Part 21 - Ephemeral

4.2K 502 28
                                    

e·phem·er·al/əˈfem(ə)rəl/ means lasting for a very short time.

**
Lee Na Ra ketakutan. Hidupnya bak diteror oleh monster. Sialnya, dia bisa bertahan menghadapi monster jika wujudnya bisa dilihat dengan mata, tapi kali ini monster tersebut tak kasat mata. Sebentuk perasaan membuncah berlebihan yang ditujukan pada Oh Sehun. Mungkin... cinta? Atau belum? Sedang dia sendiri sangat benci cinta. Hal yang paling memuakkan sekaligus merusaknya dulu.

Wanita itu mungkin menunjukkan ketertarikan pada Sehun. Siapa yang tidak? Dia disuguhi pria tampan, mapan, dan kaya raya. Kelemahan terbesarnya. Dia berpikir bahwa dia bisa bermain-main sebentar dengan pria tersebut, menggodanya. Dan dia berhasil. Oh Sehun masuk ke perangkap. Sayangnya... dia juga ikut terjerembab jatuh.

Oh Sehun sudah blak-blakan mengakui perasaannya. Mengatakan cinta yang awalnya dia pikir bak omong kosong seorang playboy. Lalu setelah dia pertimbangkan, Sehun bukanlah orang yang tahu soal mengungkapkan perasaan atau berkomitmen. Track recordnya sudah jelas. Berkenalan, make out, lalu pergi. Tak ada istilah melibatkan perasaan apalagi jatuh cinta.

Harus dia akui bahwa dia nyaris kehilangan kendali diri. Atau sudah? Jika perasaan kuatir ditinggalkan dan tak tenang saat berjauhan dengan Sehun adalah pertanda. Maka ya, dia sudah masuk ke perangkapnya sendiri. Dia sudah pernah mencintai orang sepenuh hati dulu. Lalu orang tersebut malah membalas dengan perasaan sekadarnya. Dia hanya jadi budak cinta, terbodohi berkali-kali. Babak belur seorang diri. Sekarang, dia tidak bisa membiarkan hal semacam itu terjadi lagi. Dia tidak mau menderita. Tak mau hancur berantakan.

**
Un Village no 88, Hannam-dong, South Korea

Lee Han Na merengut mendapati putri semata wayangnya sedang bergelung di kasur pada pukul 5 sore. Belakangan putrinya nyaris lupa jika masih punya rumah karena asyik tinggal bersama sang tunangan tampan.

"Ya! Kenapa tidur sore-sore begini? Kau bisa jadi cepat pikun." Han Na menggoyangkan tubuh Na Ra yang ditutupi selimut tebal. Anaknya tidak bergeming hanya menggumam sebagai tanda bahwa dia masih bernapas dan belum mati.

"Mana calon menantuku Oh Sehun? Kau tidak membawanya ke mari? Ibu juga ingin melihatnya tahu!"
Na Ra menurunkan selimut, dengan rambut berantakan dan wajah kusut dia menatap nyalang ibunya.

"Kau meneriakiku karena tidur sore. Lalu menggunakan nada manis saat menanyakan Oh Sehun. Sebenarnya yang anak kandungmu itu aku atau Oh Sehun?" Dia bersungut kesal. Bersikap seperti anak pungut yang tak mendapatkan kasih sayang layak.

"Bagaimana, ya? Aku juga inginnya Oh Sehun yang jadi anak kandungku. Ah tapi malah kau yang keluar dari rahimku. Seperti aku punya pilihan saja."

"EOMMA!" Na Ra berteriak. Ibunya memang punya bakat untuk membuatnya kesal. Wanita itu sepertinya punya dendam kesumat pada putrinya sendiri.

"Kau sedang haid?"

Na Ra tak menjawab. Dia kembali bergelung di selimutnya. Tapi Han Na nampak acuh, walaupun dia tahu setiap datang bulan Na Ra akan mengalami nyeri perut yang luar biasa hingga tak bisa berangkat kerja. Terkadang saat sedang parah, kram perut dibarengi dengan migrain betulan jadi paket lengkap untuk menyiksa anak gadisnya.

"Apa Sehun belum tahu kalau kau selalu begini setiap haid? Dulu kau bahkan tidak malu meminta Yeon Seok menungguimu dan membeli pembalut ke minimarket."

Mendengar nama Yeon Seok disebut, Na Ra duduk dengan susah payah. Lagi-lagi menatap kesal pada ibunya.

 Lagi-lagi menatap kesal pada ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Midnight Sun (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang