Bab 37

99.3K 5.3K 291
                                    


Adakah yang masih melek???

Para perawat mendorong brangkar rumah sakit yang ada Ara di atasnya. Wajah Ara kelihatan pucat, infus sudah terpasang di kedua tangan nya. Yang satu infus seperti biasa, dan yang satu infus yang cairannya adalah darah tambahan untuk Ara.

Frida menghampiri Ara yang antara sadar atau tidak itu ketika melewati tempat mereka sekarang berkumpul dan meminta izin sebentar pada para perawat itu.

"Berjuanglah sayang." Kata Frida mencium kening Ara.

"Ma..Mama Ara gak kuat lagi. Bayi Ara mama" Lirih Ara lemah yang tiba-tiba membuka matanya mendengar suara Frida.

"Bertahanlah sayang, Mama janji setelah kamu sadar setelah operasi nanti, Bima lah yang pertama kali kamu lihat." Kata Frida membuat mata Ara terbuka sempurna, begitu pula yang lainnya.

"Mama tau dimana Bima?" Tanya Ara lemah dengan air mata yang sudah menetes.

Frida menganggukan kepalanya.
"Maafkan Mama nak, karena menyebunyikan nya pada  mu. Sekarang Mama  minta kamu  yang kuat. Ketika sadar nanti Bima sudah disini untukmu." Lalu Frida menyuruh perawat kmbali melakukan tugas mereka.

Semua menatap penasaran pada Frida, bertanya-tanya siapa Frida sebenarnya. Berbeda dengan Danil dan Riani yang terkejut mendengar Frida mengetahui keberadaan Bima.

"Dimana Bima? Apa kau yang menyembunyikan nya selama ini Frida?" Suara tegas Danil akhir nya terdengar.

Frida menatap tajam Danil dan tersenyum miring melirik Riani.
"Aku tidak menyembunyikannya, tapi dia sendiri yang pergi karena tidak tahan dengan sikap kalian yang memperlakukannya sebagai anak tiri. Walau Bima memang anak tiri Riani tapi tidak dengan dirimu Tuan Danil." Kata Frida tersenyum miring.

Vivi dan para sahabat Bima terkejut mendengar itu, berbeda dengan Revan yang sudah menebak siapa Frida semenjak Frida menyebut Ara sebagai menantunya.

"Aku tidak pernah membeda-bedakan anak-anak ku, apalagi memperlakukan Bima sebagai anak tiri." Kilah Danil.

"Ya memang tidak, tapi kau hanya diam saja ketika istrimu membeda-bedakan Bima dengan putra kalian." Kata Frida melirik Riani yang menundukkan kepalanya.

"Riani sayang pada Bima, tidak seperti dirimu yang meninggalkannya." Kata Danil membuat Frida emosi.

"Kau masih saja membela istri mu itu setelah apa yang di lakukannya pada Bima. Apa karena Bima terlahir di rahim ku bukan di rahim Riani?" Ucap Frida tajam membuat Danil tersentak.

"Apa definisi sayang di mata mu dan istrimu adalah dengan mengorbankan Bima putraku sebagai pengganti putra kalian yang kabur di hari pernikahannya, dan meminta putraku meninggalkan istrinya hanya karena putra kalian datang kembali." Kata Frida mengeluarkan unek-uneknya.

Vivi dan para sahabat Bima mulai mengerti siapa itu Frida yang sebenarnya.

"Maafkan saya." Cicit Riani hanya di sambut decehan sinis oleh Frida.

Sedangkan Danil hanya terdiam.

"Dan satu lagi tuan Danil yang terhormat." Kata Frida tanpa membalas ucapan maaf dari Riani.

"Aku meninggalkan putra ku bukan tanpa alasan, kau lah alasan semua yang terjadi ini. Aku pergi hanya tidak ingin menjadi istri kedua mu, aku tidak sudi sedikitpun menyandang predikat kedua itu. Kalau tidak karena kau menipuku karena tidak mengatakan kau sudah mempunyai istri dan anak aku tidak sudi menikah dengan pria brengsek seperti mu. Kau menghancurkan kehidupan ku, dan kedekatan kau dengan Bima membuatku harus ikhlas meninggalkan Bima dengan kalian karena Bima tidak bisa jauh dari Ayah nya, Ayah brengsek seperti mu yang hanya menyayangi satu putramu saja."

"Aku menyayangi kedua putra ku Frida." Ucap Danil sedikit meninggi karena tidak tahan dengan mulut istri keduanya yang ketus itu.

"Kau hanya menyayangi istrimu Riani dan putra mu Revan Danil. Jika kau menyanyi Revan dan Bima dengan kasih sayang yang sama semua ini tidak akan terjadi."

"Sudah cukup, aku yang salah disini." Sela Riani terisak.

Revan memeluk Maminya melihat Riani yang menangis, ada penyesalan di hati Revan. Gara-gara dirinya ibunya sekarang menjadi begini, padahal dialah yang pantas di salahkan disini.

"Vi temanin Tante mengurus administrasi." Ajak Frida yang enggan melihat Danil dan keluarga.

"I..i..iya Tan." Jawab Vivi tergagap yang masih syok melihat drama keluarga ini.

Berbeda dengan Vivi yang begitu syok melihat semua itu,.
Noval, Reno dan Heru malah mengadahkan kedua tangan mereka ke kedua pipi mereka seperti menonton drama Korea dengan seriusnya.

*****
Sekarang mereka tengah menunggu Ara di depan ruang operasi dengan suasana canggung.

Operasi sudah berjalan satu jam tapi belum ada tanda-tanda akan selesai.

Tap

Tap

Tap

"Ma." Panggil Bima pada Frida membuat dia menjadi pusat perhatian. Bima datang dengan penampilan acak-acakan. Kemeja kerja dengan jas di sandang di bahu dan dasi yang sudah longgar.

Bima melihat semua sedang berkumpul disini termasuk para sahabatnya. Tapi Bima hanya melewati kedua orang tuanya dan menghampiri Frida yang sudah berdiri menanti putranya.

"Anak Mama." Ucap Frida memeluk Bima.

"Ada apa Ma? Ara kenapa?"

"Maafkan Mama, sebenarnya Ara hamil anak mu nak sudah 5 bulan. Mama sebenarnya ingin memberitahu mu Minggu ini mengingat keadaan mu sudah membaik dari dua bulan yang lalu."

"Apa Ara hamil anak Bima Ma?" Kata Bima tak percaya dengan hati yang bahagia.

Frida mengangguk.

"Lalu Ara kenapa sampai masuk rumah sakit? Dan____." Bima melirik ruang operasi lalu menatap Mama nya.

"Vi bisa kamu jelaskan apa yang terjadi?" Ucap Frida yang juga belum mengetahui kejadian kenapa Ara sampai begini.

Bima menatap Vivi meminta penjelasan membuat Vivi tak enak harus menceritakannya, karena Vivi yakin pasti akan ada keributan lagi.

"Begini________." Mengalirkan semua cerita dari mulut Vivi.

"Dan satu lagi, kata dokter_______." Vivi juga menjelaskan penjelasan dari dokter tadi.

Bima terduduk di lantai karena tiba-tiba saja kaki nya lemas mendengar penjelasan Vivi.

Dengan mengumpulkan seluruh tenaganya, Bima berdiri dan membalikan badannya menatap Revan dengan tatapan intimidasi.

"Maaf." Cicit Revan yang berdiri tak jauh dari orang tua nya.

Tap

Tap

Tap

Bima mendekati Revan.

BUGhH

BUGH

     BUGH

Riani berteriak meminta Bima berhenti memukul Revan. Sedangkan Danil hanya diam tidak ingin di anggap pilih kasih lagi pada satu anaknya.

"BIMA BERHENTI NAK." Teriak Riani histeris mau tak mau Bima menghentikan pukulannya.

"Kalau bukan karena Mami aku pasti sudah membunuh mu." Ucap Bima dengan dada yang naik turun karena emosi.

BUGH

Satu pukulan lagi tepat di hidung Revan, membuat Riani menangis.

SUAMIKU ADIK PACARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang