14

518 25 4
                                    

Theodore berlari kencang, menjauhi apartemen Mattheo. Dia tidak lagi memikirkan keadaan yang sudah gelap gulita, dan sangat sepi, mengingat saat ini masih jam 03.00 Am. Air mata mengalir kencang membasahi pipi pucatnya, dan mengaburkan pandangannya. Hatinya sakit! Jauh berlari, Theodore memilih untuk duduk di halte bus sambil memandang kosong ke arah jalan.

"Bodoh! Kau benar-benar bodoh, Od!"
Theodore merutuki dirinya sambil menundukkan kepalanya. Theodore mengambil handphone dari tasnya dan melihat sebentar nama Troy di daftar panggilannya. Ya, hanya ada nama Troy di daftar itu, yang memang hampir setiap saat menelponnya untuk menanyakan kabarnya.

"Ini Jepang! Troy tidak mungkin akan kesini! Troy...aku membutuhkanmu!"
Theodore menundukkan kepalanya sambil memeluk dirinya yang kedinginan karena angin malam. Bahunya bergetar dan isakan tangisnya terdengar memilukan.

Sebuah tangan hangat menyentuh bahu Theodore dan membuat Theodore sedikit kaget. Kepalanya terangkat untuk melihat siapa orang bodoh sepertinya yang berkeliaran di jam seperti ini. Seketika, wajahnya menghangat dengan senyum tipisnya.

"Hi, Od!"
Suara menenangkan dari orang itu membuat senyum Theodore melebar. Orang itu menatap hangat ke arahnya.

"Jika kau memang ingin berkeliaran di Jepang, ini bukan waktu yang tepat kurasa! Apa kau lupa jalan pulang hingga menangis?"
Orang itu menyilangkan tangannya di depan dadanya sambil menatap Theodore datar. Wajah sinis yang dibuat- buat membuat Theodore sedikit terhibur.

"Aku memang lupa jalan pulang, Bee! Tapi, kalaupun aku ingat, aku tidak ingin pulang!"
Theodore menundukkan kepalanya dengan suara pilunya. Aubrey yang memang mengetahui apa yang terjadi, hanya menghembuskan nafasnya kesal karena perbuatan Mattheo pada Theodore.

Ya, sejujurnya Aubrey sudah mengikuti Theodore sejak Theodore berlari keluar dari apartemen Mattheo. Aubrey pun tahu apa yang telah dilakukan Mattheo pada Theodore sehingga membuat Theodore seperti ini.

"Lalu, kemana kau ingin pergi jika kau tidak ingin pulang? Kau ingin menjadi gelandangan di sini?"
Aubrey menatap sinis Theodore, mencoba untuk menekan emosinya. Jika saja dia bisa, sejujurnya dia ingin memeluk Theodore dan menenangkannya. Tapi tidak! Mattheo pasti tahu semua pergerakan Theodore dan jika dia bersikap lembut pada Theodore, maka Mattheo akan semakin menyakiti Theodore.

"Bukankah itu lebih baik? Saat ini, aku memilih untuk menjadi gelandangan dibandingkan harus melihat Math bersama Erika sedang bermesraan!"
Suara lirih Theodore membuat Aubrey semakin ingin memukul kepala Mattheo. Dia sedikit kesal dengan Mattheo yang menggunakan Erika untuk menyakiti Theodore.

Dulu, Erika menjadi sumber kesakitan terbesar buat Theodore. Dan sekarang, Mattheo melakukan hal yang sama untuk kembali menyakiti Theodore. Ini semakin membuat Aubrey kesal dan mengumpat Mattheo di dalam hatinya.

"Lalu, apa yang ingin kau lakukan sekarang? Menangis disini hingga orang-orang menatap iba? Bisakah kau tidak bersikap seperti seseorang yang menyedihkan?"

Pertanyaan sinis Aubrey membuat Theodore mengangkat kepalanya, menatap tajam pada sahabat kecilnya itu. Saat matanya menatap lurus ke arah Aubrey, Theodore bisa merasakan perasaan bersalah di tatapan mata Aubrey dan membuat Theodore menghembuskan nafasnya panjang.

"Aku memang menyedihkan, bukan? Jadi pergilah! Jangan dihiraukan aku! Katakan pada Math bahwa dia berhasil membuatku membencinya!"

"Apa kau bilang? Kau membenci siapa? Tunggu! Kau tidak sedang bercanda kan?"
Suara gugup dan sedikit khawatir dari Aubrey membuat Theodore mengerutkan keningnya. Dia menatap bingung ke arah Aubrey yang kini menatapnya penasaran.

"Apa aku bisa?"
Setetes air mata kembali jatuh membasahi pipi Theodore. Pertanyaan ragunya hanya dibalas hembusan nafas panjang dari Aubrey.

"Ayo pergi dari sini! Tidak baik jika orang lain melihatmu!"
Aubrey menarik pelan tangan Theodore dan mengiringnya memasuki mobilnya. Theodore hanya menutup matanya, bersiap untuk menemui Mattheo kembali, dan tentunya juga menemui Erika.

It's Started With Our NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang