15

550 19 3
                                    

Theodore menatap kesal ke seluruh penjuru ruangan lantai teratas Quirell Hospital, tempat dimana dilaksanakannya acara pembukaan yayasan kanker. Saat ini, Math meninggalkannya sendiri setelah dengan tiba-tiba menciumnya di depan umum menunjukkan keromantisan pura-pura diantara mereka.

Theodore mengambil segelas martini  yang diambilnya dari seorang waiter yang membawa berbagai jenis minuman di nampan. Dengan kesal, Theodore mengecap sedikit minuman keras itu sambil menatap Mattheo yang saat ini sedang berbincang dengan sepasang suami istri yang dikenal Theodore sebagai Mrs dan Mr. Hanako, dokter kepala di Quirell Hospital yang berada di Jepang.

"Kau tahu, aku tidak menyangka jika kalian akan berciuman di depan umum!"
Aubrey datang menghampiri Theodore dengan segelas Vodka di tangannya dan jangan lupakan senyuman sinis di wajahnya yang membuat wajahnya tampak sangat cantik.

"Dan percayalah, akupun sangat tidak mengerti dengannya, Bee! Kurasa, dia sedikit mabuk! Apa dia minum minuman keras saat di apartemen?"
Theodore menatap bingung ke arah Aubrey dengan meneguk habis martini di tangannya setelahnya.

"Dan kau pun sama gilanya dengan suamimu! Sudah berapa kali kau melirik ke arahnya?"
Aubrey membuat Theodore melirik ke arahnya dengan sedikit terkejut, berdehem pelan kemudian untuk sekedar mengurangi kegugupannya.

"Jangan mengharapkan apapun padanya saat ini, Od! Kau akan menelan kekecewaan yang berat jika kau memberikan harapan terlalu tinggi untuknya, baginya..."

"Aku tidak lebih berharga dari debu! Aku tahu posisiku, Bee!"
Theodore menyela ucapan Aubrey, dan membuat Aubrey sedikit tersentak. Tadinya, Aubrey ingin mengatakan bahwa saat ini mungkin Mattheo belum menyadari apa arti Theodore sebenarnya. Tapi, perkataan Theodore membuatnya menghembuskan nafasnya kasar, merasa kesal terhadap Theodore yang semakin menjauhkan perasaannya pada Mattheo.

"Ya! Kau tahu Mattheo dengan baik!"

Kedua wanita itu kini tenggelam dalam pemikiran mereka masing-masing. Theodore yang tenggelam dalam pemikirannya tentang Mattheo yang tidak akan pernah bisa menerimanya, dan Aubrey yang tenggelam dalam pemikirannya untuk menyadarkan Mattheo, bahwa Theodore bukan sesorang yang dapat disalahkan untuk kematian daddynya.

Mattheo berjalan pelan ke arah Theodore dan Aubrey dengan tatapan datarnya. Langkahnya berhenti di depan Theodore dan melirik tajam ke arah Aubrey, seolah meminta Aubrey untuk pergi meninggalkan mereka berdua. Sadar dengan pandangan itu, Aubrey menganggukkan kepalanya dan meninggalkan kedua manusia itu.

"Bisakah kau tidak menunjukkan wajah menyebalkanmu di acara penting keluargaku? Bagaimanapun saat ini kau adalah Mrs. Quirell, dan kuharap kau mengerti posisimu!"
Mattheo menatap lembut ke arah Theodore dengan suara tajam. Theodore menatap ke seluruh ruangan dan melihat orang-orang menatap ke arah mereka dengan tersenyum senang. Mungkin, mereka berfikir bahwa saat ini Mattheo sedang berbincang mesra dengan istrinya. Nyatanya? Tidak! Mattheo hanya bersembunyi di balik topeng senyum mesranya.

"Aku lelah, Math! Tidak bisakah kita pulang sekarang?"
Theodore dengan suara lelahnya menatap lembut ke arah Mattheo, berharap Mattheo mengabulkan keinginannya yang sebenarnya Theodore tahu, bahwa itu tidak akan mungkin dikabulkan oleh Mattheo.

"Pulang? Apa kau gila? Acara ini sangat penting!"

"Kalau begitu, biarkan aku pulang lebih dahulu! Math, tidak ada yang bisa kulakukan disini! Jadi, biarkan aku pulang!"

"dr.Miko ingin bertemu denganmu! Setelahnya, kita akan pulang!"
Suara rendah tertahan Mattheo membuat Theodore membelalakkan matanya. Benarkah Mattheo mengabulkan keinginannya untuk pulang lebih awal.

It's Started With Our NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang