Ice Cream

291 18 0
                                    

Hari ini aku memutuskan untuk menikmati waktu di luar rumah, setelah beberapa hari bosan dan jenuh melanda. Beberapa hari belakangan Aku telah menghabiskan halaman novel yang kini sudah tamat, semuanya seru tapi hal yang harus kulakukan lagi adalah mencari rekomendasi novel baru untuk menambah bahan bacaanku. 

Seperti biasa, aku keluar dengan gaya andalan yang nyaman dan menjadi ciri khas untukku, sepatu Converse tinggi berwarna navy blue dipadukan dengan boyfriend jeans, kaos hitam polos dan luaran kemeja flanel kotak-kotak berwarna biru senada dengan sepatu. Tak lupa Aku juga menguncir rambut ala kuncir kuda, membawa tas gendong berukuran kecil berbahan kulit hitam dengan gantungan akrilik berbentuk tulisan Arctic Monkeys.

Sejauh ini Aku memang seseorang yang menyukai sepatu Converse, Dad tahu betul bagaimana kecintaanku pada sepatu itu. Bahkan Dad rela membelikan aneka warna yang bisa kugunakan secara bergantian setiap harinya, setiap kali kami pergi keluar bersama untuk membeli perlengkapan sekolah, Dad akan mengantarku ke bagian sepatu dan dengan senang hati membantu memilihkan mana yang pantas. Jika Drean lebih bergaya feminim dengan sepatu cantik atau pun flastshoes gemas yang didominasi warna pastel, Aku akan memilih warna yang solid atau pun netral, yaaaa sudah kubilang kami memang saling melengkapi. 

Kembali pada rencana awal, Aku berniat untuk pergi ke toko buku selesai dari urusan itu, Aku juga akan pergi makan es krim kesukaan yang tidak jauh dari toko buku berada. Cukup dekat, jalan kaki pun sudh cukup untuk sampai ke sana. Langkah pertama setelah Aku turun dari bus, yaitu toko buku yang rupanya sudah mengeluarkan cukup banyak buku-buku baru. Aku menghabiskan waktu cukup banyak di san auntuk sekedar mengecek sinopsis, mencari kategori buku yang kubutuhkan, kebetulan Aku sedang mencoba membaca buku selain novel seperti buku pengembangan diri yang sudah kulihat reviewnya cukup bagus.  Berawal dari keadaan toko buku yang sepi, ramai, dan kembali sepi sudah cukup membuatku membeli tiga buku baru yang siap untuk kubaca di rumah. 

Selesai dengan kegiatan membayar, lagu dari handphoneku terputar kembali dengan earphone yang sudah terpasang di kedua telinga. Sepanjang langkah ini menyusuri jalan, Aku hanya bersenandung kecil mengikuti alunan lagu yang mendominasi. Rasanya semua hening dan lambat ketika Aku memperhatikan semua orang dengan kesibukannya masing-masing, terasa hanya Aku yang memiliki pusat hiburan dari lagu yang terus berjalan. Kesukaanku pada lagu mungkin memang turun dari Dad, ia selalu berkata bahwa "musik muncul untuk memberikan warna, mengalirkan segala pikiran dalam bentuk yang bisa dinikmati siapa pun sekali pun itu adalah curahan kesedihanmu".  Aku cukup setuju dengan ucapan itu, sejauh ini segala lagu yang pernah kudengar memang mendominasi setiap perasaan yang sedang Aku rasakan. 

Sedih,senang, marah, atau pun perasaan lainnya bisa kita lancarkan ke dalam sebuah musik. Hal yang paling sering kulakukan adalah menutup semua kecemasan dengan segala lirik lagu yang mendominasi pikiran, seolah bisa menutup semua kegundahan yang sebelumnya hampir membuatku sakit kepala. Aku memiliki tiga band andalan yang selalu menemani hari-hariku setiap kali aku memutar lagu, Oasis, Artctic Monkeys, dan Blur. Ketiga nama yang menjadi bagian yang selalu kuulang-ulang setiap harinya. Semua berawal dari Dad, siapa lagi yang senang memutarkan lagu di ruang tengah dan bersenandung lembut sambil merapihkan rambutnya yang sebenarnya selalu akan seperti itu modelnya. Dulu Aku sempat sangat bosan mendengar semua lagu itu dan memilih untuk mendengar lagu genre lain, sampai akhirnya semua rasanya hampa ketika Dad pergi untuk urusan kerja selama seminggu. Keadaan rumah terasa sepi tanpa lagu-lagu yang sering ia putarkan. 

Aku mencoba menyalakan lagu itu, mencoba meresapi dalam keadaan yang sepi ternyata Aku menyukainya, entah karena rasa rindu akan kehadiran Dad atau mungkin Aku memang sudha terbiasa dengan semua lagu itu. Anehnya jika disuruh memilih, Dad akan lebih memilih Bon Jovi, Rolling Stone, The Beatles, atau pun Muse mungkin karena dirinya merasa semua masa mudanya ditemani lagu-lagu mereka. Aku tidak masalah, apa pun yang Dad putar akhirnya dapat kuterima tanpa penolakan. Sedangkan Mom ia justru lebih menyukai Oasis, Mariah Carey, Celine Dion, Lionel Richie dan sebagainya yang bisa terbilang memang para penyanyi yang berjaya di masanya. Lalu Drean, ia lebih memilih lagu-lagu dari Green Day dan Calvin Harris, dan penyanyi lainnya yang tidak bisa kuperjelas karena Drean tipikal orang yang akan mendengarkan lagu apa pun selama dirinya menyukainya tidak membatas pada genre dari dari mana asalnya. 

D For E [ON GOING] / [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang