"Kau yang memulai, maka jangan pernah coba menghentikanku untuk melanjutkan permainan yang sudah kau buat."
***
Ibu Hana pun hanya mengangguk sembari melanjutkan pekerjaannya di dapur. Tak dapat dipungkiri, bahwa cepat atau lambat, semua itu pasti akan terjadi. Ketika seorang anak tumbuh dewasa, maka saat itulah orang tua harus siap melepas dan memberi ruang untuk anaknya menentukan pilihan.
Melepas namun tetap dengan pantauan. Karena sejauh apapun ia melangkah, ia akan tetap kembali pada orangtuanya. Begitu pula dengan Jirayut, yang kini telah memutuskan untuk mengejar pendidikan di negara tetangga. Hidup mandiri, jauh dari keluarga.
____
"Banyak betul kau bawa baju, macam orang nak pindah saja," sambar Harman yang kini sudah berada di depan pintu kamar adiknya itu.
"Kalau tak niat nak bantu, lebih baik Akak pergi saja sana!" Balas Jirayut dengan wajah kesalnya.
"Uh merajuk! Asal kau tahu ye, Ibu pun tak nak bagi izin kalau bukan kerana Akakmu ini. Kau hutang budi, harusnya tahu terima kasih."
"Terima kasih Akak si hitam legam! Sampai jumpa lagi setahun yang akan datang," balas Jirayut sembari menutup pintu kamarnya tanpa mau mempersilakan kakak sulungnya itu untuk masuk.
"Aku janji, tak akan balik ke rumah ini sebelum aku sukses. Aku bukan anak manja! Dan kau Miyha, kau akan menyesal atas apa yang sudah kau buat," gerutunya sembari mengemas semua barang-barang miliknya.
____
Pagi hari, tepatnya di SMAN Narathiwat, Thailand. Suasana sekolah tak seperti biasanya, nampak semua murid berkumpul di aula. Karena hari ini adalah hari terakhir bagi salah satu siswa berprestasi yang tak lain adalah Jirayut Hariswan. Setelah beberapa hari sebelumnya ia memutuskan untuk pindah sekolah, dengan alasan, ingin mencari pengalaman baru di negeri tetangga dan belajar hidup mandiri.
Tak dapat dipungkiri, suasana haru menyelimuti ruang aula tersebut, di mana semua yang berada di tempat itu ikut bersedih dan merasa kehilangan. Jirayut yang terkenal sebagai siswa yang selalu cerita, namun kali ini adalah kali pertama dia meneteskan air mata, terlebih saat ia harus berpamitan kepada semua guru yang sudah berjasa dalam hidupnya, dan juga teman-teman, sahabat yang selalu ada di saat suka maupun duka.
"Ji sayang kalian semua, Ji tak kan lupa sekolah ni. Terima kasih semua," lirihnya, yang tak kuasa lagi menahan tangisnya.
Jirayut pun langsung memeluk dan mencium tangan gurunya satu persatu. Dengan airmata yang terus membasahi kedua pipinya. Usai berpamitan, ia pun kembali diserbu dengan pelukan dari semua teman-teman yang hadir saat itu.
"Jangan lupakan kami ya Ji, kalau ada waktu, balik lah kat sini lagi."
Jirayut hanya mengangguk dan berusaha untuk tersenyum sembari membalas setiap pelukan dari teman-temannya. Namun di antara banyaknya teman yang datang menghampiri, ada satu siswi yang hanya diam, menatap dari jauh tanpa ikut bergabung. Namun saat Jirayut membalas tatapannya, ia pun langsung pergi begitu saja.
____
Setelah memilih keluar dari ruang Aula, gadis berlesung pipi itu langsung bergegas lari menuju pagar sekolah.
"Lamanya! Kemana saja kau Miyha?" Tanya seorang lelaki berambut ikal bernama Sinhu, yang masih mengenakan seragam sekolah dari sekolah lain.
"Tadi ada acara sekolah, maaf ya."
"Alasan! Kau pasti tengah asyik dengan laki-laki itu kan?" Tuduh Sinhu seraya menunjuk salah seorang siswa yang tak lain adalah Jirayut.
Gadis berlesung pipi itu langsung menoleh ke belakang. Dan benar saja, rupanya Jirayut sengaja menyusulnya. Entah sekadar untuk pamit atau memang ada yang ingin dibicarakan. Namun tuduhan lelaki yang bahkan tidak ia kenali itu sangatlah tidak benar.
"Sudah kuduga, kau selama ini dah tipu aku Miyha, kau bilang kau tak de hubungan dengan dia, tapi kau masih saja dekat dengan dia," tambah Sinhu.
"Cukup! Tak payah kau tuduh yang bukan-bukan. Saye tak kenal kau siapa, dan saya tak ada hubungan apapun dengan gadis kau ini. Dan kau Miyha, sile nak lanjut cakap dengan kekasih kau tu, aku kat sini hanya nak pamit. Bye!"
Tanpa berlama-lama, lelaki berwajah imut itu langsung pergi meninggalkan keduanya.
____
Keesokan harinya, tibalah hari di mana kini lelaki berdarah Thailand itu benar-benar akan pergi jauh, meninggalkan keluarga tercinta. Lagi-lagi ibu Hana hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk putranya itu.
"Jaga diri kau baik-baik kat sana ya Ji, bile dah sampai, telepon Ibu ye."
"Iye Bu, Ji akan selalu bagi kabar. Ji pamit ye. Assalamualaikum."
Usai berpamitan, Jirayut pun pergi menuju airport bersama Harman.
____
Bersambung ... !!!
Sampai di sini dulu ya.
Next insyaallah author lanjutin lagi.
Ditunggu kritik dan sarannya, terutama untuk bahasa di bagian dialog yang masih belepotan. Jujur author nggak tahu bahasa melayu. Wkwkwkwk.Jangan lupa follow Instagram:
Jirayut: @jirayutdaa4official
Rara: @lida_rara.vc
Author: @nadstorysusi94
Sumber gambar: @rarajirayut.squadDan subscribe juga akun channel YouTube author di: Nadstory Susi
KAMU SEDANG MEMBACA
TURIS HATIKU
Fanfiction"Bukan siapa yang lebih dulu, tapi tentang siapa yang selalu ada." ___ Sebuah cerita bersambung dengan genre fanfiction romance, yang sengaja ditulis untuk para pecinta JIRRA. Terima kasih banyak untuk kalian yang sudah support author dan juga duo b...