"Remember darling, if you fall in love with someone, she isn't always ready to catch you. In the end... you will fall and crashed alone."**
Sehun' Apartment, Apgujeong, Seoul
Oh Sehun menginjakkan kaki di apartemen pada pukul setengah tujuh malam, lebih awal dari sebelumnya. Dia melangkahkan kaki dengan buru-buru, dan bernapas lega saat mendapati Na Ra tengah berkutat di dapur. Rambut wanita tersebut berantakan, dikuncir asal dengan beberapa anak rambut yang menjuntai ke depan. Tubuhnya sedikit berkeringat, nampak kepayahan karena sedang.... memasak?
"Kau... memasak?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Sehun.
"Memancing." Na Ra mendengus sebal tanpa mengalihkan pandangan dari sup kimchinya. "Kau tidak buta kan? Jelas-jelas aku sedang memasak."
Sehun mengangkat bahu, berjalan kian mendekat ke arah Na Ra seraya melonggarkan dasi dan melipat kemejanya hingga sebatas siku.
"Ada yang bisa aku bantu?" Tawarnya, kali ini benar-benar terdengar serius.
"Ah ya.. tolong betulkan jepit rambutku."
Sehun menurut, mengambil jepit rambut Na Ra dan memasangkannya hingga anak-anak rambut yang tadi menjuntai kini menjadi rapi. Dan dalam detik-detik yang sebenarnya sangat singkat, dia menikmati keintiman mereka. Lee Na Ra menatapnya dengan intens, nampak tergugup dan wajahnya bahkan memerah. Lalu dengan tiba-tiba Na Ra memundurkan tubuh, memasang tawa konyol untuk menutupi kegugupannya tadi.
"Kenapa repot-repot memasak begini? Kan kita bisa memesan delivery." Sehun akhirnya memilih untuk duduk, melupakan tawaran bantuannya tadi.
"Ibumu datang ke kantor dan membawakan setumpuk makanan."
"JADI KAU HANYA MENGHANGATKAN MAKANAN INI, HAH? KENAPA KAU BERSIKAP SEOLAH KAU SUSAH BERSUSAH PAYAH MEMASAK UNTUKKU? DASAR SINTING!" Sehun memaki, nada suaranya bahkan sudah meninggi. Tapi Na Ra membalasnya dengan tawa berderai, tak habis pikir dengan emosi Sehun yang sangat labil.
"Kenapa? Kau berpikir aku sedang bersikap menjadi tunangan baik yang menunggu dan memasak makan malam untukmu, ya?" Na Ra menggoda, dia bahkan mengulurkan tangan, mencubit pelan pipi Sehun. Bersikap seperti ibu-ibu genit yang sedang mencari sugar baby.
"Kau bisa betulan jatuh cinta padaku kalau begitu." Dia menambahkan, mengabaikan wajah kesal Sehun dan pipinya yang kemerahan efek dari cubitan tak manusiawinya.
Sehun terdiam, padahal biasanya dia anti sekali mengalah dalam sebuah perdebatan. Dia tidak suka kalah. Tidak ada manusia yang suka kalah. Tapi, mungkin kali ini dia harus mengakui bahwa... kemungkinan besar dia sudah kalah. Dia mulai menyukai berada di sekitar Na Ra. Dia pulang lebih awal hanya agar bisa melihatnya lebih cepat. Lidahnya bahkan sangat gatal untuk bertanya tentang apa saja yang wanita itu lakukan seharian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Sun (COMPLETED)
Fanfiction"My life was an unending, unchanging midnight. It must, by necessity, always be midnight for me. So how was it possible that the sun was rising now, in the middle of my midnight?" - Midnight Sun -