22

78 5 0
                                    

Theodore membuka matanya dengan peluh yang membasahi seluruh tubuhnya. Dia kembali bermimpi buruk. Sudah 3 bulan dia tidak bertemu dengan Mattheo, perutnya sudah mulai tampak lebih menonjol dan belakangan, Theodore sering merasakan gelisah di setiap malam.

Dia mengambil gelas berisi air yang selalu disediakan asisten rumah tangga di nakas tempat tidurnya sebelum dia terlelap. Dia menenggak habis air itu dan menatap ke arah sekeliling kamarnya.

Rasa hampa di dadanya membuat air mata keluar dengan sendirinya. Theodore merindukan Mattheo. Entah mengapa, 1 bulan belakangan ini, Aubrey bahkan tidak datang mengunjunginya, dan otomatis membuatnya kehilangan kabar tentang Mattheo. Dia juga tidak diijinkan memegang ponselnya, karena Mrs Quirell takut kalau Mattheo mencoba menghubungi Theodore.

Pintu kamar Theodore terbuka, dan seorang pria yang selama 3 bulan ini tinggal bersama Theodore melangkah ke arah Theodore dengan raut khawatir.

"Apa kau bermimpi buruk lagi?"
Suara pria itu membuat air mata Theodore semakin deras. Kepala Theodore mengangguk dan membuat Moze menghela nafas berat.

"Moze, kumohon beritahu aku kabar tentangnya. Aku merindukannya."

"Maaf Theodore! Aku tidak bisa!"

"Mengapa? Kau pasti tahu semua tentang Mattheo. Dia menghubungimu dan memintamu mencariku!"

"Theodore, aku disini untuk memastikan keamanan kamu dan Mattheo tidak aman untuk kamu. Dia hanya sumber kesakitan buat kamu, dia..

" Tapi aku mencintainya Moze! Aku membutuhkannya!"
Teriakan frustasi Theodore seketika membut ucapan Moze terhenti. Dia menatap Theodore dengan tatapan sendunya.

"Mengapa kalian menjauhkannya dariku? Aku hanya ingin mengetahui kabarnya. Aku ingin melihat dan mendengar suaranya. Kau tahu betapa sulit buatku bertahan selama ini, asal aku bisa berada di dekatnya. Tapi mengapa,... "

"Dia tidak pantas untuk semua pengorbanan yang telah kau berikan Theodore."
Suara ketus Moze kembali membuat Theodore terdiam. Suaranya hilang saat menatap wajah marah dari Moze.

"Apa yang harus aku lakukan agar kau mau membantuku untuk berbicara atau bertemu dengan Mattheo?"

"Tidak ada. Bukan kau yang harus berusaha, tapi Mattheo."
Suara kesal Moze membuat air mata Theodore kembali membasahi pipinya. Moze yang merasa kesal akhirnya memilih untuk meninggalkan Theodore di kamarnya, sampai suara lembut tertahan Theodore menghentikan langkahnya.

"Apa dia masih berusaha mencariku? Apa wanita wanita itu masih memasuki kamarnya? Setidaknya beritahu aku, mengapa sampai saat ini, kau belum memberitahu Mattheo tentangku."

"Matt mencarimu seperti orang gila. Dia juga tidak bekerja dengan serius, sehingga melimpahkan semua pekerjaan pada asistennya. Dia tidak makan dan beristirahat dengan baik karena berusaha mencarimu, dia meminta bantuan banyak pihak untuk menemukanmu. Dan, tidak ada satu wanita pun yang memasuki rumah kalian. Dia, tidak pernah menemui satu wanitapun selama kau menghilang di hidupnya."

"Lalu, sampai kapan kalian akan mengurung ku disini? Sampai kapan kalian akan memaafkan Mattheo? Aku.. Aku membutuhkannya, calon anak kami membutuhkan daddy nya. Saat ini, aku dan anak kami membutuhkannya."

Ucapan sendu Theodore membuat Moze berbalik dan menatap Theodore sendu. Tangannya mengepal menandakan kegusaran di dalam hatinya. Hatinya bergejolak meragu akan langkah yang harus dipilihnya.

"Tidurlah Theodore. Besok pagi Mattheo pasti menelfon ku. Jika kau mau beristirahat sekarang dan tidak menangis lagi, aku akan membantumu berbicara padanya. Mattheo sudah mengetahui jika aku dibalik menghilangya kamu, Theodore. Hanya saja, dia berpura-pura dan menyewa lebih banyak orang untuk mencarimu."

It's Started With Our NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang