Tak terasa pernikahan Ara dan Bima sudah berjalan hampir 3 bulan saja.Semakin hari hubungan Ara dan Bima makin membaik, hanya saja mood Ara sekarang ini yang membuat Bima sedikit kelimpungan.
HueeeekK HuuUueekK
HuekK
"Sayang kenapa?" Suara serak Bima terdengar dari belakang Ara.
"Masuk angin, mungkin karena lembur semalam." Ucap Ara sambil membersihkan mulut nya.
"Ke dokter aja ya?"
Ara menggeleng.
"Gak mau, cuma masuk angin aja kok. Nanti dokter nya malah ngasih obat." Kata Ara yang memang paling takut sama namanya obat."Kok kamu bangun? Terganggu sama suara aku ya?" Ucap Ara tak enak hati.
"Gak apa-apa sayang."
"Tidur lagi gih, sekarang baru jam 4 subuh."
"Berdua." Manja Bima membuat Ara memutar bola matanya malas.
Di atas ranjang Ara memeluk Bima dan bersandar ke dada bidang Bima.
"Aku kenapa jadi kangen sama Mami ya." Ucap Ara tiba-tiba.
"Ya udah kita kesana aja. Kok tumben-tumbenan kamu kangen sama Mami?"
"Gak tau, kangen aja."
"Ya sudah, bagaimana kalau pulang kerja nanti kita pulangnya ke rumah Mami aja." Ajak Bima.
Ara mengangguk antusias.
"Ok sekarang tidur lagi." Perintah Bima.
***
Di kantor, Vivi menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Ara.
"Lo gak di kasih makan sama laki lo Ra?" Ledek Vivi karena sedari tadi Ara sudah makan banyak sekali. Mulai nasi goreng, gado-gado, mie rebus dan sekarang di atas meja kerja Ara ada sepiring buah-buahan yang sudah di potong untuk jadi bahan ngemil nya selama bekerja.
"Enak aja." Ara tak terima melototti Vivi.
"Habis gue liat lo dari tadi gak kenyang-kenyang sih."
"Gue tu habis masuk angin, pagi tadi gue gak sarapan karena perut gue kembung dan muntah-muntah. Wajar dong kalau sekarang gue makan sedikit banyak."
"Ya ya ya ya. Terserah lo deh. Tapi yang namanya banyak itu gak pake kata sedikit. Banyak ya banyak aja, gak usah pake sedikit banyak." Ledek Vivi.
"Biarin." Kata Ara acuh sambil mengemil buah yang sudah di potong-potong itu.
*****
Tiit tit...
Ara tersenyum sumringah melihat kedatangan mobil Bima di depan kantor nya. Tidak menunggu waktu lama Ara menghampiri nya dan masuk kedalam mobil. Tidak ada tradisi romantis seperti Bima yang akan membukakan pintu untuk Ara. Karena Ara tidak menyukai semua itu.
Kemaren saja saat Bima mencoba romantis seperti di filem-filem membukakan pintu untuk sang kekasih, bukannya senang dan memgucapkan terimakasih. Ara malah marah-marah .
"Tangan aku gak sakit Bima. Masih bisa membuka nya sendiri." Gerutu Ara membuat Bima cengo. Seharusnya Ara senang dong di perlakukan istimewa, tapi istrinya itu malah tidak mau.
Mood Ara akhir-akhir ini sering berubah-rubah. Di baikin salah, di cuekin malah menangis.
Kadang Bima berfikir, mungkin saja sifat Ara asli nya sudah keluar. Tidak semanis seperti pertama-tama saat pulang dari padang dulu, kala itu Ara sangat manis. Tapi tetap saja Bima tidak bisa berpaling, karena dia sudah sangat mencintai istrinya itu.
"Kangen." Kata Ara yang baru saja masuk ke dalam mobil Bima.
Bima tersenyum senang, ternyata sore ini di sambut sikap manis Ara. Bukan sikap menyebalkannya yang sering muncul akihir-akhir ini.
"Aku juga." Balas Bima mengecup pipi Ara.
"Jadi gak menginap di tempat Mami?"
"Jadi dong." Balas Ara semangat.
"Ok, lets go."
Bima mengendarai mobil nya lagi menuju kediaman orang tua Bima.
Sesampai nya di depan rumah mewah berlantai dua itu, yang tak lain adalah rumah orang tua dari Bima. Ara keluar dari mobil, bahkan sebelum mesin mobil belum di matikan Bima.Bima hanya menggeleng-geleng melihat tingkah Ara yang dulu seperti wanita dewasa dan anggun sekarang sering berubah-ubah bahkan sekarang Bima melihat tingkah Ara seperti bocah saja.
"Sayang tunggu." Teriak Bima sambil menutup pintu mobil nya, tapi Ara tidak menghiraukan nya membuat Bima berdecak.
Bima berjalan menuju pintu rumah orang tua nya yang kebetulan terbuka karena tidak di tutup Ara yang barusan sudah duluan masuk kedalam.
Tapi saat kaki nya sudah melangkah masuk ke dalam rumah.
Deg.
Mata Bima terasa panas.
Dada Bima sesak melihat kejadian di depannya.
Dia tidak rela sesikitpun melihat miliknya di dekap seorang pria lain selain dirinya.
Rasanya Bima ingin menangis saja, tapi dia berusaha menahan air matanya agar tidak turun.
Rasa takut kehilangan tiba-tiba muncul saja setelah melihat semua ini.
"Maafkan aku." Ucap orang yang sedang memeluk wanitanya itu.
Bima mengepalkan tangannya, ingin sekali dia menonjok wajah orang itu. Tepat nya pria yang sedang memeluk milik nya, wanita nya, istrinya.
Bima rasanya tidak bisa lagi membiarkan ini. Sedangkan kedua orang tua nya hanya terdiam melihat istrinya di peluk pria itu.
Yang lebih membuat Bima tercekat adalah, Ara hanya diam dan tidak menolak pelukan dari pria itu. Walau juga tak membalasnya.
"Lepaskan istri ku." Ucap Bima menarik Ara agar terlepas dari pria itu.
"Bima apa-apaan kamu? Istri apa maksud kamu?" Tanya Pria itu dengan ekspresi bingung sekaligus terkejut
"Dengar dengan baik bang Revan.
Arabella adalah ISTRI ku." Ucap Bima menegaskan kata istri."Tidak mungkin." Kata Revan tak percaya.
Pria itu adalah Revan, Revan telah kembali.
"Tidak ada yang tidak mungkin." Ucap Bima dengan dingin sambil merangkul Ara dan memeluk pinggang Ara dengan posesif. Arabella masih diam mematung saat Bima merengkuhnya.
Sedangkan orang tua Bima sekaligus Revan, hanay menonton tak tahu harus berbuat apa.
"Apa kita sudah salah menjadikan Bima sebagai pengganti Revan mas?" Lirih Mami Bima membisikan pada telinga sang suami.
Maaf karena aku jarang balas koment nya ya readers.
Aku lagi banyak kerjaan akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU ADIK PACARKU
Romance2 tahun berpacaran ternyata tindak menjamin sampai ke tahap pernikahan. Tepat di hari H Revan menghilang tanpa jejak. Maka Bima lah yang sekarang menjadi suami sah dari Arabella. Memiliki suami lebih muda dari nya dan lebih-lebih Bima adalah adik...