"Bukan siapa yang lebih dulu, tapi tentang siapa yang selalu ada."
___
Sebuah cerita bersambung dengan genre fanfiction romance, yang sengaja ditulis untuk para pecinta JIRRA.
Terima kasih banyak untuk kalian yang sudah support author dan juga duo b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku tak tahu, apakah ini awal yang baik atau justru sebaliknya."
***
"Eh itu handphone gue!" Teriak Indah sembari mengambil kembali ponselnya yang hampir saja dibanting oleh Fany.
"Ini nggak bisa dibiarin Ndah, gue harus bener-bener kasih pelajaran itu anak! Aaarrrgghh sialan!" Ucap Fany dengan penuh emosi.
"Fany! Bicara apa kamu barusan?" Tanya Bu Dewi, guru yang mengajar di jam pertama pada saat itu.
Fany yang baru saja menyadari kehadiran ibu Dewi pun langsung kembali ke tempat duduknya sembari menatap tajam ke arah Indah.
"Kok Lo nggak bilangin gue sih, kalau Bu Dewi ada di belakang gue?" Bisiknya.
"Gue udah kasih kode, lo nya nggak peka," sahut Indah.
"Fany! Sini kamu!"
"Ada apa ya Bu?" Tanya gadis berambut coklat itu sembari beranjak pelan dari tempat duduknya.
"Bicara apa kamu tadi?"
"E ... Enggak kok Bu! Saya nggak ngomong apa-apa, iya kan Ndah?" Ucapnya sembari melirik tajam ke arah sahabatnya itu.
Namun sayangnya kali ini Indah pun nampak tak bisa berbuat apa-apa selain diam. "Mampus gue!" Batin Fany. Menyadari bahwa guru yang berada di samping saat ini ialah guru killer di sekolah tersebut.
"Tadi baru saja ibu mendapat laporan, bahwa kemarin kamu sudah membully salah satu siswi yang ada di kelas sebelah. Dengan menyembunyikan sepeda milik siswi itu. Apa itu benar Fany?"
"Hah ... Nggak kok Bu, itu nggak bener, orang Fany dari kemarin nggak ngapa-ngapain," elaknya dengan ekspresi panik.
"Sialan! Itu cewek bener-bener mau cari masalah rupanya," batinnya semabri mengepal kedua tangannya dengan erat.
"Jangan bohong Fany! Kamu akui atau saya laporkan ke kepala sekolah!" Ancam Bu Dewi, yang akhirnya mau tak mau, membuat siswi berambut coklat itu mengaku.
Akhirnya Fany pun diminta untuk meminta maaf secara langsung bersama dengan Bu Dewi.
"Oh no! Yang bener aja gue harus minta maaf, ogah banget!" Batin Fany sesampainya di kelas XII IPA1.
"Ayo Fany!" Seru Ibu Dewi.
Rara yang tak tahu menahu tentang hal itu pun masih terlihat bingung dan memilih untuk diam. Sementara Silla dan juga Idwan kini justru tersenyum penuh kemenangan.
"Kau adu perihal tadi tu kat guru ye?" Bisik Jirayut yang curiga dengan ekspresi Silla dan juga Idwan.
"Iya, biar tahu Rara tu cewek songong!" Ucap Idwan balas membisiki teman sebangkunya itu.
"Saye tak yakin pun kalau Rara akan senang dengan hal ni, kalian orang adukan perihal ni. Rara pun pasti kan dapat masalah lebih besar lagi," ucap Jirayut yang kini mulai cemas. Pasalnya ia pun dapat melihat, betapa benci dan marahnya Fany terhadap Rara.
"Khawatir banget sih, udahlah tenang aja. Rara nggak sendiri. Toh kita kan selalu ada buat Rara," tambah Silla yang ternyata sedari tadi ikut menyimak.
Setelah beberapa kali Ibu Dewi mendesak Fani untuk meminta maaf, akhirnya dengan terpaksa gadis berambut coklat itu meminta maaf pada Rara.
"Maafin gue!" Ucapnya dengan malas, sembari mengulurkan tangannya.
"Iya, aku udah maafin kamu kok," balas Rara sembari membalas uluran tangan dari Fany.
Rara yang tadinya ingin tersenyum pun langsung kembali dengan ekspresi datarnya, saat melihat tatapan tajam dari gadis di hadapannya itu. Tatapan yang seakan-akan memberitahukan dirinya bahwa inilah awal peperangan dimulai.
"Sepertinya ini bukan pertanda baik untukku," batin Rara.
"Ya sudah, kalau begitu. Ayo Fany kembali ke kelasmu sekarang!" Titah Bu Dewi.
Fany pun langsung pergi begitu saja menuju kelasnya. Dengan perasaan kesal dan marah gadis itu meninggalkan kelas XII IPA1.
____
Selama jam istirahat, Rara nampak tak ingin keluar kelas, perasaanya berubah cemas setelah Fany meminta maaf padanya.
"Serius nggak mau ke kantin?" Tanya Silla.
"Nggak Sil, kamu aja ya, aku masih kenyang," tolaknya.
"Yaudah kalau gitu, Idwan Jirayut kalian ke kantin yuk!" Ajak Silla kepada dua lelaki di belakangnya.
"Ayo!" Seru keduanya.
Akhirnya ketiga teman Rara pun berlalu menuju kantin. Meninggalkan gadis berwajah Barbie itu sendiri di kelas.
____
Bersambung ....
Sampai di sini dulu ya. Next insyaallah author lanjutin lagi. Ditunggu kritik dan sarannya ya.