Theodore mengunyah pelan makanannya. Wajah pucat nya masih tampak kebingungan dengan apa yang dialaminya. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Theodore menghabiskan 2 slice pizza berukuran besar, segelas teh hijau, dan 3 Muffin strawberry. Perasaannya menjadi lebih hangat, saat pintu kamarnya terbuka, dan tampak seorang pria memasuki kamarnya sambil membawa satu cup besar ice cream strawberry kesukaannya.
"Aku tidak tahu kalau ini masih muat di dalam perut kecilmu!"
Troy dengan senyuman hangatnya berjalan dengan langkah lebarnya mendekati Theodore. Dia menatap semua sisa makanan Theodore dengan senyuman lebarnya."Berikan padaku! Tentu saja perutku masih bisa menampung ice cream itu!"
Dengan gerakan cepat, Theodore mengambil ice cream dari tangan Troy, membuka tutupnya dan langsung melahap Ice cream tersebut.Troy yang sedikit kaget melihat selera makan Theodore yang tinggi, mengelus lembut rambut Theodore dan duduk di hadapan Theodore memperhatikan Theodore makan dengan lahap.
"Pelan-Pelan, od! Tidak ada yang akan merebut ice cream itu darimu!"
Troy dengan tawa kecilnya menatap sahabatnya itu dengan perasaan yang senang. Bagaimana tidak, ini pertama kali dia melihat Theodore makan lahap dengan wajah tersenyum indah.Suara pintu terbuka, membuat kedua manusia yang sedang bercanda gurau itu, menatap ke arah suara. Tampak Mattheo datang dengan membawa sekotak ice cream yang sama persis dengan yang sedang dimakan oleh Theodore saat ini.
Tatapan datar Mattheo membuat Theodore terdiam. Wajah sumringahnya tiba-tiba menjadi sendu, seolah takut menatap ke arah Mattheo.
"Hi Math! Aku mendengar dari Aunt Ellen bahwa Od tidak memiliki selera untuk makan. Jadi, aku berinisiatif membawanya ice cream kesukaannya."
Troy dengan suara tenangnya menatap hangat ke arah Mattheo. Sebisa mungkin, dia menghilangkan suasana canggung yang entah kenapa bisa tiba-tiba muncul sesaat kedatangan Mattheo."Apa aku menganggu kalian?"
Suara datar Mattheo seketika membuat Theodore menatap Mattheo bingung. Dia ingin menggelengkan kepalanya cepat dan tegas, tapi entah mengapa, tatapan datar dan tatapan tajam Mattheo membuatnya takut."Tentu tidak! Bagaimana bisa kau menganggu kami? Aku hanya ingin menemani Od sebentar. Tapi, karena kau sudah ada disini, kufikir aku harus segera pergi."
Troy tersenyum lebar sambil melirik ke arah Theodore. Dia berdiri dari duduknya dan menatap hangat ke arah Theodore, mengelus pelan puncak kepala Theodore dengan tatapan hangatnya."Jaga dirimu. Jika kau membutuhkan sesuatu, kau boleh menghubungiku."
Setelah mengatakannya, Troy berjalan pelan meninggalkan Theodore dan tersenyum hangat menatap Mattheo. Dia menyentuh pundak kanan Mattheo dan menganggukkan kepalanya."Sejak kapan dia ada disini?"
Suara berat Mattheo menatap tajam ke arah Theodore, sesaat setelah Troy menjauh dari kamar Theodore dan dengan cepat Mattheo menutup pintu kamar Theodore."Belum lama. Dia baru saja datang 15 menit yang lalu, Math."
Suara pelan Theodore membuat Mattheo semakin kesal. Entah mengapa, dia tidak menyukai Theodore yang menatapnya sedikit takut. Berbeda saat bersama dengan Troy sebelum dia memasuki kamar Theodore."15 menit yang lalu? Dan kalian hanya berdua di dalam kamar dengan pintu tertutup? Apa saja yang kalian lakukan di dalam 15 menit itu? Apa kalian... "
"Hentikan, Math! Troy hanya membawakan aku Ice Cream untuk menghiburku! Apa yang sebenarnya ada di dalam kepalamu itu?"
"Kau bertanya apa yang ada di dalam kepalaku? Isi kepalaku tentu berkata bahwa kalian sudah melakukan banyak hal di dalam 15 menit itu, di dalam kamar, dengan pintu tertutup. Kau dan dia sudah sejauh apa? Apa dia sudah menitipkan 'sesuatu' di dalam tubuhmu?"
Ucapan sinis Mattheo membuat sesak Theodore. Bagaimana bisa, pria di hadapannya ini menilainya dengan sangat buruk. Dia sudah mengenal Theodore sejak lama, tapi mengapa seolah-olah dia tidak tahu seperti apa Theodore itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Started With Our Name
Romance"Kau hanya wanita bayaran yang bahkan tidak lebih berharga dari debu di rumahku. Jadi, jangan pernah mengacaukan rencanaku dan berjalanlah sesuai keinginanku." -Mattheo Lucas Quirel- "Hanya karena debu di rumahmu jauh lebih berharga, bukan berarti k...