Theodore menggigit bibir bawahnya dan meremas jarinya gugup. Saat ini dia sedang berada di mobil mewah Sven, yang saat ini sedang tersenyum miring di sampingnya. Rasa takut dan khawatir pada diri Theodore membuat bulir-bulir keringat membasahi keningnya. Theodore bahkan hanya menundukkan kepalanya, dia tidak lagi perduli kemana Sven akan membawanya.
Mobil mewah itu berhenti di sebuah hotel mewah, dan membuat mata Theodore memanas. Entah sejak kapan, air mata itu telah jatuh membasahi pipinya. Tangan Theodore ditarik pelan oleh Sven untuk memasuki hotel itu. Theodore hanya mengikuti langkah cepat Sven tanpa memiliki keberanian untuk melepaskan dirinya.
Sven membuka kamar hotel dan menarik pelan tangan Theodore untuk memasuki kamar hotel itu. Isak tangis Theodore semakin terdengar saat Sven mendorong bahunya pelan untuk duduk di ranjang besar hotel itu. Theodore memejamkan matanya saat tangan Sven menyentuh bahu telanjangnya.
"Hey! Mengapa kau begitu takut? Aku bahkan belum melakukan apapun padamu!"
Suara berat itu tidak membuat Theodore mampu mengangkat kepalanya. Dia bahkan semakin menundukkan kepalanya meremas kuat ujung dressnya."Aku tidak akan melakukan apapun padamu, Od! Angkat kepalamu dan lihat aku!"
Sven mengangkat dagu Theodore lembut dengan suara beratnya. Masih dengan rasa gugupnya, Theodore membuka kedua matanya menatap lurus ke arah Sven."Aku bukan pria brengsek yang kau kenal dulu, Od! Saat ini, aku adalah pria baik-baik yang bahkan sudah memiliki istri dan seorang anak!"
Sven tersenyum lembut sambil menghusap air mata Theodore yang membasahi pipi pucatnya. Sven membalikkan badannya dan berjalan menuju lemari besar di kamar hotel itu dan mengambil bungkusan kecil dari dalamnya."Ganti pakaianmu dengan ini, Od! Kau bisa mati kedinginan dengan pakaianmu itu!"
Sven memberikan pakaian hangat dengan senyuman lembutnya pada Theodore yang masih sesunggukan sambil menatapnya bingung. Dengan langkah gugup, Theodore memasuki kamar mandi hotel itu dan mengganti pakaiannya cepat dengan pakaian hangat yang baru diberikan oleh Sven."Duduklah, Od! Aku sudah memesan makanan untukmu!"
Sven tersenyum lembut saat melihat Theodore sudah berganti pakaian dengan yang lebih layak dan mengayunkan tangannya, untuk mengajak Theodore duduk di sofa kamar hotel itu. Theodore hanya berjalan pelan untuk duduk berhadapan dengan Sven dengan wajah kebingungan."Aku tahu apa yang ada di kepalamu saat ini, Od! Tapi, tenanglah! Hal yang kau takutkan tidak akan terjadi! Satu hal yang harus kau ketahui, Od! Aku sungguh menyesal atas apa yang pernah ku lakukan padamu! Maafkan aku, Od!"
Sven menatap Theodore merasa bersalah. Tidak ada kebohongan yang dapat dibaca Theodore dari wajah pria yang ada dihadannya saat ini. Pria itu mengerjapkan matanya cepat saat matanya memerah karena perasaan bersalahnya."Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Math menyerahkanku padamu? Bahkan setelah...."
"Setelah apa yang pernah ku lakukan padamu? Percayalah, Od! Aku juga tidak mengerti!"
Sven menyela ucapan Theodore yang melemah. Sven tersenyum kecil dan menyandarkan badannya menatap Theodore di hadapannya."Math menelfonku dan bertanya apa aku masih memiliki perasaan yang sama padamu! Saat itu, aku merasa bingung dengan pertanyaan bodohnya itu! Dia menawarkanku untuk melanjutkan hal yang dulu belum bisa kutuntaskan padamu! Untuk sesaat, aku merasa kebingungan! Aku tahu kau dan dia menikah, tapi aku tidak mengerti dengan permintaan bodohnya!"
Sven menghembuskan nafasnya kasar, berbicara berlahan sambil menatap Theodore hati-hati. Sven berusaha mencari kalimat yang baik untuk tidak menyakiti perasaan wanita di hadapannya. Tapi, melihat tubuh gadis di hadapannya bergetar menahan tangis, Sven menyadari bahwa tidak ada kalimat yang baik untuk menjelaskan kekejaman Mattheo."Kepala pintarku berfikir dengan cepat dan menyetujui penawarannya begitu saja! Saat itu, yang ada di kepalaku adalah, jika aku menolaknya maka dia akan mencari orang lain untuk penawaran gilanya itu. Aku menyetujuinya dan berpura-pura bahwa aku masih menggilaimu dan penasaran denganmu! Aku melakukannya, karena aku berfikir bahwa ini adalah salah satu cara agar aku bisa meminta maaf padamu!"
Theodore menatap lurus ke arah Sven dengan wajah memerah menahan tangisnya. Dia benar-benar tidak pernah menyangka bahwa Mattheo membencinya sebesar ini. Bahkan setelah dia tahu, bahwa pria yang saat ini menatapnya dengan tatapan teduh adalah pria yang pernah membuatnya seperti mayat hidup selama berbulan-bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Started With Our Name
Romance"Kau hanya wanita bayaran yang bahkan tidak lebih berharga dari debu di rumahku. Jadi, jangan pernah mengacaukan rencanaku dan berjalanlah sesuai keinginanku." -Mattheo Lucas Quirel- "Hanya karena debu di rumahmu jauh lebih berharga, bukan berarti k...