Part 24 - A Chance

4.8K 524 57
                                    

SURPRISE!!!

Karena aku masih libur dan ada waktu buat nulis jadi aku update.
Maaf ya update nya lama. Tapi I hope you understand, kalau aku update nya lama bukan berarti aku ga niat buat lanjut atau selesaikan sebuah FF 😉
Happy reading ❤️

**
Cinta itu dekat.
Dia datang saat kau tak mengharapkan apa-apa atau mencarinya.

**
Lee Na Ra berjalan menyusuri Marina Bay Sands. Dia bisa saja memilih tidur karena kelelahan setelah perjalanan selama 7 jam dari Seoul. Tapi perkataan Oh Sehun menghantamnya dengan telak. Dia sudah tak bisa memperbaiki hubungannya dengan Yeon Seok. Maka, dia juga tak bisa harus kehilangan Oh Sehun juga.

Na Ra sudah hidup selama 27 tahun, mengalami patah hati berkali-kali. Tapi hanya karena sering patah hati, bukan berarti dia jadi terbiasa dengan rasa sakitnya, kan? Dia tetap terluka.

Tolol memang mencari Oh Sehun ketika dia betulan clueless. Kenapa dia tak mencegah Sehun pergi tadi? Bukankah seharusnya itulah hal yang dia lakukan sedari awal? Meminta pria itu tetap tinggal. Dan dia tahu pria itu bersedia.

Wanita itu memutuskan untuk duduk di bangku panjang di sana, menghabiskan sebotol air mineral hingga tandas. Di depannya ada ratusan orang berlalu lalang, seorang musisi jalanan yang kebetulan tengah menyanyikan lagu dari Maroon Five berjudul Memories.
Sial!
Kenapa orang random yang dia lihat di jalan juga menyanyikan lagu yang tampak menyindirnya?

Pada suasana kalut seperti ini, normalnya wanita akan menangis. Melakukan segala cara untuk membuat tunangannya tinggal. Dia akan melakukan opsi kedua nanti ketika berhasil menemukan Sehun. Tapi menangis? Dia merasa akan sangat sia-sia jika dia menangis. Lagipula sepertinya dia punya masalah pada kelenjar air matanya yang seolah nyaris kering.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. Dia belum menemukan Sehun, atau mungkin pria itu sudah tak sudi lagi menemuinya?

Apakah dia akan kehilangan pria yang dicintainya?
Lagi?

**

Lee Na Ra kembali ke hotel esok paginya. Dia berjalan-jalan sepanjang sisa malam, terkadang duduk dan memandangi orang yang masih lewat. Dia betulan seperti zombie sekarang.

"Sehunnie..." Dia berniat meneriakkan nama Sehun, tapi yang terdengar adalah suara seraknya yang putus asa. Dan dia masih tidak menangis. Belum.

"Kau mau ke mana?" Tanyanya dengan tergesa-gesa. Dia melihat Sehun tengah mengepak kopernya, memasukkan satu potongan kemejanya lagi dan menutup resleting.
"Hei jawab aku." Na Ra mencengkram lengan Sehun. Dia ketakutan sekarang. Bayangan Oh Sehun yang pergi meninggalkannya kian nyata.

"Kau marah padaku? Kau boleh memakiku sekarang. Aku minta maaf untuk yang semalam. Aku tahu aku idiot dan..." Dia menghentikkan kalimatnya. Dadanya luar biasa sakit.
"Maksudku di mana lagi kau mendapatkan wanita seperti aku yang bisa sangat memahami mu?"
Lee Na Ra menjatuhkan harga diri. Dia rela melakukan apa saja, mengusahakan apapun untuk Sehun.
"Kau menyukai peanut choco butter untuk dioleskan di atas rotimu di pagi hari. Roti tawar dengan kelembutan ekstra. Kau tidak bisa minum kopi hitam, mencampurkannya dengan setengah cangkir susu murni sebagai gantinya. Kau suka kemeja putih, alasan kau punya belasan koleksi di lemarimu. Kau benci film horor tapi tetap menontonnya saat menemaniku. Kau anti pada sayuran hijau dan tergila-gila pada makanan penuh MSG, bir dan soju."
Dia lagi-lagi menjeda.
"Aku mencintaimu." Kalimat itu keluar dari kedua bibirnya.
"Can you stay? With me?"
Dia jelas memohon, membuang semua gengsi.

Midnight Sun (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang