Part 6 - Living Together

5.3K 588 18
                                    


"APA?" Oh Sehun tak bisa menahan diri untuk tidak berteriak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"APA?" Oh Sehun tak bisa menahan diri untuk tidak berteriak. Wanita macam apa yang tengah dia hadapi saat ini?

"Kau tidak tuli, kan?" Na Ra merengut, kesal tapi tetap saja mengunyah odengnya.

"Kau pikir ibumu akan setuju dengan gagasan tidak masuk akalmu?"

"Begini Sehunnie, bukankah ibuku sangat senang dengan perjodohan kita? Aku yakin dia tidak akan keberatan, lagipula aku sudah lelah selalu diceramahi olehnya karena kebiasaan berbelanjaku yang gila-gilaan."

Sehun menyerapah dalam hati.

"Kau tinggal bilang padanya bahwa kita apa ya... butuh waktu untuk mendekatkan diri. Dengan tampangmu yang seperti ini aku yakin ibuku akan langsung setuju bahkan tanpa berpikir."

Sehun mendengus, lagi-lagi menahan diri untuk tidak menyerapah.

"Di apartemenku hanya ada satu kamar." Dia mencoba peruntungannya kali ini, berpikir bahwa Lee Na Ra akan berubah pikiran.

"Tidak masalah kan kalau kita tidur seranjang?" Na Ra tersenyum geli mendapati ekspresi terkejut Sehun. Dia betulan heran dan meragukan reputasi pria tersebut sebagai playboy nomor satu di Seoul. "Tanpa seks." Dia menambahkan dengan riang. "Kecuali kalau kau tidak tahan tentu saja. Kau nampaknya....hebat di ranjang."

Tak seperti sebelumnya, kali ini Sehun tak tinggal diam. Dia mendekat hingga bibirnya nyaris menyentuh telinga Na Ra.

"Kau sedang menggodaku habis-habisan, ya? Nanti Lee Na Ra.." Dia diam sejenak, menghidu aroma tubuh wanita tersebut. "Saat aku memutuskan untuk menidurimu. Aku akan memastikan bahwa... that night will be the best night in your entire existence."

Untuk pertama kalinya hari ini, wanita itu terdiam, kehabisan kata-kata untuk mendebat.

"Kenapa? Kau mulai terpapar pesonaku, ya?" Sehun menyeringai senang, merasa nyaris menang.

"Aku sudah bilang belum kalau kau baik sekali?" Pria itu menelan pahit salivanya, ucapan Lee Na Ra dengan nada begitu manis membuatnya tanpa sadar waspada.

"Sekarang apa lagi?" Dia bertanya dengan malas, seperti tahu dengan baik bahwa wanita di depannya tidak akan bersikap manis jika tidak ada maunya.

"Aku mau pindah lusa." Dan dugaannya tepat sekali. Sepertinya Na Ra memang diciptakan sebagai karma karena kelakuannya selama ini. Sialnya dia seperti tidak bisa menolak permintaan tak masuk akal calon istrinya.

"Baiklah, lusa aku akan meminta izin pada ibumu dan mengirimkan truk untuk mengangkut barang-barangmu." Ujar Sehun pada akhirnya. Dia menghembuskan napas dengan kasar, kesal setengah mati. "Puas?"

"Kau memang calon suami terbaik." Balas Na Ra dengan senyuman tulus. Oh Sehun dengan bodohnya merasa bahwa ucapan wanita tersebut terdengar manis sekali.

**

Two days later

Sehun' Apartment, Apgujeong, Seoul

Awalnya Oh Sehun sudah menyiapkan berbagai macam alasan agar ibu dari calon istrinya tak memberinya tamparan atau paling minimal ceramah panjang lebar karena sudah meminta anak gadisnya untuk tinggal satu apartemen dengannya. Tapi di luar dugaan Lee Ha Na -ibu Na Ra- nampak luar biasa gembira, memberikan  puterinya secara cuma-cuma.

"Kau tahu kau baik sekali, Sehunnie." Nada bicara Na Ra berubah begitu manja, dengan puppy eyes yang membuat Sehun kesal. Bagaimana bisa wanita di depannya ini punya kemampuan mengubah-ubah sorot mata seenak perutnya sendiri? Benar-benar seperti berkepribadian ganda!

Keduanya kini memasuki apartemen Sehun. Dan pria itu sama sekali tak merasa risi saat Na Ra mengecek ruangan yang ada di apartemennya satu per satu. Dia penasaran dengan pendapat wanita tersebut tentang apartemennya, tentang pilihan perabot dan bahkan dia ingin tahu sekali tentang apakah wanita itu menyukai warna sprei yang dia pilih. Dia biasanya tidak peduli dengan pendapat orang lain tentu saja.

Na Ra melihat-lihat isi apartemen Sehun dengan penuh minat. Apartemen dengan desain minimalis, tanpa banyak perabotan dan jelas menonjolkan kesan maskulin pria tersebut. Hanya ada tiga warna dominan, hitam, putih dan cokelat untuk perabotan-perabotan di sana. Hampir tidak ada lukisan atau ukiran seperti kebanyakan apartemen orang kaya, hanya ada sebuah foto keluarga dengan ukuran super besar yang tergantung di ruang tengah.

Wanita tersebut tersenyum tat kala menemukan banyak koleksi buku di ruang tengah apartemen, tepat di sebelah sofa abu-abu dengan karpet beludru berwarna senada. Dia selalu berpikir bahwa pria yang suka membaca terkesan seksi dan menggoda.

"Kau suka sastra?" Tanyanya kemudian, lagi-lagi tersenyum mendapati sebuah karya sastra Prancis karya Alexandre Dumas berjudul Mémoire d'un Médecin.

"Bukankah wanita suka dengan pria yang nampak jenius? Seksi ketika membaca buku yang... berbobot?"

"Ha ha.." Na Ra tertawa masam, agak ngeri dengan kemampuan Sehun menyuarakan pikirannya. "Buku-buku ini bukan pajangan, kan? Atau hanya gaya-gayaan agar kau terlihat keren di mata wanita-wanita yang kau ajak ke mari?"

"Did I tell you Miss Lee? I don't do any girlfriend thing. I even never dated any women twice. And no... I never bring woman here. You're the first woman." Pria tersebut berbicara, dengan seringai main-main di sudut bibir dan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

Na Ra mencoba menjernihkan suara. Betulan tidak siap dengan cara Sehun berbicara bahasa Inggris dengan logat British-nya.

Sialan! Apa pria ini betulan tidak punya cacat yang bisa dia olok-olok?

Wanita itu akhirnya menutup buku, berjalan ke arah kamar calon suaminya. Sehun mengikuti tanpa protes.

Ada sebuah ranjang king size yang jelas nampak sangat nyaman, dengan sprei putih bersih persis seperti di hotel-hotel bintang lima. Dia mengelus bahan sprei tersebut, nampak puas karena sesuai dengan seleranya, lembut tapi tidak berlebihan. Dia bahkan menyentuh kadar keempukan bantal yang nantinya akan dia gunakan. Gerakan sederhana, tanpa maksud apapun dan Oh Sehun diam di tempatnya, mati-matian menahan diri agar tidak menindih tubuh wanita tersebut yang berjarak tak lebih satu meter darinya. Suhu di ruangan mendadak menjadi begitu panas.

"Ayo kita keluar." Dan suaranya terdengar begitu serak. "Kau bisa melihat-lihat kamar ini nanti. Toh kau akan meniduri ranjang ini setiap malam."

Na Ra lagi-lagi tertawa senang. Tahu bahwa mudah sekali Sehun terpancing saat dia bahkan tidak berusaha.

"Meniduri." Dia mengulang kata-kata Sehun dengan penuh penekanan.

**

TBC

Never forget to drop your vote, comment and share ^^

Midnight Sun (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang