So how was it possible that the sun was rising now, in the middle of my midnight?" - Midnight Sun -