part 24

750 120 13
                                    

Buat obat kangen kalian, maaf makin jarang update...
khusus hari ini ganti genre dulu ya

Jungkook pov

"Eomma mu koma"

Jujur saat ini aku tidak tahu harus berkata apa. Ini bukan akhir yang aku inginkan, aku membencinya tapi aku juga menyayanginya

"Eomma..." air mataku tiba-tiba jatuh tanpa bisa ku tahan

"Apa kamu ingin melihat eomma mu?"

Appa mengantarkan aku menuju sebuah ruangan dimana eomma diam tidak bergerak, aku mendekat..

"Eomma...kenapa tidak bilang padaku? Apa kamu akan meninggalkan aku lagi seperti dulu? Aku benci eomma!!" aku berulangkali memukul tubuhnya berharap dia akan terbangun saat aku melakukannya tapi dia masih diam

Appa menahan tubuhku hingga akhirnya dia melepaskan aku saat aku terduduk di lantai rumah sakit. Aku berdiri dan segera berlari keluar dari rumah sakit.

"Jungkook, kamu mau kemana?!"

Aku berjalan menuju rumah Jihyo karena aku butuh dia untuk menenangkan aku saat ini, aku mencoba menghubunginya tapi dia tidak mengangkat panggilan ku hingga akhirnya aku terduduk didepan rumahnya sambil menangis

"Jungkook?"

Aku mengangkat kepalaku dan dia terlihat khawatir saat melihatku, aku berdiri dan langsung memeluk tubuhnya erat.

"Hyo, bagaimana...aku harus bagaimana?"

"Apa yang terjadi?"

"Eomma....kenapa aku begitu jahat padanya?"

Aku tidak bisa berhenti menyesali hal yang sudah kulakukan padanya. Bagaimana aku menjauhinya..... bagaimana aku membencinya.... apa aku akan bisa memaafkan diriku setelah dia tiada?

Jihyo semakin erat memelukku

"Jungkook ah, ini bukan salahmu..." katanya sambil menepuk punggungku seolah dia adalah eommaku

"Eomma...maaf kan aku. Aku..."

Aku tidak bisa mengatakan hal yang sangat ingin aku katakan padanya. Semua terasa begitu menyesakkan hingga aku ingin terbangun.

"Hyo, cubit aku" aku mengusap air mataku dan mulai menatapnya

Dia mencubit pipiku dengan gemas dan aku merasa sedikit sakit

"Apa? Mau dicubit bibirnya juga pakai bibirku?" katanya menggodaku

"Mandilah dulu dirumahku, kamu bau!" kali ini dia mendorongku masuk kedalam rumahnya

Dia meminjamkan aku baju milik oppanya, dia menggeringkan rambutku yang basah. Dia mendudukkan aku di kursi dapur dan memberiku makan siang

"Makanlah, baru kamu boleh menangis lagi nanti"

Aku benar-benar tidak ingin kehilangan wanita berharga dalam hidupku

"Hyo..."

"Iya aku tahu, tidak enak kan rasanya saat kamu hampir kehilangan sesuatu yang berharga? Setidaknya ada dua hal yang bisa kamu lakukan, memaafkan eommamu dan memaafkan dirimu kalau terjadi sesuatu pada eomma mu. Memaafkan eommamu mungkin hal termudah yang bisa kamu lakukan beda halnya dengan memaafkan dirimu saat kamu merasa kalau semua yang terjadi adalah salahmu"

"Eommamu mungkin tahu kalau kamu akan menyalahkan dirimu, karena itulah dia merahasiakannya darimu. Makanlah, setidaknya kamu harus punya tenaga untuk menjaganya" lanjutnya

Hatiku terasa sedikit tenang setelah aku berbicara dengannya dan memeluknya. Kali ini dia mengantarkan aku kembali kerumah sakit tapi...eomma sudah tidak ada lagi diatas ranjangnya. Aku kembali menangis dan memeluk erat tubuhnya hingga...

"Apa yang kalian lakukan disini?"

"Appa, eomma...."

"Dia sudah sadar dan baru saja dipindahkan ke kamar lain"

Akhirnya aku bisa bernafas lega setelah mendengarnya, aku masih mengenggam erat tangan Jihyo hingga dia sebuah panggilan membuatnya

"Jungkook, aku harus pulang sekarang"

Aku bisa melihat ada yang tidak beres dengannya jadi aku sengaja mengikutinya setelah memastikan eomma baik-baik saja

"Aku menyukaimu"

Aku melihat Taehyung Taehyung memberikan Jihyo seikat bunga mawar merah, aku langsung keluar dari persembunyian ku

"Jadi ini yang kalian lakukan dibelakangku? Pantas saja tadi kamu tidak mengangkat panggilanku saat aku menelpon mu!"

"Jungkook ah tunggu dulu, apa kamu ingat ini tanggal berapa?"

"Tidak usah mengalihkan perhatianku, dasar penghianat!!"

Kulihat Jihyo jadi ikut tertawa seolah sedang menertawakan penderitaan ku

"Jungkook, ini april mop"

"Hya, jadi kalian mengerjaiku?"

Taehyung melarikan diri setelah mengambil kembali bunga yang baru saja dia berikan.

"Aku bosan denganmu" kata Jihyo dengan ekspresi meyakinkan hingga membuat diriku merasa yakin kalau memang itu yang dia rasakan

"Tapi bohong, aku masih mencintai pangeran belutku" dia tertawa puas beberapa menit kemudian

"Hya, ganti panggilan sayang mu!!"

"Tidak mau!! Pangeran~belut, pangeran~belut"

Dia baru diam saat aku menciumnya dengan mata berair

"Putri semangka besar" kataku sambil tertawa saat dia mengejar ku karena panggilan sayangku untuknya

Suspect UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang