Kini aku berjalan dengan Difga setelah kami baru saja ke Cafe dan semua urusannya sudah selesai. Aku tenang, Difga bahkan sudah dalam kondisi emosi yang normal.
"Gimana kalo kita cari-cari kaset?" tawarnya, aku mengangguk dan kami pun menyusuri jalan dengan motor Difga.
Aku memeluknya dalam perjalanan, harum dari tubuhnya tercium jelas masuk ke hidungku aroma yang khas dan hanya Difga yang memilikinya. Aku menyukainya. Dalam sela perjalanan kami pun Difga sesekali berusaha mengajakku berbicara dan kami tertawa bersama seolah momen ini adalah putaran momen saat kami baru saja berpacaran.
Setelah memarkirkan motor, kami berencana untuk menuju toko musik. Difga suka sekali mencari beberapa kaset untuk menambah koleksinya. Baginya walau pada saat ini orang dengan mudah bisa memutarkan lagu yang ia sukai melalui aplikasi di handphone tetapi Difga menganggap dengan membeli kaset dari musik yang ia sukai dan memutarnya langsung itu lebih terasa. Aku setuju karena Dad juga memiliki pola pikir yang serupa dengan Difga jika kita tidak bisa datang ke konsernya setidaknya memiliki kaset dari penyanyi yang kita sukai bisa menjadi salah satu kebanggaan tersendiri.
Difga menggenggam tanganku, ia berjalan santai dengan style yang selalu melekat dengan sosok seorang 'Difga' kaos, celana jeans, jaket, dan sepatu bootsnya rambutnya sesekali tersibak oleh angin yang cukup kencang di sore ini.
Kami pun memasuki toko musik, disinilah tempat dimana Difga akan memperhatikan semua kaset CD yang terpajang dan menimbang mana yang akan ia beli. Aku sendiri akan berjalan berpisah dengannya ke lorong lain. Seketika aku memikirkan sebuah ide, yang entah mengapa membuatku yakin ini akan menjadi salah satu ide yang bagus.
Aku pun memilih beberapa kaset CD musik yang sudah aku cari. Untung saja toko musik ini memiliki banyak pilihan musik dari berbagai tahun dan juga kita bisa mencari musik jenis apa atau asal negara yang ingin kita beli.
Setelah kami membayar dan juga kembali berjalan santai, aku pun menyusuri pertokoan dan melihat ada hal yang menarik perhatianku.
"Ada apa?" tanyanya ketika langkahku berhenti seketika.
"Aku mau liat-liat" jelasku memasuk sebuah toko perhiasan.
Difga mengikutiku dengan bingung, ia pasti bingung karena aku bukanlah tipe perempuan yang senang berbelanja. Bahkan aku jarang untuk melakukan kegiatan belanja seperti remaja kebanyakan. Aku melihat beberapa kalung dengan liontin yang memiliki berbagai bentuk di dalam etalase. Aku tertarik pada sebuah kalung yang memiliki liontin berbentuk buku tua dengan warna dominan silver.
"Apa aku bisa lihat?" ucapku pada penjaga toko, dengan senang hati ia memberikan beberapa jenis pilihan liontin yang bisa aku lihat langsung.
"Apa ini bisa dilakukan custom foto didalamnya?" tanyaku setelah aku memegang kalung yang sangat menarik perhatianku itu.
Penjaga toko itu mengangguk dan tersenyum ramah, "Tentu bisa, anda bisa memasukkan foto orang tersayang didalamnya. Ada dua sisi yang bisa dipakai dengan foto" jelasnya
Aku tersenyum, "Oke aku mau, apa bisa barang ini di keep terlebih dahulu? aku ingin memberikan fotonya besok" jelasku
Setelah pembicaraan mengenai kalung dan juga aku sudah menyetujui harganya akhirnya barang yang sudah aku inginkan itu bisa aku bayarkan setengahnya dan pelunasan akan aku bayarkan bersamaan dengan foto yang ingin aku masukkan ke dalam liontin.
"Apa ini untuk Mom?" tanya Difga setelah kami keluar dari toko, aku mengangguk.
"Aku ingin memberikannya sebagai hadiah ulang tahunnya. Dan, Dif apa kamu bisa membantuku?"
"Apa yang bisa kubantu Ell?"
"Aku ingin membuat CD khusus untuk lagu-lagu kenangan antara Mom dan Dad untuk hadiah anniversarynya. Acaranya akan diadakan sabtu depan" jelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
D For E [ON GOING] / [REVISI]
Teen FictionKepercayaan diri timbul, jika kita bisa berpikir lebih positif. Aku tau itu, tapi sifat overthinkingku terhadap suatu nilai membuat aku merasa minder. Kalian tau body shaming? Aku adalah salah satu perempuan yang terbully. Karena memiliki tubuh ya...