"Is...istri." Cicit Lisa melirik Ara yang sedang menatap Bima dengan mata berkaca-kaca.
"Ya." Ucap Bima tegas.
"Jangan pernah layangkan tangan kotormu itu pada istriku." Lanjut Bima
"Ma...maafkan saya pak." Kata Lisa menunduk.
"Kemasi barang-barang mu, dan silahkan ambil pesangon di HRD. Karena tidak ada maaf bagi orang yang ingin mencelakai wanitaku." Tegas Bima membuat Lisa terkejut.
Tak hanya Lisa, Ara juga terkejut dengan keputusan dan ucapan Bima. Ara tak menyangka keputusan Bima sampai segitunya, dan juga sangat terharu atas ucapan Bima membuat sesuatu ingin terbang saja di dalam perutnya.
Padahal Bima sedang marah, tapi tetap membela dirinya di hadapan Lisa.Tanpa memikirkan Lisa yang masih dalam mode keterkejutannya mendengar ucapan Bima.
Bima menggenggam tangan Ara dan menarik nya masuk ke ruang kerja nya. Setelah menutup pintu ruangannya, Bima memeluk tubuh Ara dan mengecup puncak kepala Ara.
Ara yang melihat tingkah Bima jadi bingung sendiri. Padahal tadi pagi suami nya ini masih dalam mode memdiamkan dirinya. Dan sekarang main peluk-peluk aja.
"Apa ada yang sakit?" Tanya Bima.
Ara menggelengkan kepalanya saja karena masih bingung dengan tingkah suami berondong nya. Mungkin benar kata Vivi, Bima masih di umur yang labil. Kadang marah, kadang perhatian dan kadang juga sering ngambek.
Bima mengiring Ara duduk di sofa yang ada di ruangannya.
"Kenapa ke sini hmm?" Tanya Bima yang berjongkok di depan Ara yang duduk di atas sofa.
Tiba-tiba saja air mata Ara menetes membuat Bima bingung.
"Kenapa menangis sayang?" Cemas Bima mengusap air mata Ara. Bima merasa Ara semakin cengeng saja sekarang, padahal sebelum ini Ara adalah sosok wanita dewasa.
Arabella menggelengkan kepalanya.
"Mau ngantar makan siang, tapi semuanya udah tumpah." Ucap Ara."Ssttt jangan menangis, terimakasih sudah mau memasakan dan mengantar makan siang kesini. Tapi untuk hari ini makan siang nya kita pesan saja hmm?"
Ara menganggukan kepalanya.
"Maaf." Ucap Ara tiba-tiba.
"Untuk?" Tanya Bima mengerinyitkan keningnya.
"Yang tadi pagi."
"Sudahlah. Jangan di bahas sekarang." Ucap Bima tidak ingin mengulang perdebatan lagi.
"Tapi sebenarnya__." Ara menghentikan ucapannya membuat Bima penasaran.
"Sebenarnya apa." Tanya Bima mendudukan diri nya di sebelah Ara.
"Tidak ada, aku lapar." Sambung Ara belum siap mengatakan nya pada Bima kejadian di Bogor.
"Yasudah. Tunggu dulu." Ucap Bima.terkekeh dan mengambil ponselnya ingin memesan makanan.
Tak berselang begitu lama.
Tok tok
Ceklek.
Masuk lah Lisa dengan kepala yang menunduk.
Bima yang baru saja selesai menelfon, melihat Lisa masuk emosi nya timbul lagi.
"Siapa yang mengizinkan mu masuk ke sini?" Ucap Bima membuat mata Lisa berkaca-kaca.
"Sa...saya minta maaf pak, jangan pecat saya. Saya tidak tau kalau mbak ini istri bapak." Kata Lisa memohon pada Bima.
"Keputusan saya sudah bulat." Tegas Bima.
Lisa berjalan ke arah sofa dimana Ara sedang duduk sekarang, lalu Lisa bersimpuh di kaki Ara membuat Ara kaget.
"eh e kamu ngapain?" Ucap Ara risih melihat Lisa bersimpuh padanya.
"Saya minta maaf mbak, saya tidak tau jika anda istri pak Bima. Saya mohon jangan pecar saya, saya masih butuh uang untuk membiayai keponakan saya yang yatim piatu." Mohon Lisa terisak.
"Hiks... Hik...." Ara juga terisak setelah Lisa memohon padanya. Melihat itu Bima menjadi panik dan mendekati Ara.
"Kau membuat nya menagis lagi." Kata Bima marah pada Lisa.
Lisa pun berdiri saat Bima duduk di sebelah istrinya dan bingung melihat istri bos nya itu. Bahkan Lisa sudah berhenti menangis sejak melihat Ara terisak.
"Hey, kenapa menangis sayang? Dia sudah ku pecat jangan memangis lagi ok." Ucap Bima menenangkan Ara.
"Keluarlah Lisa, keputusan ku sudah bulat." Kata Bima mengusir Lisa.
Lisa yang sudah frustasi pun berbalik ingin meninggalkan ruangan itu tapi___."
"Jangan pecat dia hiks....hiks..." Ucap Ara membuat Lisa berhenti melangkah dan berbalik badan menghadap Ara dan Bima yang dengan mata yang berbinar.
Bima cengo mendengar permintaan istrinya.
"Kenapa? Dia sudah menyakiti mu sayang.""Pokok nya jangan pecat, hiks.... Hiks..nanti keponakan nya makan apa." Ucap Ara di sela tangisannya.
Sikap Ara membuat Bima bingung dan menagaruk tekuknya yang tidak gatal.
"Jadi saya tidak jadi di pecat mbak." Kata Lisa.
Ara mendengar pertanyaan Lisa pun melirik Bima dengan tatapan memohon.
"Terserah mu saja sayang." Frustasi Bima.
Jawaban Bima langsung membuat Ara berhenti menangis.
Di liriknya Lisa sudah tersenyum.senang."Dengan satu syarat." Ucap Ara tiba-tiba dengan suara tegas, padahal dia baru saja siap menangis
Lisa dan Bima mengerinyitkan keningnya seolah bertanya apa syaratnya.
"Syarat nya apa mbak?" Cicit Lisa menjadi tegang.
"Jangan pake baju seperti itu lagi." Kata Ara menunjuk ke dada Lisa yang kelihatan karena leher baju nya yang rendah.
Bima pun melirik ke arah telunjuk Ara dan____."
Bima meneguk salivah nya."Tutup mata." Ketus Ara menutup mata Bima dengan tangannya. Bima hanya mengangguk pasrah.
"Ba..baik mbak." Ucap Lisa juga segera menutup dada nya dengan kedua tangannya.
Huft.." Ara menghela nafas lega.
"Kembali bekerja." Perintah Ara berlagak seperti bos dan di turuti Lisa.
"Sayang ini kapan di lepas?" Rengek Bima mebgusap tangan Ara yang masih menutupi matanya.
"Hihihihi. Sorry." Kata Ara dengan polos.
Kependekan ya????
Maaf mengecewakan, aku lagi gak mood nulis hari ini.
Lanjutan nya aku post besok aja ya reader.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU ADIK PACARKU
Lãng mạn2 tahun berpacaran ternyata tindak menjamin sampai ke tahap pernikahan. Tepat di hari H Revan menghilang tanpa jejak. Maka Bima lah yang sekarang menjadi suami sah dari Arabella. Memiliki suami lebih muda dari nya dan lebih-lebih Bima adalah adik...