A Club, Seoul
Sudah dua bulan belakangan, Sehun tak pernah lagi ke klub langganannya. Dia sibuk bekerja untuk kemudian pulang cepat agar bisa bertemu dengan Lee Na Ra. Nama itu terlintas lagi di benaknya. Dia tersenyum kecut, meneguk segelas sour cocktail racikan Xiumin, sang bartender.
Pria imut tersebut awalnya begitu antusias dan ingin mengobrol banyak dengan Sehun. Tapi begitu melihat ekspresi murung Sehun, dia memilih diam dan menyediakan apapun yang dipesan.
"Oii... kau kembali lagi, huh?" Chanyeol yang memang pelanggan setia datang tepat pukul sembilan malam. Kedua lengannya sibuk merangkul dua wanita seksi dengan pakaian kekurangan bahan. Kadang-kadang menyentuh bagian sensitif mereka seperti dada dan bokong. Hal yang membuat dua wanita tersebut justru cekikikan senang.
"Ada masalah? Tampangmu kusut sekali." Chanyeol berseloroh, duduk tepat di sisi Sehun. Seorang wanita yang dibawa Chanyeol jelas tengah berusaha menggodanya. Wanita itu sengaja duduk tepat di samping Sehun, beberapa kali menempelkan dada ke arah pria tersebut.
"Apa aku harus ada masalah dulu untuk ke sini?"
"Kau akhir-akhir ini tak pernah ke sini lagi, kan? Na Young menanyakan keberadaanmu. Sepertinya dia rindu kau di dalamnya." Chanyeol tertawa bak orang sinting, meneguk minuman Sehun tanpa permisi.
"Na Young?"
"Oh ayolah, buddy. Masa kau lupa dengan penari stripris paling seksi di sini? Mau aku panggilkan dia? Lumayan lah untuk menghiburmu."
"Kau amnesia atau apa, Park Chanyeol? Aku tidak akan pernah meniduri seorang wanita lebih dari sekali." Sehun menatap nyalang pada wanita yang dibawa Chanyeol tadi. Jelas sekali nampak mengancam
"Kau sebaiknya berhenti menempelkan dada penuh silikonmu di tubuhku. Aku betulan tidak bernapsu. Jadi pergi selagi aku memintamu dengan baik."
Wanita tersebut nyaris menangis dan buru-buru pergi dari sana. Ucapan Oh Sehun jelas melukai harga dirinya. Sementara satu wanita lain yang ada di samping Chanyeol juga lekas pergi tanpa dikomando. Dia tidak mau bernasib sama. Dipermalukan di depan umum tentu bukan hal bagus.
"Kau tidak perlu sekasar itu padanya, Sehunnie."
Chanyeol memandang iba pada dua wanita yang berjalan serampangan. Tanpa sengaja menabrak beberapa pengunjung klub. Mereka ketakutan setengah mati. Nampaknya bertemu dengan Sehun tak jauh beda seperti bertemu dengan malaikat maut."Aku jijik padanya. Dia adalah wanita yang kau bawa tapi menempel padaku seperti hama."
"Oke baik, kau ada masalah apa?" Chanyeol mencoba menengahi. Jika terus dibahas mereka bisa baku hantam karena hal sepele.
"Jangan bilang kau masih stres karena urusan perjodohan yang diusulkan ibumu? Aku kan sudah bilang aku siap-"
"Sekali lagi kau bilang siap membantu mengurusi perusahaan keluargaku, aku betulan akan memotong lidahmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Sun (COMPLETED)
أدب الهواة"My life was an unending, unchanging midnight. It must, by necessity, always be midnight for me. So how was it possible that the sun was rising now, in the middle of my midnight?" - Midnight Sun -