Welcome, Good Bye

92 7 1
                                    

Sebentar lagi masa liburku habis, kini sudah memasuki hari sabtu dan senin aku sudah kembali bersekolah. Rasanya sangat bersemangat jika aku mengingat akan bertemu dengan teman - teman tapi aku tau, kesedihanku akan dimulai sebentar lagi. Tepatnya hari ini, Drean akan benar - benar keluar dari rumah ini untuk memulai hdiup barunya di perkuliahan.

Aku, Mom, Dad, Drean dan juga Gege, Difga pun pergi bersama dengan 2 mobil menuju tempat tinggal baru Drean.  Aku di mobil bersama dengan Difga, Drean dan juga Gege. Sedangkan Mom dan Dad mengikuti dari mobil belakang.

Aku antusias saat melihat depan Universitas Drean dan Gege yang memang sangat luas. Bahkan rasanya aku ingin cepat - cepat merasakan juga menjadi mahasiswa baru.

"Kita tidak turun?" tanyaku melihat pemandangan Universitas.

"Nanti sore mungkin. Kita perlu rapih - rapih" ucap Drean.

Aku mengangguk, dan juga tak lama dari itu kami sampai. Mobil ini berhenti di depan rumah dengan gaya minimalis berwarna abu - abu muda. Dengan pintu berwarna putih susu dan juga lantai kayu berwarna coklat tua muda yang di lengkapi pula dengan tempat pos di halaman depan yang belum berpagar.

Aku takjub, mungkin ini bisa menjadi rumah impian bagi Drean dan Gege. Walau mereka masih sangat muda dan baru saja akan memulai kehidupan kuliahnya tapi aku tau mereka akan berusaha keras untuk mempertahankan hubungannya dan juga menjadikan rumah ini sebagai saksi bisunya.

Oh iya, disamping itu masih ada pula garasi yang berada di samping kiri rumah. Tak lama dari itu Gege membuka pintu rumahnya, dan kami pun mengikuti langkahnya.

"Selamat datang" ucap Gege dengan bangga, tawa dari Drean yang segera masuk dalam rangkulan Gege memenuhi ruangan.

Dad dan Mom terlihat takjub, dan Difga meraih tanganku untuk ia genggam. "Wah, sangat bagus" puji Mom yang melirik hampir kesemua penjuru ruangan.

Kupikir tempat tinggal Drean dan Gege ini jauh dari Universitasnya tapi ternyata jaraknya bisa terhitung 15 menit dengan kendaraan dan mungkin 20 menit jika bisa berjalan kaki.

Akhirnya kami menikmati siang inu dengan bersantai, memang belum banyak furnitur yang ada di dalam rumah ini tapi untuk barang - barang dasar sudah ada seperti adanya sofa, meja makan dan kursinya dan juga kasur di lantai dua yang berada di masing - masing kamar. Oh iya kamar di rumah ini ada tiga. Satu kamar Drean, satu lagi kamar Gege dan satu kamar lagi bisa untuk tamu atau ruang lainnya karena masih kosong dan hanya ada kasur lipat juga meja komputer tanpa komputernya.

Beberapa barang ini di dapatkan dari hasil kerja Gege dan Drean yang memang mereka juga membuka usaha kecil - kecilan yaitu menjual beli barang antik yang mereka mulai dengan modal menggunakan tabungan pribadi.

Tentu ini menjadi salah satu alasan mengapa Mom dan Dad mengizinkan Drean untuk memiliki rumah dan memilih pilihannya untuk berpisah rumah saat memasuki perkuliahan. Sedih namun bangga itu yang dirasakan orang tuaku termasuk aku, bahkan dengan adanya hal seperti ini kami berharap Drean dan Gege benar - benar bisa melanjutkan hubungannya ke tahap selanjutnya.

"Jadi kalian perlu bantuan kami atau tidak untuk menyumbang barang dirumah kalian ini?" celetuk Dad dengan nada hangatnya.

"Hmmmm, sepertinya boleh tapi tolong Dad jangan berikan barang mahal kami akan berusaha sendiri" ucap Drean.

Mom tertawa dan Dad pun begitu, "Oh ayolah sayang, kalian belum bekerja secara sah kalian masih tanggung jawab kami juga sampai kalian benar - benar lulus" tambah Mom merangkul Drean.

"Bagaimana apa kamu keberatan?" sikut Dad pelan ke arah pinggang Gege.

Gege tertawa, "Itu semua keputusan Drean, tapi jika aku diposisi ini aku tidak akan menolaknya karena ini niat baik orang tuaku" ucap Gege membuat Drean menyipitkan matanya.

Wajah bahagia dari Mom dan Dad terlihat, aku yakin mereka ingin membantu mendekor rumah ini dengan memberikan sumbangan barang.

"Ohhh baiklah, kalian boleh memberiku barang tapi tolong jangan sampai membuat pengeluaran kalian membengkak" ucap Drean Mom dan Dad mengangguk setuju.

"Aku juga ingin menyumbang" ucapku, dan Drean menyipitkan kembali matanya padaku.

"Jangan sampai uang jajanmu habis Ell!" ucap Drean dan aku menggeleng.

"Lihat saja nanti, aku akan memberikanmu mungkin seminggu atau dua minggu lagi Dre" ucapku dan Drean hanya mengangguk.

Akhirnya kami sore ini akan memutuskan untuk memesan makanan karena belum ada bahan - bahan makanan sama sekali disini dan juga kompor pun belum ada hanya ada kulkas.

Akhirnya Drean dan Gege berencana membelikan kami makan yang hanya berjarak satu blok dari sini. Sedangkan aku dan Difga hanya terduduk di depan rumah dan memandangi dedaunan jatuh dari pohon dengan hembusan angin yang berusaha memasuki tengkuk leherku.

"Mau jalan?" tawarnya, aku menoleh dan akhirnya kami berjalan.

"Apa yang sedang kamu pikirkan Ell? Kulihat kamu hanya lebih diam hari ini" ucap Difga.

"Kuliah, apa aku nanti juga akan keluar dari rumah ?" ucapku memainkan bunga yang kutemukan terjatuh di jalan.

"Oh tentu itu pilihan, jika kamu sudah berusia 18 maka pilihan hidupmu adalah pilihan pribadimu" ucapnya.

"Tapi, apa aku siap? Meninggalkan lingkungan lama dan memulai lingkungan baru" ucapku dan Difga menoleh padaku dengan serius.

Difga meraih tanganku, menggenggam hangat telapak tanganku dengan langkah perlahan dan juga hembusan angin yang semakin terasa.

"Percayalah, hidup tentang perjalanan Ell. Aku tau kamu bisa melewatinya" aku tersenyum.
Dan sore ini, aku menikmati terbenamnya matahari dengannya lelaki yang memang menguatkanku jika aku bisa melewati ini semua.

Aku dan Difga kembali saat mobil Drean sudah berada di depan rumah. Kami memasuki rumah dan juga melihat mereka baru saja membuka bungkus makanan dan sedang menatanya di meja makan. Segera aku mencuci tanganku dan membantunya. Makan malam ini bertemakan mexico food. Dan rasanya cukup enak, seenak makanan yang memang akan kucoba lagi jika aku bermain kesini dan harganya juga terjangkau mungkin karena tempat makan ini berada di kawasan universitas.

Dan akhirnya malam ini,  malam dimana aku akan berpisah dengan Drean.  Dia akan mulai tidur di rumah ini sedangkan aku akan pulang seperti biasa.

Rasanya berat saat akan berpamitan tapi itu yang memang harus aku hadapi. 

***
Sudah dua hari setelah Drean tidak lagi tidur di kamarnya. Rasa sepi mulai menghampiriku dan juga rindu padanya. Sesekali aku dan Drean berkomunikasi melalui chat. Drean selalu bilang agar aku bisa skype dengannya kapanpun tapi aku hanya meng-iya-kan saja.  Sebab aku tau,  Drean mahasiswi baru dia pasti sibuk mengurus banyak hal dan sudah sewajarnya dia akan banyak melakukan kegiatan di awal dia berkuliah. 

D For E [ON GOING] / [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang