END

137K 5K 118
                                    

Sekarang 2 bulan telah berlalu.
Ara dan Bima berjalan di koridor rumah sakit dengan senyum sumringah dan berpegangan tangan.

"Aku masih gak nyangka kalau Adrian udah bisa di bawa pulang hari ini." Kata Ara senang memeluk lengan Bima.

Bima mengacak-acak rambut Ara dengan gemas.
"Aku juga gak nyangka dan udah gak sabar menggendong jagoan kita. Gak kerasa aja ya, baru kemaren aku ketemu kamu setelah akad nikah. Eh sekarang kita udah punya Adrian aja" Balas Bima.

"Aku juga gak nyangka, dulu aku kira mas Revan lah yang jadi ayah dari anak-anakku kelak. Eh malah adik nya yang nikahin aku." Balas Ara membuat Bima menghentikan langkahnya.

"Jadi kamu masih berharap sama mas Revan ya?" Kata Bima menggoda Ara menatap Ara dengan memicingkan sebelah matanya.

Ara reflek menepuk jidat nya mendengar ucapan Bima.
"Itu kan dulu, wajar dong aku berfikir seperti itu dulu karena memang pernikahan yang di rencanakan memang buat aku dengan mas Revan. Kamu mah ih, kayak anak kecil." Cemberut Ara.

"Kamu kan memang menikah dengan anak kecil sayang." Ucap Bima terkekeh menoel dagu Ara dengan jari telunjuknya.

"Aku lupa, kamu kan memang masih bocah." Kata Ara balik menggoda Bima.

"Tapi aku udah berhasil bikinin kamu anak kita Adrian. Jadi aku bukan bocah Ara." Jawab Bima tak terima.

"Bukan cuma kamu aja, aku juga ikut bikin nya tau."

"Tetap aja bibit nya dari aku."

"Ih Bima kok jadi vulgar sih. Udah aku mau jemput Adrian aja, malas bicara sama kamu. Aku jadi ketularan mesum." Ucap Ara meninggalkan Bima yang terkekeh di belakangnya.

Kini Ara sudah sampai di ruangan bayi. Disana Ara dan Bima sudah di sambut oleh Dokter yang selama ini menangani Adrian putra mereka.

"Jadi kami udah bisa bawa anak kami pulang sekarang dok?" Tanya Bima.

"Ya. Tapi baby nya harus di bawa kesini sekali seminggu untuk memantau perkembangan nya."

"Apa ada obat yang harus kami tebus?" Tanya Bima lagi.

"Tidak bapak Bima. Melihat kondisi bayi kalian yang sudah kuat dan beratnya sudah normal seperti bayi seumuran dengannya itu tidak perlu lagi. Tapi hanya perlu di beri ASI secara teratur oleh si ibunya." Jelas sang dokter. Ara dan Bima menganggukan kepalanya mendengar penjelasan sang dokter dengan pandangan tak luput dari Adrian.

Perawat yang berjaga di ruangan itu mengeluarkan Adrian dari inkubator dan memberikannya pada Ara. Sedangkan dokter sudah pergi setelah selesai memberi tahu keadaan Adrian pada mereka.

"Hy sayang nya Mama." Kata Ara pada Adrian yang sudah berada di gendongan nya.

"Sayang nya Papa juga." Ucap Bima tak mau kalah menoel pipi Adrian yang di gendong Ara.

"Mirip banget sih nak sama Papa. Apa karena Papa terlalu ganteng ya Sampai-sampai kamu tiru wajah Papa." Ucap Bima gemas mengecup pipi Adrian.

"Papa mah kepedean. Orang Adrian kayak Mama." Ucap Ara tak mau kalah. Padahal Ara tau betul kalau Adrian adalah copy paste Bima sekali.

Adrian cuma memandang Ara dan Bima secara bergantian tak mengerti apa yang di katakan orang tuanya. Ara senang sekali di pandang mata jernih putra nya. Karena Adrian baru sebulan ini bisa membuka matanya. Tak seperti baru lahir dulu, mata Adrian yang terus terpejam.

"Terserah Mama deh, wanita mah selalu benar." Ucap Bima malas membuat Ara dan Perawat yang ada di ruangan itu terkekeh.

****

"Cucu nenek akhirnya pulang juga, sini sayang." Kata Frida menyambut cucunya yang baru pulang dari rumah sakit.

Frida memang sudah 2 bulan ini menginap di apartement Bima membantu-bantu Ara yang baru selesai lahiran. Awalnya cuma mau 40 hari, eh malah keterusan katanya masih pengen merasakan serumah dengan putra kandungnya Bima.

Ting Tong.

Ara, Bima dan Frida reflek melirik pintu.

"Siapa yang datang?" Tanya Bima.

"Palingan mah Dady kamu dan Mami sama Kakak tiri kamu." Ucap Frida malas.

Riani dan Revan memang sudah baikan dengan Ara juga Bima. Dua bulan lalu mereka mendatangi rumah sakit dimana Ara lahiran waktu itu kembali khusus meminta maaf. Dan Revan saat itu berjanji tidak akan mengganggu hubungan Bima dan Ara lagi walau di hatinya masih ada Ara. Kejadian di loby kantor Ara benar-benar membuat Revan menyesal. Tapi tidak dengan Frida yang masih perang dingin dengan Dady Bima dan juga Riani.

"Mama mah masih dendam aja, kan bentar lagi udah ada pengganti Dady. Gak kalah keren kok sama Dady." Ledek Bima membuat Frida merenggut.

Frida memang sedang dekat dengan seorang duda asal Singapura. Dan itu yang jadi bahan ledekan Bima pada Mamanya Frida.

"Udah sana gih buka pintunya, Mama mah gak sudi." Kata Frida dan beralih pada Adrian lagi yang sedang di gendong Ara.

Bima mengangguk dan pergi membuka pintu. Ternyata benar, tamunya adalah Danil, Riani dan Revan yang membawa kado buat si kecil Adrian.

Sekarang mereka tengah berkumpul duduk di sofa. Adrian sudah tertidur di pangkuan Ara yang duduk di sebelah Bima.

"Jadi gimana jabatan kamu di kantor, sudah sangat lama kamu tinggalkan. Kapan kamu kembali?" Tanya Danil tiba-tiba.

Bima melirik Revan yang cuma menunduk.

"Mas Revan kan ada Dad. Lagian dari pertama jabatan CEO kan memang di pegang oleh mas Revan." Jawab Bima.

"Gue gak apa-apa kok. Lagian kan setelah gue menghilang Lo yang ngurus perusahaan, berarti itu udah jadi hak Lo." Sela Revan.

"Iya, lagian kamu kan udah di angkat sebagai CEO di depan semua direksi. Gak enak juga sama mereka kalau kita ganti-ganti CEO terus." Kata Danil.

"Hem. Jangan lupa kamu punya tanggung jawab juga di perusahaan kita." Sela Frida dengan sinis dengan berdehem terlebih dahulu membuat Bima menahan tawanya dan menggelengkan kepalamelihat tingkah Frida yang sinis pada Danil. Danil cuma diam tak mau melawan sikap sinis Frida, karena dia tau Frida masih membencinya. Begitu pula dengan Riani yang cuma diam jika di antara mereka ada Frida. Walau di hati Riani ada iri melihat kedekatan Bima dengan Frida tak seperti dirinya yang tidak sedekat dulu dengan Bima. Bahkan Bima jarang berbicara dengannya walau masih menghormati Riani sebagai Maminya.

"Iya Dad, aku gak bisa menerima tanggung jawab perusahaan Dady.  Aku masih kuliah, dan perusahaan Mama sekarang juga aku yang tangani. Jika aku masih tetap menangani perusahaan Dady aku takut gak bisa membagi waktu buat Ara dan Adrian. Dengan mas Revan yang kmbali menjadi CEO di perusahan Dady menurut aku sudah tepat." Ucap Bima membuat Danil mengangguk pasrah.

"Baiklah kalau itu keputusan kamu." Pasrah Danil.

****
Bima dan Ara sekarang tengah berpelukan dengan posisi menyandar ke kepala ranjang. Sedangkan Adrian sudah tertidur di box bayi nya.

"Terimakasih sudah menerimaku kembali." Ucap Bima tiba-tiba mengecup puncak kepala Ara.

"Dan terimakasih sudah kembali. Dan jangan pernah pergi lagi" Balas Ara tersenyum pada Bima.

"Tidak akan, itu yang pertama dan terakhir kali nya." Ucap Bima mempererat pelukannya pada Ara.

"Jantung kamu berisik." Ucap Ara yang kepalanya bersandar pada dada bidang Bima.

"Itu karena aku cinta kamu, makanya di sini berisik." Kata Bima menunjuk ke dada nya. "Detaknya lebih kencang jika ada kamu di dekat aku." Lanjut Bima mencium pipi Ara.

"Love u to suami berondong ku." Balas Ara mengecup pelipis Bima membuat Bima terkekeh.

"Aku gak nyangka setelah akad nikah kita dulu ternyata Suamiku adalah Adik Pacarku. Tapi aku bahagia." Kata Ara lagi membenamkan wajahnya di ceruk leher Bima.

Bima mengelus punggung Ara.
"Yang terpenting sekarang aku mencintaimu dan kamu juga mencintaiku." Ucap Bima di angguki Ara.

End.

Di tunggu epilog dan extra part nya ya reader's.





SUAMIKU ADIK PACARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang