Conversation

70 7 0
                                    

"Bersenang - senang huh?" tanya Cam yang sedang menutup tasnya.

Aku mengangguk berjalan mendekatinya, dan Difga hanya tertawa sambil menepuk pundak Billy yang sedang merapihkan tenda. Billy dan Difga merapihkan tenda sedangkan aku membantu merapihkan beberapa kantong sampah untuk dimasukkan di tempat sampah besar dekat mobil terparkir.

"Oh iya, kalian harus datang ke pesta team footballku lusa nanti" ajak Billy

"Memangnya ada pesta apa? Kalian memenangkan sesuatu?" tanyaku polos.

"Jadi ini sebenarnya penerimaan anak baru yang menjadi anggota dan kami mulai meresmikan mereka saat pesta nanti. Ini terbuka, jadi kalian bisa datang" ucapnya.

"Aku pasti datang" balas Cam dengan semangat.

"Kau mau?" tanya Difga menoleh padaku, "Kenapa tidak? Ayo kita kesana nanti lusa" Difga pun tersenyum padaku.

Akhirnya kami semua memutuskan untuk makan siang di café saja, karena tidak ada lagi bahan makanan yang tersisa bahkan snack semua sudah habis. Billy dan Cam kembali ke mobil Billy, aku dan Difga juga masuk ke mobil Difga lalu kami semua jalan bersamaan menuju tempat makan.

"Kurasa kamu dan Cam bisa bersahabat" ucap Difga seketika, aku menoleh dan hanya terdiam. Mengapa dia berpikir aku bisa akrab? Aku rasa Cam tidak menyukaiku.

"Ya, semoga saja" balasku.

Kami akhirnya sampai setelah menempuh perjalanan cukup lama, kami makan siang. Aku memesan chicken burger dan juga mojito. Sedangkan Difga memesan lasagna dan juga ice lemon tea, Cam memakan salad dan juga mineral water entah karena dia memang menjaga tubuhnya atau memang dia terbiasa memakan itu, Billy memesan double cheese burger dan juga sprite.

Kami berbincang cukup banyak, mereka membahas tentang perkembangan remaja di daerah ini yang memang cukup membuatku kagum bahwa mereka bisa berkembang dengan baik dan sekilas sama seperti perkembangan di daerah rumahku hanya saja style dan tempat bermain anak muda masih berbeda cukup jauh, kupikir mereka masih tertinggal melihat kenyataan daerah mereka cukup jauh dari kata 'kota besar' jadi wajar saja aku takjub.

"Oh ya kenapa kau hanya makan salad? Apa itu pilihan bagus buat makan siang?" celetuk Billy saat pesanan Cam datang.

"Bagiku iya, bukankah kita perlu menjaga tubuh? Semua ini perlu pengorbanan. Apalagi perempuan" balasnya dan mengaduk saladnya. Aku hanya terdiam.

"Memang mau sekecil apalagi badan itu kau buat Cam? Jangan sampai kau anorexia! Haha" ledek Billy, wajah Cam berubah dan terlihat dia kesal tapi tetap melahap saladnya.

Difga hanya diam meneguk minumannya dan bermain handphone.

"Menurutku semua lelaki butuh perempuan berbadan bagus. Dan itu butuh perjuangan" ucapnya, Billy melirikku sesaat dan Cam terlihat tidak enak.

"Ah, maaf aku jadi membahas badan" ucap Cam pelan

"Tidak apa - apa, hmm aku juga ingin tau lelaki lebih suka perempuan seperti apa" ucapku dengan nada datar.

Billy memutarkan matanya dengan tangan yang di silangkan di depan dadanya dan berpikir.

"Hmmm menurutku, perempuan seperti apapun akan bagus jika dia percaya diri" ucapnya dan Cam menggeleng.

"Tapi kenyataannya, lelaki manapun akan menuntut sesuatu pada perempuan itu. Dan dia bisa saja pergi jika dia rasa perempuan itu tidak menarik lagi" jelas Cam, aku hanya terdiam memainkan sedotanku memutari isi gelas.

"Hmm bagaimana menurutmu Dif?" tanya Billy membuat Difga memalingkan pandangannya dari layar handphone.

"Hah?" tanyanya

D For E [ON GOING] / [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang