"Bukan lari dari kenyataan, tapi memberi ruang untuk menguji sejauh mana diri ini mampu bertahan."
***
Usai berpamitan, Jirayut pun pergi menuju airport bersama Harman.
"Semangat betul kau hari ini Ji," ucap Harman sesampainya di airport, sembari meletakkan koper di samping Jirayut.
"Kenapa? Kau sedih ye, tak siap ditinggal jauh oleh adik kau yang comel ini," sahut Jirayut dengan senyum manisnya.
"Issh ... Tak lah, hidupku pun lepas ni akan damai tanpa kau. Cepat sana berangkat!" Seru Harman.
Tanpa buang-buang waktu Jirayut pun berangkat, sembari melambaikan tangannya pada sosok lelaki hitam manis yang tak lain adalah Harman. Harman pun membalas lambaian itu, tetap dengan senyum yang tak kalah manisnya.
Meski tak dapat dipungkiri Harman membenarkan apa yang diucapkan adiknya barusan, bahwa ia sebenarnya belum siap untuk jauh dari adiknya itu. Adik yang selama ini selalu bersamanya. Meskipun sering beradu mulut, namun di hati yang terdalam, ia sangat menyayangi sosok Jirayut.
Setelah cukup lama Harman terdiam di tempat, ia pun memutuskan untuk kembali pulang. Namun, baru berapa langkah, terdengar seseorang memanggil namanya. Sontak hal itu membuat langkahnya terhenti.
"Bang Harman!" Teriak seorang gadis yang tak lain adalah Miyha.
"Miyha? Kau nak apa kemari?" Tanya Harman tampak heran.
"Jirayut ... Mana Jirayut ... Mana?" Bukannya menjawab, gadis berlesung pipi itu justru kembali bertanya dengan paniknya.
"Jirayut baru saja berangkat, ada apa? Bukankah semalam Jirayut dah pamit kat sekolah?"
"Hmmm ... Saye terlambatlah," lirihnya dengan nada putus asa.
"Ada apa ni?"
"Tak lah Bang, tak ada apa-apa, Miyha duluan ye. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
____
Selama di pesawat, Jirayut hanya diam, sembari memandangi foto dirinya bersama teman perempuannya, yang tak lain adalah Miyha. Entah apa yang ada di pikirannya. Berawal dari keputusannya yang memilih untuk pindah secara tiba-tiba.
"Selama ini aku dah kira kau sorang lah yang terbaik, tapi ternyata aku salah. Entah kau yang terlalu jahat, atau aku yang terlalu bodoh!" Batinnya, seraya meremas kuat-kuat foto tersebut.
____
Jakarta, Indonesia.
"Wih udah rapi aja Lo, mau kemana Lo?" Tanya Ringgo saat mendapati Irfan yang sudah tampil keren dengan kemeja berwarna marun dan jeans hitam.
"Kuliah lah. Emang elo, kerjaannya game mulu!" Sahut lelaki yang kini tengah bersiap-siap untuk pergi kuliah.
"Ketimbang ngejar bocah yang udah jelas nggak suka sama kita," sindir Ringgo.
"Sekali lagi Lo ngomong gitu, gue bonyokin muka Lo itu!" Ancam Irfan berlalu mengambil kunci motornya dan pergi begitu saja.
Sementara Ringgo hanya tertawa melihat ekspresi wajah temannya itu.
____
Tak terasa, kini sampailah lelaki berdarah Thailand itu di Indonesia. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Kini akhirnya ia dapat menghirup udara bebas di Indonesia, tepatnya di Kota Jakarta.
"Wow! Indah sangatlah kota Kat Indonesia ni," gumamnya terkagum-kagum.
Namun tak berapa lama, ia pun teringat akan pesan ibunya yang meminta untuk memberi kabar sesampainya di Indonesia.
Jirayut pun langsung merogoh ponselnya, dan tanpa disangka, banyak sekali pesan WhatshApp dari seseorang yang tak lain adalah Miyha. Tanpa mau membuka pesan tersebut, Jirayut pun kembali pada tujuan utama yaitu menghubungi ibunya lewat video call sambil menunjukkan betapa indahnya Indonesia."Jaga diri kau kat sana ye Ji!"
"Iye Bu, sudah dulu ye, Jirayut nak lanjut cari kost-kostan. Nanti Jirayut bagi kabar lagi. Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!"
Dengan perasaan lega, lelaki berambut pirang abu-abu itu memasukan kembali ponselnya ke saku celana tanpa mau melihat isi pesan dari Miyha, berhubung hari mulai sore, ia pun langsung melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan taksi online yang sudah dipesan.
"Semula kumengagumi ... sikap dan ketulusanmu ... Hingga diriku ... Jatuh terbuai ... Dalam bujuk dan rayumu ...."
"Wah, adek asli Thailand tapi nyanyi lagu dangdutnya kok bisa sebagus itu sih. Hebat loh!" Puji si supir.
"Terima kasih Pak, saya memang suka dangdut, walau tak banyak tahu lagu dangdut," ucap Jirayut dengan ramahnya.
Sepenggal lirik lagu dangdut yang baru saja ia lantunkan dengan sangat menyentuh, rupanya berhasil mencuri perhatian si supir taksi online.
"Kenapa tidak jadi artis saja Dek? Wajah ok, suara bagus. Sudah cocok jadi artis hehehehe." Lagi-lagi bapak tersebut memuji dirinya, membuatnya semakin tersipu malu.
"Itu hanya mimpi Pak, walaupun semua mesti balik lagi pada rezeki masing-masing, kita tak ada yang tahu rezeki orang. Lagi pula saye kat Indonesia ni nak lanjutkan sekolah je." Jelas Jirayut dengan sopan.
Bapak tersebut pun akhirnya mengangguk setuju. Karena memang tak ada yang tahu rezeki seseorang, manusia memang bisa berencana, namun tetap Tuhan yang menentukan.
"Dek, sudah sampai," ucap pak supir, sesampainya di depan kost-kostan khusus pria sembari membantu Jirayut untuk mengeluarkan semua barang-barang yang ia bawa.
"Terima kasih ya Pak!"
"Sama-sama."
Karena hari sudah mulai gelap, lelaki berkulit putih itu langsung bergegas menuju pintu depan dan membawa masuk semua barang-barang.
____
Bersambung ... !!!
Sampai di sini dulu ya.
Next insyaallah author lanjutin lagi.
Ditunggu kritik dan sarannya, terutama untuk bahasa di bagian dialog yang masih belepotan. Jujur author nggak tahu bahasa melayu. Wkwkwkwk.Jangan lupa follow Instagram:
Jirayut: @jirayutdaa4official
Rara: @lida_rara.vc
Author: @nadstorysusi94
Sumber gambar: @rarajirayut.squadDan subscribe juga akun channel YouTube author di: Nadstory Susi
KAMU SEDANG MEMBACA
TURIS HATIKU
Fanfic"Bukan siapa yang lebih dulu, tapi tentang siapa yang selalu ada." ___ Sebuah cerita bersambung dengan genre fanfiction romance, yang sengaja ditulis untuk para pecinta JIRRA. Terima kasih banyak untuk kalian yang sudah support author dan juga duo b...