Mattheo melangkahkan kakinya meninggalkan Theodore dan Troy berbincang berdua. Mattheo memang sengaja memberikan kesempatan untuk kedua orang itu berbincang sebentar, sebelum dia merencanakan neraka untuk Theodore. Dia tersenyum senang berjalan menuju Aubrey yang tadi melambaikan tangan kepadanya.
"Hi Math! Selamat atas pernikahanmu! Kuharap, kau bisa menjadi pemimpin yang baik dalam keluargamu!"
Aubrey tersenyum hangat sambil menepuk pelan bahu Mattheo saat sahabatnya itu berdiri di hadapannya."Aku pastikan aku mampu memimpin wanita itu dengan sangat baik, Bee!"
Mattheo tersenyum ringan menatap sahabatnya itu dan sedetik kemudian, Mattheo mengalihkan pandangannya ke arah dimana dia meninggalkan Troy dan Theodore. Seketika, wajahnya menggelap dan tangannya mengepal erat. Entah mengapa, hawa panas menghantui dirinya saat melihat tawa renyah wanita itu entah karena lelucon apa yang telah disampaikan padanya."Wow, lihat betapa senangnya Od dengan pernikahan ini! Tawanya benar-benar menandakan bahwa dia sungguh beruntung bisa menikah denganmu, Math!"
Senyum tipis dan suara girang Aubrey membuat Mattheo semakin mengepalkan tangannya dengan wajah tajamnya. Dia membenci melihat bagaimana tawa wanita itu terlihat sungguh ceria."Dia tertawa seperti itu setelah aku meninggalkannya untuk mengucapkan perpisahannya dengan Troy! Tapi lihat Bee, bukannya meneteskan air mata dia bahkan tertawa lebar!"
Aubrey tersenyum tipis menatap wajah membunuh Mattheo dan melirik sebentar ke arah dimana Troy dan Theodore tertawa bersama. Sambil menyilangkan tangannya, Aubrey kembali menatap Mattheo dengan senyuman tipisnya."Perhatikan caramu memandang istrimu sendiri, teman! Jangan membuat penyerbu berita membuat cerita tentang kau yang cemburu saat istrimu tertawa bersama sahabatmu!"
"Cemburu? Come on bee, wanita sialan itu tidak mempunyai kualitas tinggi untuk membuatku merasakan perasaan murahan seperti itu! Tawanya itu justru membuatku marah, Bee! Dia tidak memiliki hak untuk tertawa! Dan kupastikan padamu Bee, ini adalah hari terakhir dia menunjukkan tawanya itu!"
Mattheo menampilkan senyum sinisnya menatap ke arah Theodore dan Troy yang masih saja menertawakan sesuatu yang entah mengapa membuat Mattheo kesal. Ya, dia membenci tawa wanita yang baru saja menjadi istrinya itu."mengapa kau marah karena tawanya? Bukankah dia terlihat sangat cantik saat tertawa?"
Suara mengejek dengan senyuman tipis tampak dari wajah Aubrey. Sebisa mungkin, Aubrey mencoba mencari tahu jawaban dari perubahan wajah Mattheo."Dia bahkan tidak lebih cantik dari wanita malam koleksiku, Bee! Dia hanya wanita sialan yang membuat hidupku menderita! Jadi, jangan berlebihan menilainya, Bee!"
"Wanita malam? Wait dude, jangan bilang kalau kau akan tetap meniduri wanita malam koleksimu itu bahkan setelah kau menikah!"
Tatapan menyelidik dari Aubrey membuat senyum sinis mengukir wajah tampan Mattheo. Dia melirik sebentar ke arah Aubrey dan melingkarkan tangannya di bahu Aubrey sambil kembali menatap tajam ke arah Theodore dan Troy."Itu akan menjadi neraka pertama buat wanita sialan itu! Itu akan menyenangkan bukan? Mendapatkan 2 kepuasan sekaligus. Kepuasan raga dan hati!"
Tatapan membunuh yang masih mengarah ke satu titik itu membuat Aubrey meremas pelan kedua tangannya. Ada rasa marah dihatinya saat tahu tentang rencana kejam sahabatnya itu. Entah mengapa, hati kecilnya selalu saja memberontak jika Mattheo bersikap kejam kepada Theodore. Tapi, jika dia menyuarakan hatinya, dia takut jika Mattheo akan semakin kejam pada Theodore, dan itu adalah hal yang paling dihindari oleh Aubrey.***
Theodore memasuki kamar hotel yang sudah dipesan oleh Nyonya Quirell untuk malam pertamanya dan Mattheo. Dia melangkahkan kakinya memasuki kamar hotel itu dengan langkah gugupnya. Theodore mendudukkan dirinya di atas kasur kamar hotel itu dan memandang sekelilingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Started With Our Name
Romance"Kau hanya wanita bayaran yang bahkan tidak lebih berharga dari debu di rumahku. Jadi, jangan pernah mengacaukan rencanaku dan berjalanlah sesuai keinginanku." -Mattheo Lucas Quirel- "Hanya karena debu di rumahmu jauh lebih berharga, bukan berarti k...