17

429 18 1
                                    

Mattheo menatap kesal saat Aubrey datang memasuki kamarnya dengan langkah angkuh dan tatapan sinisnya. Dengan sedikit angkuh, Aubrey mendudukkan dirinya di sofa kecil di sudut kamar Mattheo.

"Kau sungguh hebat untuk membuat Od sedih. Aku bertepuk tangan untuk sifat gilamu yang mengabaikannya bahkan di saat ulang tahunnya."
Aubrey menatap sinis ke arah Mattheo sambil menyilangkan kakinya.

"Apa dia masih menangis?"
Mattheo menatap sedih ke arah Aubrey yang membuat Aubrey menaikkan sebelah alisnya menatap bingung ke arah Mattheo.

Mattheo melangkah perlahan ke arah balkon kamarnya, dan melihat datar ke arah taman belakang kamarnya. Disana, dia melihat Theodore sedang berjongkok di depan tanaman mawar merah muda yang sedang mekar.

"Aku tidak mengerti mengapa aku merasa marah setiap melihatnya tersenyum. Aku tidak bermaksud membuatnya sedih di hari spesialnya, bee. "
Tatapan datar dengan nada sedih dari Mattheo semakin membuat Aubrey kebingungan. Dia berjalan menghampiri Mattheo dan menyamakan pandangannya dengan Mattheo.

"Selama di rawat di rumah sakit, aku memahami sesuatu tentangnya. Dia, mencintai pekerjaanya dengan sangat tulus. Perawat dengan senang hati akan tersenyum padanya setiap memasuki kamar ruang rawat ku. Beberapa pasiennya yang pernah dirawat nya akan mengunjunginya dan membawakannya makanan. Selama disana, aku menyadari sesuatu."
Mattheo membalikkan badannya dan menatap Aubrey sekilas, dan kemudian berjalan kembali menuju walk in closet miliknya.

"Menyadari apa? "
Suara bergetar Aubrey seolah menunjukkan rasa penasarannya. Dia dengan langkah cepat, mengikuti langkah Mattheo yang kini sudah berhenti di depan lemari jam tangannya sambil memegang kotak kecil ditangannya.

"Bahwa aku merebut impiannya."
Mattheo tersenyum pahit sambil menatap kotak kecil itu. Matanya berair dan sekuat mungkin dia menahan agar tidak jatuh membasahi pipinya.

"Math, kau... "

"Dan, aku tidak pernah merasa sepuas ini. Wanita itu, dia pantas mendapatkannya bukan? Dia kehilangan impian dan cita-citanya karenaku, dan keluarganya membuatku kehilangan daddy. Itu sudah sangat pantas, kurasa."
Tiba-tiba Mattheo tertawa kencang sambil meletakkan kembali kotak kecil itu di atas laci kacanya. Dia menghapus kasar air matanya dan menatap tajam ke arah Aubrey.

"Jadi, jangan membelanya lagi. Jangan merasa paling mengerti tentang apa yang kurasakan dan memberitahu kebohongan padanya, bee. Aku, tidak memiliki perasaan apapun lagi padanya."
Mattheo berjalan ke arah Aubrey dan menatao Aubrey sinis. Dia kemudian duduk di sofa kamarnya dan menyandarkan dirinya sambil menutup kedua matanya.

"Kebohongan? Tidak memiliki perasaan lagi, katamu? Baiklah! Kuperingatkan padamu, Math! Kau akan menyesali ini suatu saat nanti."
Aubrey berdiri menatap tajam dengan suara sinis ke arah Mattheo. Ada perasaan kesal di hatinya melihat sikap Mattheo yang semakin memburuk.

"Tadinya, aku hanya ingin memberikan kado ulang tahun dariku untuk Od, dan akan memberikan kado dariku untukmu besok, mengingat ulang tahun kalian hanya berbeda 1 hari. Tapi kurasa, aku sudah tidak memiliki keinginan untuk datang besok. Ini kadoku! Selamat Ulang Tahun, bodoh!"
Aubrey melemparkan kotak kecil di hadapan Mattheo dan berjalan meninggalkan Mattheo yang masih menutup matanya.

Perasaan marah dan kesal Aubrey tiba-tiba hilang saat melihat pintu kamar Theodore terbuka dan ada dentuman keras dari arah kamar Theodore. Dengan  langkah tergesa-gesa, Aubrey berjalan membuka lebar pintu kamar Theodore dan terkejut melihat Theodore terjatuh di lantai kamarnya.

"Od! Ya Tuhan! Apa yang terjadi?"
Aubrey menggoyang pelan lengan Theodore dengan sedikit panik. Saat Aubrey ingin bergerak mencoba memanggil Mattheo, Theodore mengenggam tangan Aubrey dengan lemah.

It's Started With Our NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang