Bab 32

91.7K 4.4K 123
                                    

"APA KAMU PUAS SEKARANG?" Bentak Danil ke Riani dan melemparkan surat dari Bima ke istrinta.

Danil meninggalkan Ara di apartement karena orang tua Ara juga sedang jalan menuju apartement Bima ingin melihat keadaan Ara.Sebelumnya Danil sudah menelfon kedua orang tua Ara dan meminta maaf setelah menceritakan semuanya.

Riani menangis setelah membaca surat yang di lemparkan suami nya itu.

"Maafkan aku mas." Lirih Riani.

"Apa maaf mu bisa membuat putra ku kembali?" Ucap Danil meninggalkan istrinya di ruang keluarga dan masuk ke dalam kamar.

Revan yang baru datang berdiri di.depan pintu menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya

"Isi surat nya apa Mi?" Tanya Revan mendekati Maminya.

"Adik mu pergi." lalu Riani menyodorkan surat itu pada Revan sambil terisak.

Revan membaca surat yang di sodorkan Maminya.

"Mami masih mendukung Revan kembali pada Ara kan Mi?" Tanya Revan tiba-tiba penuh harap.

"Sudahlah Revan, Ara itu istri adik mu." Kata Mami nya mulai menyesal.

"Tapi bukan adik kandung Mi. Mami seharusnya mendukungku mendapatkan kembali cinta ku Mi."

"Dia hamil Revan, hamil anak Bima." Kata Mami nya memberikan pengertian.

"Aku tidak masalah, anak itu bisa menjadi anak ku juga. Lagian Bima saja sudah pergi. Bayi itu akan membutuhkan sosok seorang Ayah." Kata Revan.

"Berhentilah Revan, keluarga kita sudah berantakan karena masalah ini. Cari lah wanita lain."

"Pokok nya  Ara akan tetap menjadi milik ku." Kata Revan dan pergi meninggalkan Mami nya begitu saja.

*****

Ke esokan harinya.

"Pikirkan bayi mu nak, makanlah walau hanya sedikit." Pinta Bunda Ara.

Orang tua Ara memang sudah berada di Apartemnent Bima. Mereka langsung datang setelah mendengar ucapan Danil ayah Bima.

"Ara gak lapar bunda."

Bunda Ara menghembuskan nafas lelah.

Tak lama tetdengar bel berbunyi.

"Biar Ayah yang buka." Ucap Ayah Ara.

Ceklek.

"Pagi om, bisa saya bertemu Ara." Kata Revan gugup dengan pandangan intimidasi Ayah Ara.

"Buat apa kamu bertemu anak saya lagi?"

"Maafkan saya atas yang sudah saya lakukan om, karena telah meninggalkan pernikahan itu. Saya menyesal."

"Pertanyaan saya, buat apa lagi kamu bertemu anak saya? Ara itu istri adik kamu."

"Sa...Saya ingin bertanggung jawab atas kehamilan Ara."

"Cih, kenapa kamu yang bertanggung jawab?" Kesal Ayah Ara.

"Bima sudah pergi dan ingin menceraikan Ara, saya bersedia menggantikan Bima dan bertanggung jawab atas bayi yang di kandung nya." Jelas Revan.

"Mas Revan." Suara Ara yang tepat di belakang Ayah nya.

"Ara." Sapa Revan tersenyum senang melihat keberadaan Ara.

"Ngapain kesini?" Tanya Ara membuat senyum di bibir Revan luntur.

"Ara izinkan aku menjadi pengganti Bima, aku akan bertanggung jawab atas bayi mu. Aku akan memberikan dia kasih sayang seorang Ayah." Pinta Revan menatap Ara.

"Ayah masuk dulu, kalian bisa bicarakan berdua. Ayah yakin kamu wanita dan istri yang bijak." Pamit Ayah Ara memegang bahu Ara lalu meninggalkan Ara dan Revan yang berdiri di pintu apartement.

Ara tak kelihatan berniat mempersilahkan Revan masuk.

"Maaf mas Revan, anak aku punya Ayah. Dan Ayah nya masih hidup untuk memberikannya kasih sayang."

"Tapi Bima kan sudah pergi Ara. Izinkan aku bertanggung jawab atas bayi mu."

"Ya mas Revan, Bima memang sudah pergi. Tapi aku yakin dia akan kembali. Jika mas Revan ingin bertanggung jawab, tolong bawa kembali suamiku pulang. Karena alasan nya pergi adalah mas Revan dan Mami." Ucap Ara penuh penegasan membuat Revan terdiam.

"Jadi sekarang ku mohon pergilah, tidak baik sorang laki-laki bertamu ke rumah wanita yang bersuami saat suami nya tidak ada di tempat."

"Baiklah. Tapi aku tidak akan menyerah Ara. Dari awal kamu adalah milik ku, dan akan kembali menjadi milik ku." Ucap Revan lantang.

"Dan aku bukan barang atau bola yang bisa di oper-oper mas Revan. Walau suami ku tak kunjung kembali, aku juga tak akan pernah kembali pada mu." Sinis Ara membuat Revan menatap nya tajam.

Tiba-tiba saja Revan merengkuh Ara kedalam pelukan nya membuat Ara terkejut.

"Apa-apaan ini?" Ucap Ara mendorong tubuh Revan tapi Revan malah mempererat pelukan nya.

"Kita liat saja nanti sayang, jika dengan baik-baik tidak bisa maka bersiaplah dengan cara ku yang lain." Bisik Revan tepat di telinga Ara dan mengecupnya sekilas membuat badan Ara menegang.

"Pergi." Bentak Ara mendorong tubuh Revan hingga terlepas.

"Baiklah." Ucap Revan seperti wajah tak berdosa meninggalkan Ara begitu saja.

"Dasar stres." Umpat Ara.

Ara menutup pintu apartementnya dan masuk ke kamar menelfon seseorang.

****

Sekarang di sinilah Ara dan Vivi, di Bogor.
Tepat di depan sebuah rumah ketika Vivi melihat keberadaan Revan saat di Bogor.

Orang yang di telvon Ara adalah Vivi karena Ara meminta Vivi menemaninya ke Bogor.

"Lo yakin kita masuk Ra? Ragu Vivi.

"Gak." Ucap Ara membuat Vivi memutar bola matanya malas.

"Terus kita ngapain di sini?" Ucap Vivi tak habis fikir.

Ara terdiam beberapa saat.
"Apa ko yakin yang lo liat menggendong bayi itu mas Revan?" Tanya Ara memastikan.

"Orang nya sih mirip, tapi gue juga gak bisa pastikan."

"Tapi entah mengapa gue merasa yang lo liat itu benar mas Revan. Gue yakin ada yang si sembunyikannya di sini. Dan mudah-mudahan aja rahasianya itu bisa membuat masalah ini cepat kelar. Gue gak tahan hidup seperti ini lagi, di tinggal Bima karena Revan." Kata Ara.

"Ya sudah kalau gitu ayo masuk." Ajak Vivi.

Ara mengangguk dan berusaha membuka pagar rumah itu yang kebetulan tidak di kunci.

SUAMIKU ADIK PACARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang