Bab 25

100K 4.6K 49
                                    

Author Pov

"Apa ada yang tidak aku ketahui hmm? Kenapa sepulang dari Bogor dua hari yang lalu kamu jadi sering melamun begini?" Tanya Bima melihat Ara yang cuma mengacak-acak makanan nya.

Sekarang mereka tengah sarapan, tapi Bima merasa ada yang aneh pada sikap Ara. Sejak kemaren dia menjadi sering melamun dan lebih banyak diam.

"Gak ada kok."

"Kalau gak ada kenapa kamu diam aja selama dua hari ini, itu lagi makanan bukannya di makan malah di acak-acak?"

"Aku gak acak-acak makanan." Kata Ara ngeles dan langsung menyuapkan makanan ke dalam mulutnya."

"Sekarang memang enggak, tadi iya." Ucap Bima datar.

"Aku tanya sekali lagi, apa yang kamu pikirkan? Apa ada yang aku tidak ketahui?" Tanya Bima lagi.

"Gak." Cicit Ara.

Bima tersenyum miring.
"Tapi kenapa aku merasa kamu menyembunyikan sesuatu?" Ucap Bima memandang Ara dengan tatapan menyelidiki.

"Tapi beneran gak ada." Kilah Ara.

Bima menghela nafas gusar.

"Terus kenapa dari kemaren kamu melamun dan lebih sering diam? Apa penyebab nya?"

"Maaf, aku cuma kepikiran tentang kerjaan." Kata Ara gugup.

Bima tersenyum miring lagi.
"Masih belum jujur." Ucap Bima menyudahi sarapan nya dan meminum air putih yang di sediakan Ara tadi.

"Sudahlah ayo." Ajak Bima.

Di dalam perjalanan mengantarkan Arabella ke kantor Bima tak sedikitpun mengeluarkan suara.

Ara juga diam, tak tahu harus berbuat apa.

Sesampainya di depan kantor Ara, seperti biasa Ara mencium tangan Bima tapi Bima tidak lagi mengecup kening Ara seperti biasa. Bima mendiamkan Ara, bahkan Bima tak.pernah menatap Ara lagi setelah kejadian saat sarapan tadi si rumah.

"Hati-hati membawa mobilnya." Ucap Ara hanya di angguki Bima dengan diam.

***

Di lain tempat Bima yang sedang bekerja di kantor menjadi tidak fokus.

Dia menyesal telah mendiamkan Ara, padahal dia sudah berjanji tidak akan bersikap kekank-kanakan lagi.

Harusnya dia bicara baik-baik pada Ara memberi pengertian agar Ara tidak lagi menyembunyikan segala hal darinya karena itu adalah langkah awal hancurnya sebuah rumah tangga. Sebagai pemimpin keluarga dia harusnya bisa menyelesaikan dengan kepala dingin. Bukan mendiamkan Ara sehingga bisa membuat masalah menjadi berlarut-larut.

"Pak, pak." Bima tersadar dari lamunanya saat Lisa melambaikan tangan tepat di depan wajahnya.

"Hem. Ada apa?" Ucap Bima datar menetralkan ekspresinya.

"Ini berkas Dinara corp yang harus anda tanda tangan." Jawab Lisa.

Bima mengangguk membuka berkas yang di berikan Lisa.

"Kalau begitu saya permisi." Pamit Lisa hanya di angguki oleh Bima.

***

"Kenapa lo Ra, bengong aja. Apa jangan-jangan lo masih kepikiran yang kemaren?" Kata Vivi curiga.

"Gak kok."

"Kita udah kenal lama ya Ra, dan gue tau ada yang gak beres sama lo." Ulang Vivi.

Ara menggigit bibir nya gugup.

"Benerkan tebakan gue, lo masih kepikiran tentang gue yang melihat mas Revan saat di Bogor?" Lanjut Vivi.

"Sebenarnya bukan itu aja." Cicit Ara membuat kening Vivi mengerinyit.

"Apa lagi?"

"Setelah kita pulang dari Bogor gue sering kepikiran, atau mungkin bisa di artikan penasaran. Apa benarkah orang yang lo liat itu mas Revan. Jika iya itu dia, lalu gue heran kenapa dia bawa bayi?"

"Kan gue udah bilang sama lo, jangan terlalu di fikirkan. Gue sendiri aja yang liat gak terlalu yakin kalau itu beneran mas Revan." Jelas Vivi.

"Lalu yang lain apa?" Tanya Vivi lagi.

"Bima kayaknya marah sama gue. Tadi pagi tiba-tiba dia nanya, krnapa gue sering ngelamum sepulang dari Bogor."

"Lo jawab apa?"

"Gue bilang cuma kepikiran kerjaan. Tapi dia gak percaya, dan bilang gue bohong dan gak mau jujur sama dia. Gue jadi gak tenang, karena setelah itu dia malah mendiamkan gue." Jelas Ara.

" Ya iyalah dia gak percaya, lo kan kalau bohong ketahuan dari gaya lo yang gugup itu. Mending lo cerita aja deh sesuai kejadian di Bogor kemaren, tapi pake kata-kata yang tidak membuat di jadi salah sangka sama lo." Nasehati Vivi.

"Salah sangka?" Tanya Ara mengerinyit.

"Hati-hati memilih kata karena gue takutnya dia menganggap lo masih mengharapkan Revan. Walau gue juga gak tau isi hati lo kayak apa, ya mudah-mudahan aja lo udah move on beneran dari mas Revan. Walau gue gak yakin, karena menurut gue orang yang udah move on dari mantan nya itu gak akan pernah mikirin mantan nya itu lagi." Lanjut Vivi dan pergi ke meja kerja nya meninggalkan Ara yang termenung atas ucapan nya.

***

Arabella Pov.

Ucapan Vivi benar-benar seolah menampar ku. Bagaimana mungkin seorang wanita seperti ku yang sudah memiliki seorang suami masih memikirkan mantan kekasihnya. Ditambah dia adalah kakak dari suami ku senidiri.

Padahal aku dan Bima sudah saling mengungkapkan perasaan masing-masing dan bertekat untuk membangun rumah tangga yang sesungguhnya.

Tapi hanya karena Vivi melihat seorang mirip mas Revan membuat hubungan ku bersama Bima secara tidak langsung menjadi rusak.

Vivi salah jika mengira aku belum move on dari mas Revan. Aku hanya kepikiran tentang bayi yang di gendong mas Revan saat Vivi tak sengaja melihatnya saat di Bogor.

Aku penasaran, ya aku rasa ini hanya rasa penasaran ku yang berlebihan hingga membuatku menjadi kepikiran.

"Apakah bayi itu alasan mas Revan meninggalkan ku?"

"Apa mas Revan selingkuh selama menjalin hubungan dengan ku?"

"Apa cinta yang selalu dia ucapkan selama ini hanya palsu?"

"Siap wanita yang bisa membuat masa Revan sampai setega itu meninggalkan ku?"

Cara Revan yang meninggalkan ku begitu saja tanpa menyelesaikan atau memberi penjelasan atas mengapa hubungan ini harus di akhiri membuat pertanyaan-pertanyaan itu muncul di benakku.

Setelah merenungi ucapan sahabatku Vivi, aku sadar ini salah.

Aku salah, aku sudah berdosa karena memikirkan pria lain yang bukan suamiku. Dan juga tidak jujur pada saat Bima bertanya padaku.

Maafkan aku Bima.
Tapi jauh dari lubuk hati ini, aku hanya mencintai Bima. Pria yang sekarang menjadi suamiku. Bahkan perasaan yang dulu aku sebut cinta pada mas Revan, sekarang aku tak yakin apakah itu cinta sebrnarnya atau tidak hingga aku bisa dengan mudahnya berpaling hati pada Bima.






SUAMIKU ADIK PACARKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang