•Prolog

79 9 1
                                    

Hai\\
Aku ucapkan terima kasih yang udah mau mampir ke work ku.
Karena aku masih pemula aku sangat-sangat meminta bimbingannya dari kalian.
°Tolong jangan copy sembarangan. Aku yakin kalian dapat membuat yang lebih baik dari aku.
°Yang mau nge-spam boleh kok ..
Terlalu bawel ya wkwkwk ...
Yok lanjut

Selamat Membaca
*****************

Rafa memarkirkan sepeda hitamnya di samping pohon kelapa. Rosa yang berada di boncengannya sudah melompat turun menapaki satu-persatu pasir hitam, sambil sesekali mengejar kepiting yang berjalan
dengan kedua kakinya. Terlihat imut menurut Rosa.

"Rosa main disana yuk," ajak Rafa.

"Ayuk. Tungguin Osa dong Kak Afa," sahut Rosa.

Merekapun bergandengan tangan menuju taman bermain. Tempat favorit anak-anak bermain. Rosa langsung menaiki sebuah ayunan. Ayunan kecil yang terbuat dari bilah-bilah kayu. Ayunan kecil itu sangat pas ditubuh Rosa.

"Kak Afa dorong ayunanannya."

Rafa hanya mengangguk. Ia langsung mendorong pelan ayunan yang dinaiki tubuh mungil Rosa. Rafa tersenyum, ia sangat senang bermain dengan Rosa yang baru berumur 5 tahun. Sedangkan Rafa berusia 7 tahun. Ia menganggap Rosa seperti adiknya sendiri yang harus slalu dijaga.

Rosa kecil cepat bosan dengan mainannya. Ia lalu melompat turun dari ayunan.

"Rosa hati-hati," kata Rafa terkejut dengan ulah Rosa.

"Hehehe.... Iya Osa tadi hati-hati kok. "

"Rosa mau main kemana," kata Rafa melihat Rosa berjalan menjauhinya.

"Dak kemana-mana kok Osa mau mainan pasir."

"Jangan Sa, nanti dimarahin Bang Leon lagi. Mending nulis-nulis di pasir pake ranting aja. Sini Kak Fa ajarin nulis," bujuk Rafa.

Merekapun asik mencoret-coret tanah memakai ranting kering. Rafa iseng-iseng menulis namanya diatas pasir 'RAFA'.

"Osa juga mau ditulis namanya" rengek Rosa.

Rafa menulis nama Rosa disamping namanya 'RAFA & ROSA'.

"Bagus-bagus," Rosa tersenyum sambil bertepuk tangan. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya seolah mengerti apa yang ditulis Rafa.

Tiba-tiba Rafa menajamkan pendengarannya. Ia mendengar suara air yang deras. Padahal bibir pantai berada jauh di depan sana. Rafa mengucek matanya. Ia tidak percaya dihadapannya gelombang air laut datang dengan ganasnya. Menerjang dan menyeret benda-benda di depannya.

Rafa lalu menarik tangan Rosa. Air menggenangi kaki mereka sampai sebatas lutut.

"Kak Afa ada apa ini ? Osa takut."

Mereka pun berlari dengan sekuat tenaga. Namun gelombang yang sedang mengamuk itu dengan cepat menyeret mereka. Rosa pun segera menggenggam tangan Rafa dengan kuat. Lama-kelamaan tautan tangan mereka merenggang. Tubuh Rosa sudah tenggelam di dalam air.

" Rosa hah ....hah... pe-gang-yang - e - r -a -t..." teriak Rafa. Rafa mulai kehilangan kesadaran. Pandangannya mulai buram dan tidak lagi melihat apapun.

***

Aroma minyak angin yang khas memasuki indra penciuman Rafa. Rafa mulai membuka matanya. Kepalanya masih terasa sedikit pusing.

"Jangan banyak bergerak dulu sayang," kata Melia, Bunda Rafa.

"Rafa kanapa, Bun?" Rafa bingung, ia melupakan kejadian yang telah menimpanya.

"Kau terbawa pasang air, untung airnya gak masuk rumah ini. Kalo masuk bisa berabe," kata Herman , Ayah Rafa cuek.

Rafa mengernyitkan dahinya bingung, sampai terlihat guratan-guratan di dahinya.

Seketika ia teringat peristiwa yang menakutkannya tadi.

"Rosa mana Bun? Gimana keadaannya?"

"Ngapain kamu tanya anak itu Fa. Paling-paling udah mati." Ayahnya berkata dengan nada tak suka. Ia lalu pergi meninggalkan mereka berdua dengan menyisakan bedebam keras akibat pintu yang ditutup dengan kasar. Melia hanya dapat mengelus dada.

"Kamu harus sabar ya Fa. Rosa sudah dicari-cari sama warga sekitar, tapi sampai saat ini Rosa belum ditemukan." Ucap Melia sendu, sambil menatap putra semata wayangnya.

"Rafa mau bantu cari Rosa." Rafa menurunkan kakinya dari kasurnya.

Tapi Melia segera mencegahnya, " Rafa kau masih sakit. Tidurlah dulu."

Rafa akhirnya menuruti perkataan bundanya. Ia pun menatap bundanya.

"Rosa pasti ketemu kan bunda?"

Melia hanya dapat mengangguk sambil tersenyum menguatkan putranya yang sedang terpuruk.

"Rafa berdoa aja ya. Semoga Rosa segera ditemukan." Melia pun mengusap rambut Rafa dengan lembut memberikan ketenangan kepada putranya.

###

HIL
Z

Tinggalkan jejak

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang