Bab 21

108K 5.4K 50
                                    

Bima sudah selesai mengganti bajunya yang sebelumnya sudah basah.

Di depan tenda, para sahabatnya sedang menyedu teh hangat untuk mereka minum.

Bima menganbil satu gelas teh yang sudah selesai di bikin para sahabatnya, lalu Bima berjalan menuju tenda dimana Ara berada.

"Ara. Ganti bajunya udah selesai belum" Panggil Biima dari luar tenda.

SreeeeekK."Ara membuka resleting pintu tenda itu.

"Udah." Kata Ara setelah pintu tenda nya terbuka lebar.

Bima menyodorkan segelas teh hangat pada istrinya Ara.

"Terimakasih." Ucap Ara sembari menerima gelas berisi teh itu lalu meneguknya.

"Istirahat aja dulu, katanya tadi mengantuk." Perintah Bima di angguki Ara. Dan memberikan gelas yang sudah kosong pada Bima.

Ara masuk kembali kedalam tenda untuk beristirahat dan membiarkan pintu tenda nya terbuka, maksudnya masih tertutup tapi tidak di tutup lagi resleting nya agar Bima tak susah payah lagi memanggilnya dari luar tenda.

Sedangkan Bima bergabung dengan para sahabatnya yang sedang meminum teh milik mereka masing-masing.

"Gimana?" Tanya Heru membuat Bima yang naru saja duduk mengerinyitkan keningnya.

"Apanya?"

"Hubungan lo sama mbak Ara?"

"Baik-baik aja." Kata Bima.

"Makaud gue, kalian udah saling bicara kan?" Tanya Heru lagi.

Bima hanya menganggukan kepalanya.

"Baguslah, jadi gak sia-sia kita ninggalin kalian." Ucap Heru lagi.

"Oh jadi kalian sengaja ninggalin gue berdua sama Ara karena itu." Kata Bima rada kesal.

"Iya. Habis kita kesal liat lo ngambek sama bini kayak anak kecil yang ngambek sama ibunya." Celetuk Noval membuat Bima kesal tapi Bima tidak marah, karena bagaimana pun niat para sahabatnya itu baik.

"Lo sama mbak Ara kenapa lama banget sih ya, padahal kita udah lebih dari satu jam disini setelah mendirikan tenda?" Tanya Reno.

"Gimana mau cepat sampai kalau Ara tiap sepuluh menit sekali minta berhenti dan kalian tau gak, bahkan Ara sempat ketiduran di di jalan." Kata Bima sedikit berbisisk takut di dengar Ara, dan ucapan Bima membuat para sahabatnya terkekeh.

"Mungkin dia gak biasa tidur telat kali, sampai-sampai di dalam hutan kayak gitu  saja bisa ketiduran." Kata Heru terkekeh bersama yang lain.

"Entahlah, padahal gue sempat mengira dia pingsan. Eh ternyata tidur." Ucap Bima lagi ikut terkekeh karena melihat teman-temannya.

Setelah hampir dari setengah jam berbincang-bincang sambil meneguk teh dengan para sahabatnya, Bima pergi ke tempat Ara.

Bima melihat Ara berbaring dengan badan meringkuk dan menggigil.

"Hey Ara kenapa?" Tanya Bima cemas melihat Ara.

Ara membuka matanya, ternyata Bima sudah berada di dalam tenda dan duduk di samping dirinya.

Ara menggeleng lemah.
"Cuma kedinginan aja" Jawab Ara pelan.

Bima cuma diam saja lalu berlalu keluar dari tenda itu membuat Ara tersenyum miris.

"Jangan berharap banyak Ara." Kata hati Ara kecewa."

Tak lama setelah itu Bima masuk lagi ke tenda dimana Ara berada dengan membawa tas carrier yang selalu dia sandang sedari perjalanan tadi.

Ara hanya memperhatikan Bima yang seperti sedang mencari sesuatu di dalam tas carrier miliknya.

"Pake ini Ra." Ucap Bima mengeluarkan sleeping bag miliknya.

Bima membuka resleting sleeping bag nya dan membantu Ara memakainya. Ara hanya menurut saja karena tak kuat menahan dingin.

"Sejak kapan kamu kedinginan begini?" Tanya Bima saat memasang resleting seelping bag itu.

"Dari tadi, ketika kita baru sampe sini." Lirih Ara sambil memejamkan matanya berkali-kali.

"Kenapa gak bilang sedari tadi?"

"Takut nyusahin kamu." Jawab Ara pelan sambil meringkuk di dalam sleeping bag itu.

Bima menghelakan nafas mendengar jawaban Ara.
"Habis ini kalau ada sesuatu atau butuh bantuan bilang aja, jangan kebanyakan gak enak." Nasehat Bima.

Ara menganggukan kepalanya.

"Terimakasi." Ucap Ara memandang Bima dengan senyuman.

Bima menganggukan kepalanya dan mengambil posisi duduk di sebelah Ara dan mengusap-usap kening sampai kerambut Ara.
"Tidurlah." Ucap Bima sambil mengusap kepala istrinya Ara.

Ara yang diperlakukan seperti itu,langsung merasa mengantuk karena tangan Bima yang mengusap kepalanya terasa sangat nyaman.

Bima tersenyum mendengar nafas Ara yang telah teratur menandakan dia telah tertidur.

Bima melihat jam di tangannya sudah menunjukan jam setengah enam.
Sebenarnya Bima ingin mengajak Ara ke puncak gunung sambil menikmati sunrises atau matahari terbit.

Tapi melihat keadaan Ara sekarang membuat Bima mengurungkan niatnya, karena mereka masih punya hari esok melakukakan itu.

"Tidurlah my wife." Ucap Bima pelan lalu membaringkan tubuhnya juga di samping Ara.

SUAMIKU ADIK PACARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang