Sehun Apartment, Apgujeong, Seoul
"Hai."
Sehun yang sedang menata meja makan memberikan ciuman selamat datang di pipi Na Ra. Wanita tersebut mengerutkan dahi. Tunangannya tak pernah pulang lebih cepat darinya. Apalagi jam baru menunjukkan pukul 6 sore. Terlalu dini bagi seorang Oh Sehun untuk pulang."Aku sudah menyiapkan makan malam. Go change your clothes first and let's have dinner together."
Na Ra mengangguk patuh, tapi dia masih bergeming di tempat.
"Kau memasak semua ini sendiri?" Dia menunjuk pada piring-piring berisi hidangan Italia seperti spaghetti, bruscheta, fusili dan sebotol wine dengan merek Tuscany
"Ya."
"Kenapa?"
"Apa butuh alasan untuk memasak?"
"Tidak. Tapi..." Na Ra memandang Sehun yang nampak luar biasa hot dengan celana rumahan selutut dan kaus abu-abu polos.
"Apa kau tidak kasihan pada kesehatanku?"Sehun mengernyitkan dahi, meminta penjelasan lebih.
"Melihatmu sehari-hari dengan setelan kantor sudah membuatku sakit kepala. Dan sekarang kau memasak di dapur dengan stelan rumahan begini. Aku bisa terkena serangan stroke ringan, tahu?"
Sehun tergelak. Lee Na Ra tadi bilang apa? Serangan stroke ringan. Jadi wanita di depannya ini tengah mengakui betapa tampilan fisiknya luar biasa? Dia mengulum senyum, selama ini ternyata bukan dia sendiri yang merasakan hal demikian. Sebab hidup dengan Na Ra yang punya tampilan fisik luar biasa betulan melelahkan.
"Kemari." Sehun mengulurkan tangan, menganggap Na Ra yang cemberut dengan bibir maju ke depan sangat lah imut. Na Ra menurut, memeluk Sehun dengan erat seolah sudah seabad tak bertemu. Dia menghidu banyak-banyak aroma tubuh Sehun yang menurutnya sangat lezat.
"Selamat datang di rumah, Lee Na Ra."
Sehun mengucapkannya seraya mengeratkan pelukan. Mungkin saja seperti ini lah definisi hidup yang sempurna.**
Sebulan hidup bersama Lee Na Ra. Ada puluhan malam yang mereka habiskan bersama. Saat malam kebanyakan mereka habiskan dengan duduk di depan kaca jendela besar yang menghadap langsung ke jalanan yang padat. Mereka mengobrol ini dan itu, bersama banyak cemilan, kaleng-kaleng soda juga botol wine. Seringnya mereka hanya diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Awalnya Oh Sehun hanya mendengar deru kendaraan di bawah, bising klakson, suara film dan iklan di TV yang lebih sering tak mereka gubris. Dia juga menatap kelap kelip lampu jalanan, gedung bertingkat, papan reklame, langit yang gelap juga pada bintang-bintang yang jarang sekali terlihat.
Lambat laun pendengarannya kian tajam. Dia bisa mendengar suara Na Ra meneguk wine, gesekan pakaian yang dikenakan, deru napas yang teratur juga jantung yang berdegup kencang. Dia suka pada setiap waktu yang dia habiskan dengan wanita tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Sun (COMPLETED)
Fanfiction"My life was an unending, unchanging midnight. It must, by necessity, always be midnight for me. So how was it possible that the sun was rising now, in the middle of my midnight?" - Midnight Sun -