Lotte Department Store, Gangnam-gu, Dogok-ro 401, Seoul
"Kenapa kau banyak sekali memasukkan sayuran ke dalam keranjang belanja?" Sehun mendesis kesal, mengembalikan kembali tumpukan sayuran hijau yang Na Ra letakkan. Na Ra menepis tangan Sehun dengan kejam, memelototinya persis seperti ibu tiri jahat di drama.
"Kau mau mati muda dengan makan daging saja? Ingat! Kau juga harus menyeimbangkan nutrisi sayur, buah, daging, kacang-kacangan, dan-"
Sehun melengos, mengabaikan Na Ra yang tengah berceramah tentang bahan makanan. Dengan kesal dia memasukkan tumpukan daging sapi dan babi banyak-banyak ke dalam keranjang.
Mereka memutuskan untuk berbelanja bahan makanan setelah pulang kerja. Bisa ditebak jika mereka berdebat sepanjang waktu. Na Ra yang kukuh pada pola makan seimbang, dan Sehun yang benci setengah mati pada sayuran hijau.
Sehun lalu memasukkan belasan bungkus camilan kaya MSG ke dalam keranjang, disertai dengan mi instan berbagai rasa juga coklat dan permen yang jumlahnya tidak terkira. Yang membuat Na Ra mendelik kesal adalah 2 liter kola dan 7 botol bir yang juga dimasukkan asal. Dia berniat mendiamkan Sehun sepanjang sisa acara belanja. Tapi niatan tersebut gagal total karena Sehun mengoceh tak jelas sepanjang waktu.
"Apa perlu membeli gunting tanaman?" Pria itu bertanya random, memegang sebuah gunting tanaman besar.
"Kita tinggal di apartemen dan tidak punya kebun. Kecuali kau mau dengan sukarela membiarkanku menggunakannya saat kau banyak tingkah." Sehun memasang ekspresi terkejut, buru-buru mengembalikan gunting tanaman.
"Kejam sekali." Dia menggumam. Cukup keras hingga bisa didengar Na Ra. "Lagipula kenapa repot membeli bahan makanan? Ibuku kan mengirimi kita lauk setiap minggu. Kita juga biasa delivery. Ini betulan tidak praktis."
"Kau bilang ini tidak praktis tapi memenuhi separuh keranjang belanja dengan cemilan tak sehatmu." Na Ra masih terlihat dendam. "Dan ya... setidaknya aku harus menjaga sedikit imej di depan Ibu mertua.
"Masih tahu malu?"
"Aku kan juga harus jadi anak menantu yang bisa dia banggakan ke mana-mana."
"Ibuku sudah kelewat bangga sampai mungkin berpikir untuk menjadikanmu anak kandung saja."
Sehun kembali berjalan dengan mendorong keranjang berisi belanjaan, berhenti lalu mengambil berbagai jenis pembalut, memasukkannya pada keranjang tanpa berpikir.
"Itu panty liner. Kembalikan." Na Ra menunjuk-nunjuk. Sehun dengan patuh mengembalikan. "Aku biasa pakai merk ini. Harus ukuran 36 sentimeter, slim fit, non perfume." Wanita itu menunjukkan jenis pembalut yang biasa dia pakai. Sehun hanya begidik.
"Aku tidak paham jenis-jenis pembalut. Toh fungsinya sama saja. Lihat! Ada pakaian bayi." Sehun berjalan dengan langkah lebar menuju baju bayi yang dia tunjuk."Bayi perempuan. Akan sangat lucu jika ada banyak warna warna cerah di apartemen kita nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Sun (COMPLETED)
Fiksi Penggemar"My life was an unending, unchanging midnight. It must, by necessity, always be midnight for me. So how was it possible that the sun was rising now, in the middle of my midnight?" - Midnight Sun -