"Lee Na Ra." Wanita itu mengucapkan namanya. Dia nyaris kehilangan kendali diri tadi. Tentu saja dia sudah tahu reputasi Oh Sehun, pria tampan, kaya, dan petualang cinta sejati. Tapi dia tidak tahu jika berada dalam jarak sedekat ini dengan pria tersebut membuatnya nyaris tidak bisa berpikir. Dia harus menguasai diri. Secepatnya. Alasan kenapa dia tidak bangkit berdiri dan menyodorkan tangan untuk bersalaman.
Dia belum siap menerima kenyataan saat kulit mereka bersentuhan. Efeknya pasti tidak tertahankan. Mungkin?Sudut bibirnya tertarik. Dia puas tentu saja. Sehun nampak terpukul dengan kenyataan bahwa dia lah calon istrinya.
"Dan kau Oh Sehun.... calon suamiku." Dia mengatakannya dengan ringan, tanpa beban. Seolah perjodohan konyol dengan Sehun tak berdampak apa-apa baginya. Pria di depannya menyeringai, menatapnya dengan tatapan yang...intens dan dia harus mencengkram ujung meja agar tetap pada posisi sok-mempertahankan-harga-dirinya.
"Ya, aku calon suamimu." Sehun mengucapkannya dengan nada suara rendah yang entah bagaimana membuatnya begitu terintimidasi.
Dia tidak bisa menganggap remeh pesona pria di hadapannya.
**
Tak lama, menu yang dipesan Na Ra datang. Wanita itu melotot, nampak sekali kecewa. Di sana ada Norwegian Baked Salmon yang seharusnya menggiurkan."Kenapa?" Tanya Sehun, setelah berhasil mendapatkan kendali dirinya lagi.
"Harga makanan di sini tidak masuk akal! Tiga ratus ribu won untuk sepotong kecil salmon. Tsk." Keluh Na Ra, Sehun tertawa hambar sebagai tanggapan.
"Biasanya wanita suka dibawa ke tempat seperti ini. Mewah dan ekslusif."
"Wanitamu. Bukan aku. Lebih baik aku pergi ke warung makan pinggir jalan. Aku bisa makan dengan puas selama dua minggu dengan tiga ratus ribu won. Tapi, aku kan harus menghormati calon ibu mertuaku yang sudah susah payah mengatur kencan ini."
"Ibuku tahu jalan pikiranku, jadi dia menyiapkan semuanya."
"Bersikap manis? Sepertinya bukan kau sekali, ya? Entahlah... kau sepertinya tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan wanita dan menarik mereka ke ranjangmu."
"Ha ha.." Tawa Sehun berderai, kedua matanya bahkan membentuk bulan sabit. "Apa kau sedang bertanya berapa banyak wanita yang sudah aku ajak ke ranjang? Bagaimana kalau aku dulu yang bertanya, sudah berapa banyak pria yang kau tiduri Lee Na Ra-ssi?"
"Aku tidak tertarik dengan jumlah wanita yang sudah kau tiduri. Dari reputasimu saja sudah kelihatan bahwa kau jelas tidak bisa menghitung jumlahnya dengan pasti." Na Ra menjawab enteng, memakan salmonnya dalam satu gigitan besar dan piring di hadapannya sudah kosong dalam waktu kurang dari lima menit.
Sehun mengernyitkan dahi, melihat Na Ra tampak tak kerepotan menjaga gengsi dengan makan sok anggun. Biasanya wanita-wanita yang dia kencani akan melakukan hal terbaik, makan dengan pelan sesuai aturan table manner, menyesap minuman dengan baik, tapi wanita ini seolah mengabaikan semuanya. Dia memperhatikan bagaimana wanita itu menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, menyilangkan kaki, dan pandangannya tak bisa lepas dari bibir mungil yang sedari tadi berbicara.
Dia menghembuskan napas saat Na Ra menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi yang membuat buah dadanya yang sudah membusung tercetak jelas di balik dress yang dikenakan. Pikirannya mulai dipenuhi berbagai macam fantasi liar.
"Kalau kau tidak mau menikah denganku aku maklum. Tapi aku tidak yakin ibumu akan mengizinkan."
Sehun berpikir sebentar, Lee Na Ra sepertinya suka mengubah-ubah topik pembicaraan dengan cepat."Kau benar." Dia menyetujui pendapat Na Ra. Ibunya luar biasa senang, menelpon ibu Na Ra dan mengatur pertemuan mereka sekarang.
"Aku tidak punya pilihan sepertinya. Lalu kau? Kenapa kau mau-mau saja menikah denganku?" Dia tak tahan untuk tidak bertanya. Mendadak berbicara dengan Na Ra terasa menyenangkan. Dia bahkan melupakan salmon di piring yang sudah dimakan Na Ra tanpa meminta izin terlebih dahulu."Menikah dengan siapa saja tidak masalah."
"Apa?"
"Soal kau? Setelah melihatmu, kau memenuhi kriteria awal. Tampan, punya badan bagus, dan kau kaya. Itu penting sekali."
Sehun tertawa lagi, masih tak habis pikir dengan pendapat wanita ini.
"Menurutmu apa ada kriteria yang tidak bisa aku penuhi? Kau punya persyaratan?""Saat sudah menikah nanti kau harus menyiapkan satu lemari khusus, yang cukup besar dan harus terbuat dari kaca untuk perawatan wajahku. Satu ruangan khusus lain untuk koleksi baju-baju, tas dan sepatuku. Aku bukan wanita sederhana yang mau berpenampilan biasa-biasa saja, bahkan di rumah sekalipun. Aku harus memastikan bahwa aku tetap enak kau pandangi. Aku menghabiskan lima puluh juta won dalam sebulan. Kau sanggup?"
"Tidak masalah." Sehun menjawab cepat, dengan seringai main-main di sudut bibirnya.
"Keluargaku mempunyai perusahaan yang sangat sangat stabil. Penghasilanku bisa mencapai lima ratus juta won per bulan dan masih banyak pendapatan-pendapatan lainnya. Kau bisa dengan tenang menghamburkan uangku tanpa takut kehabisan. Jadi, hanya itu yang kau inginkan?"Na Ra kehabisan kata-kata. Dia tanpa sadar memandangi Sehun tanpa berkedip. Normalnya pria lain akan mengatai-ngatainya setelah dia mengatakan persyaratan yang dia ajukan. Bahkan jika Sehun mengatainya wanita matrealistis dan murahan juga dia tidak akan keberatan.
Pandangannya begitu fokus pada mata kelam Sehun yang mengintimidasi, menatapnya tajam dan mengisyaratkan bahaya. Rahang tegas yang jadi impian banyak pria, hidung proporsional dan kulit tubuh yang....tampak menyilaukan saat terkena cahaya.Pandangannya teralih pada bahu lebar pria tersebut, nampak begitu kokoh. Lalu jari-jarinya yang panjang dan lentik, yang...mau tidak mau membuatnya berimajinasi mengenai apa yang bisa pria itu lakukan dengan jari-jari panjangnya. Dan...tentu saja dia tidak bisa melepaskan perhatian dari bibir merah muda Oh Sehun yang sedari tadi mencebik. Rasanya pasti menyenangkan jika bisa mencecap rasanya.
Dia bisa bermain-main sebentar dengan pria ini."Kenapa kau mau menikah denganku?" Wanita tersebut bertanya, mengubah lagi topik pembicaraan, atau sebenarnya hanya alasannya saja karena pikirannya semakin liar tentang Sehun. Dia lupa bahwa barusan sudah menanyakan hal yang sama.
"Agar aku bisa mendapatkan perusahaan keluargaku secara utuh." Sehun menjawab jujur, sama sekali tak berniat memberikan kesan baik atau berlagak sebagai pria yang jatuh cinta setengah mati.
"Kau bilang tadi bahwa tidak masalah menikah dengan siapapun? Kau tidak punya impian untuk menikah dengan pria impianmu, misalnya?"
"Tentu saja aku punya." Na Ra menjawab dengan sinis. "Sayangnya aku tidak bisa menikah dengan pria yang aku sukai, jadi sekarang menikah dengan siapapun tidak masalah."
"Wah.. ada pria yang tidak menyukaimu balik? Cinta bertepuk sebelah tangan?" Sehun tertawa senang, tampak terkejut dan senang luar biasa.
"Itu urusan pribadiku. Kau tidak berhak ikut campur."
"Menarik sekali. Jadi ayo buat kesepakatan. Kita tidak boleh ikut campur urusan satu sama lain. Kau boleh berhubungan dengan pria manapun yang kau suka asal kau berhati-hati dan tidak merusak imejku."
"Itu mudah." Na Ra menjawab cepat tanpa berpikir sedikitpun. "Kau juga boleh melakukan hal yang sama."
"Kau akan aku bawa ke acara-acara perusahaan, menemaniku di depan publik. Kau tahu lah, kita harus memperlihatkan bahwa kita pasangan suami istri bahagia. Jadi, kau perlu sedikit berakting nanti."
"Sangat detil ya, Monsieur Oh?" Na Ra tersenyum senang. "Kau tidak mau sekalian membahas kehidupan seks kita?"
Sehun tersedak salivanya sendiri. Na Ra berbaik hati menyodorkan air putih, tertawa geli melihat wajah pria itu yang sudah merah padam.
"Sehunnie..." ujar Na Ra kemudian, saat insiden tersedaknya Sehun sudah mereda. Sehun bahkan tidak keberatan saat wanita tersebut memanggilnya secara informal. "Aku masih lapar."
Sehun membelalakkan mata.
Wanita ini benar-benar!**
TBC
Leave you vote, comment and share to Sehun lovers 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Sun (COMPLETED)
Fanfiction"My life was an unending, unchanging midnight. It must, by necessity, always be midnight for me. So how was it possible that the sun was rising now, in the middle of my midnight?" - Midnight Sun -