Suasana pagi yang sedikit mendung, seolah mewakili perasaan Mattheo saat ini. Sarapan pagi yang sedikit berbeda di indra perasanya membuat moodnya semakin memburuk. Dia kembali mengalihkan pandangannya ke arah lantai dua rumahnya, berharap seorang wanita yang entah mengapa sangat ingin dilihatnya untuk menuruni anak tangga dan menampilkan senyuman ramahnya. Tapi tidak! tidak ada satupun yang menuruni anak tangga itu.
"apa anda tidak menyukai sarapannya, Tuan?"
Aunt Ellen menatap hangat kearah Mattheo, sambil meletakkan secangkir kopi panas di hadapan Mattheo. Mattheo yang merasa sedikit canggung, hanya tersenyum simpul menatap wanita paruh baya itu.
"Aunt Ellen, Aunt Ellen,,,,"
Seorang asisten rumah tangga berlari cepat menuruni tangga rumah Mattheo dengan seruan paniknya memanggil Aunty Ellen. Terlihat jelas, wajah ketakutan dari wanita itu ketika dia berlari menuju Aunt Ellen dan melihat Mattheo masih ada di rumah.
"Ada apa Nora? Bukankah sudah kukatakan untuk tidak berlari di dalam rumah?"
Aunt Ellen menggeram kesal, saat melihat wanita itu yang masih menunjukkan wajah gugup seolah ada hal yang menakutkan yang baru saja dilihatnya.
"Maaf Tuan Muda! Saya akan memberi peringatan agar dia tidak membuat keributan yang tidak perlu!"
Aunt Ellen kembali berucap pelan menatap Mattheo dengan tatapan hangatnya, seolah meminta Mattheo untuk memaafkan asisten rumah tangga itu
"Maaf Tuan! Tapi, ini sungguh penting! Nona Muda! Nona Theodore...dia...."
Suara terbata-bata aisisten rumah tangga itu seketika membuat jantung Mattheo berdetak kencang. Wajahnya memucat saat nama itu terucap begitu saja. Dia mengangkat wajahnya dan menatap asisten rumah tangga itu tajam.
"Ada apa dengan Nona Theodore?"
Suara panic Aunt Ellen seolah mewakili rasa penasaran Mattheo. Dia hanya diam menatap asisten rumah tangga itu dengan tangan mengepal dan jantung berdetak kencang.
"Dia, dia seperti kerasukan. Saat aku memasuki kamarnya untuk mengantarkan sarapannya, dia berteriak keras dan mencoba melempariku dengan bantalnya. Saat aku mendekat, dia menangis kencang dan memintaku pergi menjauh!"
Jantung Mattheo terasa dilempari arang panas saat mengetahui efek perbuatannya pada Theodore begitu parah. Tapi, entah mengapa, dia hanya menatap datar Aunt Ellen yang segera berlari menuju kamar Theodore setelah mendengar hal itu. Lagi! Mattheo seolah memaku kakinya di tempatnya.
Mattheo hanya menatap datar makanan di hadapannya tanpa selera. Kopi panas di hadapannya kini sudah menjadi dingin. Ini sudah 1 jam sejak Aunt Ellen pergi memasuki kamar Theodore. Entah perasaan apa yang saat ini dirasakan oleh Mattheo. Tapi yang pasti, tidak ada perasaan lega di hatinya, bahkan setelah dia melakukan keinginanya untuk menyakiti Theodore.
"Tuan Muda!"
Suara lembut dan terkesan gugup terdengar di telinga Mattheo. Saat ini, entah mengapa perasaan takut yang sama saat daddynya meninggal, kembali dirasakannya. Dia hanya menatap datar kearah Aunt Ellen, yang saat ini tampak sangat gugup. Wajahnya tampak sendu.
"Ada Apa Aunt? Apa wanita itu membuat masalah? Kegilaan apa yang dilakukannya di pagi hari seperti ini?"
Mattheo menyilangkan kakinya dan menatap datar dengan nada sinisnya kepada Aunt Ellen. Sebisa mungkin, Mattheo tidak menunjukkan kekhawatirannya pada Theodore.
"Sepertinya, kita harus memanggil Tuan Muda Troy untuk datang!"
"Apa? Siapa yang harus datang? Come on Aunt, untuk apa kita mendatangkan Troy untuknya? Biarkan saja dia! Dia hanya sedang ingin bermanja mencoba membuatku marah."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Started With Our Name
Romance"Kau hanya wanita bayaran yang bahkan tidak lebih berharga dari debu di rumahku. Jadi, jangan pernah mengacaukan rencanaku dan berjalanlah sesuai keinginanku." -Mattheo Lucas Quirel- "Hanya karena debu di rumahmu jauh lebih berharga, bukan berarti k...