"Bukan siapa yang lebih dulu, tapi tentang siapa yang selalu ada."
___
Sebuah cerita bersambung dengan genre fanfiction romance, yang sengaja ditulis untuk para pecinta JIRRA.
Terima kasih banyak untuk kalian yang sudah support author dan juga duo b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kita takkan pernah tahu sejauh mana kemampuan kita, jika hanya berdiam diri, tanpa berani melangkah lebih maju."
***
"Aaarrgghh tahu ah! Susah ya bilangin kalian berdua. Umur doang tua! Kelakuan kayak bocah. Udah gue mau cabut dulu!" Ucap Rangga sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menemui kekasihnya yang sedari tadi tak kunjung datang.
____
Di sisi lain, kini terlihat sosok gadis cantik berdarah sunda, yang baru saja keluar dari pintu depan rumahnya. Dengan sedikit mengendap agar tak ada seorangpun yang tahu akan kepergiannya.
Setelah tak mendapatkan izin dari sang ayah untuk pergi, ia pun tetap nekat untuk pergi secara diam-diam.
"Lia! Sssttt hey!" Sapa seorang lelaki setengah berbisik.
Gadis bergingsul itu langsung menoleh dan tersenyum setelah mendapati sosok Rangga yang sudah menantinya di depan pagar rumah. Ia langsung berlari dan masuk ke dalam mobil. Tanpa basa-basi, keduanya 'pun memutuskan untuk pergi.
"Maaf ya, tadi Ayah nggak ngizinin aku buat pergi, makanya agak lama," jelas Lia saat di jalan.
"Nggak apa-apa, aku ngerti kok. Sebenarnya aku juga nggak enak kalau harus bawa kabur anak orang tanpa izin gini," ucap Rangga.
"Nggak apa-apa, sekali-kali. Toh kita kan cuma pengen jalan-jalan doang. Nggak ngapa-ngapain."
"Iya sih. Makasih ya, sudah rela berkorban," ucap Rangga senyum manis.
"Terima kasih juga sudah rela berjuang," balas Lia, dengan senyum yang tak kalah manisnya.
____
Narathiwat, Thailand.
Jirayut Hariswan. Biasa dipanggil Jirayut atau Ji, sosok lelaki tampan berdarah Thailand, berusia 17 tahun. Kini terlihat sibuk membujuk ibunya, agar diberi izin untuk sekolah dan hidup mandiri di negeri tetangga.
"Kau yakin nak sekolah kat Indonesia?" Tanya seorang wanita paruh baya bernama Ibu Hana yang kini tengah sibuk memotong sayuran.
"Iye Bu. Sekalian cari pengalaman baru kat sana," ucapnya dengan mantap.
"Tapi kat sana kita tak de sanak saudara, Ibu khawatir akan keselamatan kau Ji."
"Ji ini anak laki Bu, tak payah lah Ibu khawatir macam tu. Izinkan Ji ya Bu," ucapnya dengan nada memelas.
"Hmmm kau ni, pandai sangatlah membujuk. Lebih baik kau tanya Akakmu sana, bile akakmu setuju. Maka ibu pun setuju juga."
"Sudahlah Bu, biarkan saja budak kecik tu pergi, biar dia tahu rasa macam mana hidup di negeri orang. Dia anak manja, takkan sanggup jauh dari keluarga. Tak lama pun dia pasti balik lagi," sahut seorang lelaki yang tak lain adalah Harman, kakak sulung dari Jirayut.
"Aku bukan budak kecik lah, aku dah besar. Dan aku bukan anak manja. Aku takkan balik sebelum sukses kat sana," tukas Jirayut berlalu menuju kamar pribadinya.
Bukannya menanggapi, Harman justru menertawai sikap adik laki-lakinya itu.
"Kau ni Harman, senang sangat buat Adik kau kesal."
"Tak apa lah Bu. Kita lihat saja, berapa lama dia sanggup jauh dari keluarga."