Menjelang hari ulang tahunnya yang semakin dekat akhirnya aku memutuskan untuk membuka celenganku. Sebenarnya aku bisa saja mengambil uang dari rekeningku tapi sepertinya ini tidak akan cukup. Mungkin aku perlu berjaga jaga apalagi aku belum menemukan hadiah yang tepat untuk Drean.
Rey dan Alina mengantarkanku untuk mencari barang. Kami datang ke beberapa toko mulai dari toko pakaian, toko olahraga sampai ke toko perhiasan. Banyak yang sudah kulihat dan ini membuatku semakin pusing.
"Bagaimana kalau kau belikan saja dia kalung?" aku yakin dia sangat menyukainya, usul Alina.
"Atau kau berikan saja gelang yang bisa kembaran denganmu, untuk tanda persaudaraan kalian" tambah Rey.
Aku menyukai ide mereka berdua. Tapi aku perlu tau apakah uangku cukup membelikan Drean itu semua, aku perlu mencari lagi yang sekiranya aku bisa perhitungkan juga keamanan tabunganku.
Setelah memutar banyak tempat dan aku menghitung tabunganku, aku memilih kadonya dan segera datang ke Café untuk bertemu para lelaki yang menunggu disana.
"Hari ini bakal seru kalo kita jalan - jalan ke pinggir pantai. Bagaimana?" ajak Peter.
Kami saling berbicara menjawab ajakan Peter, tentu ini waktu yang tepat dan semua setuju. Kami akan pulang untuk mengambil beberapa pakaian, kami akan berenang. Dalam perjalananku pulang bersama Difga, aku banyak melamun sebenarnya aku tidak yakin ini pilihan yang bagus. Aku takut, aku malu jika harus berpakaian renang di depan banyak orang, ataupun Difga. Aku sudah lama tidak memakai baju renang bahkan bikini.
"Hei, kau kenapa?" tanyanya saat kami hampir sampai rumahku, "Ah tidak, tidak apa Dif" dia mengangguk walau raut wajahnya tidak yakin padaku.
Dia menunggu di ruang televisi saat ini rumah sepi karena semua orang berada di kegiatannya masing - masing. Aku bergegas membawa pakaian cadangan, dan juga dibalik pakaianku aku sudah memakai bikini.
Aku berkaca dan melihat apa aku masih pantas menggunakannya.
"Shit, kau sangat kacau Ell" ucapku menatap diriku sendiri.
Aku mendengar suara langkah kaki yang mendekati kamar, dengan sigap aku menutup pintu kamarku.
"Ell?" panggil Difga, aku panik wajahku memerah. Aku segera bergegas memakai pakaianku.
"Ahh, iya tunggu sebenar lagi aku beres" ucapku.
"Oke, aku tunggu dibawah ya" ucapnya. Aku segera merapihkan semua dan segera keluar kamar beberapa saat dari dia berbicara.
Aku juga ke dapur mengambil beberapa cemilan untuk ku bawa ke pantai tak lupa juga kacamata berwarna kuning andalanku.
Akhirnya kami bersiap menuju rumah Difga, dia akan membawa mobil agar kami semua tidak perlu memakai motor. Sesampainya di depan rumahnya aku turun dari motor, dia mempersilahkan aku untuk masuk dan aku melihat Mr. Delron, ayah Difga yang sedang berkebun di belakang rumahnya.
"Hallo, kenalkan namaku Ell. Ellinda Kavinty" ucapku tersenyum saat ia beranjak dari tempatnya mendekatiku.
"Hallo Ell, aku ayah Difga. Senang bertemu denganmu" ucapnya ramah.
"Begitupun aku, senang bisa berkenalan denganmu" akhirnya aku duduk dan melihat ayah Difga berkebun dan memberikan beberapa cerita.
Ayah Difga termasuk orang yang cepat berbaur, dia ramah dan juga menceritakan bahwa Difga tidak pernah mengajak perempuan ke rumah, setidaknya dipertemukan dengan ayahnya. Aku tertawa canggung ada rasa kemenangan mengetahui ini.
Tak lama Difga kembali dan juga memegang kunci mobilnya. Kami berpamitan dan janjian kembali di Café. Selama perjalanan aku mencuri pandang dan sesekali ia menyadarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
D For E [ON GOING] / [REVISI]
Teen FictionKepercayaan diri timbul, jika kita bisa berpikir lebih positif. Aku tau itu, tapi sifat overthinkingku terhadap suatu nilai membuat aku merasa minder. Kalian tau body shaming? Aku adalah salah satu perempuan yang terbully. Karena memiliki tubuh ya...