Oh Family House, Gangnam-gu, Seoul
"Sudah eomma bilang untuk berhenti bermain-main. Sudah saatnya kau berkomitmen." Kang Hyun Jin mengomel bahkan sebelum Oh Sehun mendudukkan diri di sofa. Dia memutar bola mata, wajahnya masih tertekuk.
"Appa kan sudah mati, kenapa masih menyusahkan?" rutuknya kesal.
"YA! ANAK DURHAKA! " Hyun Jin memukul kepala Sehun dengan keras, jelas pukulan tersebut akan meninggalkan bekas keesokan harinya.
"Pokoknya kau harus menuruti wasiat almarhum ayahmu kalau kau mau perusahaan keluarga kita. Kalau tidak-"
"Aku yang akan mewarisinya." Park Chanyeol, sepupu Sehun yang menyebalkan muncul dari dapur dengan sebungkus besar keripik kentang. "Aku akan dengan sangat sangat ikhlas membantumu mengurus Ethereal LLG, Sehunnie."
"Tunggu saja sampai neraka membeku!" Sehun mencibir. Dia heran sekali kenapa punya sepupu semenyebalkan Park Chanyeol.
"Nah sudah sekarang kau pilih saja, eoh." Hyun Jin menukas, dengan bersemangat menjajarkan puluhan foto-foto dalam posisi terbalik.
"Apa ini?" Alis Sehun bertaut. Chanyeol sudah siap menyemburkan tawa, tapi dia berbaik hati menahan dan menjelaskan maksud bibinya yang belum juga dipahami Sehun.
"Begini Tuan Muda Oh.. paman bilang kau harus menikah, dan bibi Kang yang cantik ini sedang membantumu mencarikan calon istri."
"Ya sudah aku- APA? CALON ISTRI? KAU GILA?" Sehun berteriak begitu mendengar kata istri. Chanyeol yang kesal dengan suara nyaring Sehun menjejalkan segenggam keripik kentang dengan tanpa perasaan ke mulut Sehun. Pria itu terbatuk-batuk setelahnya.
"Kau tidak punya pilihan anak nakal. Sudah saatnya punya istri dan keluarga, kau pikir aku bodoh sampai tidak tahu kelakuanmu di luar sana?" Hyun Jin mengomel tanpa belas kasih. Sedangkan Chanyeol masih tertawa-tawa sampai wajahnya memerah. Sehun masih berusaha meredakan keterkejutan juga mati-matian menelan keripik kentang yang Chanyeol jejalkan tadi.
"Apa eomma masih meragukan kemampuanku dalam menangani perusahaan? Lihat saja, keuntungan perusahaan kita bahkan meningkat 300 % tahun ini. Aku bisa melakukan ekspansi sampai Amerika Utara dan Eropa Timur. Aku benar-benar tidak habis pikir, eomma." Sehun mengeluh habis-habisan. Dia masih berusaha agar tidak harus menikah untuk mendapatkan perusahaan ayahnya.
"Surat wasiat ayahmu sudah sangat jelas. Sudah cepat pilih." Pria itu mendenguskan napas mendengar jawaban ibunya. Dia tak mau repot-repot melirik pada Chanyeol yang sudah memasang tampang idiot menyebalkannya.
"Kau tidak usah kuatir. Aku tahu betul seleramu, Sehunnie. Aku pasti memilihkan kriteria wanita terbaik sebagai istrimu. Cantik. Punya badan semampai. Dada bagus. Ah ya... kaki jenjang. Kau bisa memamerkannya ke mana-mana dengan bangga." Hyun Jin tampak bersemangat sekali, masih mensejajarkan foto-foto di atas meja. Sehun tak habis pikir dengan kelakuan ibunya. Mana ada yang mau berbesanan dengan wanita gila seperti ibunya, kecuali calon besannya juga sama tidak warasnya. Dia mendenguskan napas lagi, mengambil dengan asal sebuah foto yang terletak paling ujung dan segera menyodorkan foto tersebut pada ibunya.
Chanyeol dan Hyun Jin tersenyum lebar. Benar-benar puas dengan pilihan foto yang Sehun pilih secara acak tadi.
"Selamat sepupu, pilihan calon istrimu bagus sekali." Ucap Chanyeol dengan senyum super lebar. Sehun mengernyitkan dahi, tahu bahwa sebentar lagi hidupnya tidak akan baik-baik saja.
Menikah?
Hanya orang tolol yang mau menjebloskan diri dalam ikatan membosankan dengan seorang wanita saja seumur hidup.
"Aku justru prihatin sekali pada wanita itu." Dia mengutarakan kalimatnya dengan nada kasihan yang berlebihan. "Dia akan menderita seumur hidupnya karena aku...akan menciptakan neraka dunia untuknya."
"Uh oh! Belum tentu, nak."
"Tsk!" Sehun mencibir lagi. "Eomma tahu kan prinsipku seperti apa?"
"Sehunnie.. wanita yang kau pilih ini... dia...." Hyun Jin berlama-lama, menikmati betul wajah puteranya yang setengah mati penasaran.
"Selain punya wajah cantik, dia benar-benar punya otak Sehun-ah." Chanyeol menambahkan. "Aku malah prihatin padamu, jangan-jangan nanti kau malah mencintainya habis-habisan. Aku benar-benar tidak sabar menunggu hari pernikahan kalian. Batal juga tidak apa-apa, sih. Paman Oh akan senang punya pewaris sekeren aku, kan?" Dia tampak berbangga diri hingga memukul dadanya.
Sehun memutar bola mata, menjambak rambutnya sendiri dengan keras.
Dia tidak betulan harus menikah, kan?
**
TBC
Kindly drop you vote and comment ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Sun (COMPLETED)
Fanfiction"My life was an unending, unchanging midnight. It must, by necessity, always be midnight for me. So how was it possible that the sun was rising now, in the middle of my midnight?" - Midnight Sun -