4• Malu

20 6 0
                                    

Berkali-kali aku menyangkalnya, berkali-kali pula kau memberiku bukti. Sepertinya kau dan dia adalah orang yang sama.
Salam jumpa teman kecilku _ Rafa.

Selamat Membaca
******************

"Ayo Rosa Semangat!!. Rosa pasti bisa." Rafa memberi semangat kepadaku yang tengah bersiap mengikuti lomba balap karung yang diadakan di desanya.

Rosa sangat antusias mengikuti beberapa lomba yang diadakan. Salah satunya yaitu lomba balap karung. Di lomba balap karung ini Rosa adalah peserta termuda. Larangan dari abangnya yaitu Bang Leon tak ia dengarkan.

"Satu ..... Duaaa .... Tiiiiiga ... Mulai!!" aku mulai melompat dengan lemah gemulai. Suara teriakan para anak-anak yang menonton terdengar bergemuruh. Namun naas, aku tidak menyadari batu sekepalan tangan di depanku dan akhirnya aku terjatuh.

Bruuk . . . .

Rafa panik. Segera ia berlari menghampiriku yang sedang merintih menahan tangis.

"Rosa mana yang sakit," Rafa menyingkap karung yang menyelimuti tubuhku. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

'Nanti Kak Fa obatin ya," kata Rafa begitu melihat bercak-bercak merah di kakiku. Ia lalu menggendongku di atas punggungnya dengan hati-hati.

"Kak Afa, jangan bilangin Bang Leon ya," kataku berbisik sambil mengeratkan peganganku.

Cewek itu tetap tertidur pulas di buai mimpinya. Ia tak menyadari seseorang yang ia peluk padahal matanya masih terpejam dengan sempurna.

***

Rafa bersiul pelan sambil menyanyikan lagu kesukaannya. Attention_Charlie Puth.

You just want attention you don't want my heart

Maybe you just hate the thought of me with someone new

Ia melangkahkan kakinya menuju perpustakaan. Rafa berniat untuk meminjam beberapa buku ilmiah.

Saat Rafa sedang memilih-milih buku di rak ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ia lantas melotot dan merasa geram dengan tingkah seorang siswi yang sedang tertidur pulas tak jauh dari tempatnya berdiri. Sebagai ketua osis, ia berkewajiban menegur para siswa di SENBI yang melanggar peraturan.

Rafa pun hendak membangunkan dan akan memberinya hukuman karena telah tidur sembarangan di perpustakaan.

"Ehem... ," Rafa berdehem cukup keras. Sehingga membuat gadis itu menegakkan tubuhnya. Tetapi matanya masih terpejam.

Lalu tiba-tiba gadis itu memeluk Rafa erat sambil bergumam dalam tidurnya, "Kak Fa , jangan bilangin Bang Leon ya."

Rafa hanya terdiam mematung, ia kaget sekaligus bingung dengan tingkah gadis itu. Lidahnya kelu bahkan untuk berbicara ia tak sanggup, Rafa bahkan lupa dengan niatnya yang akan memberi hukuman kepada gadis itu. Ia berdebar-debar tak karuan.

***

"Anjir, Anjir mampus gue, aargh. . . " Bela menjambak-jambak rambutnya tak karuan.

"Kenapa lo Bel?" kata Lita memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat. Lita yang duduk tepat di depan Bela memandang penuh selidik.

"Gue malu banget anjir," umpat Bela lagi.

"Dah bosen gue dengernya. Lo kenapa sih, gak bisa diem daritadi," Galuh menatap teman satu bangkunya itu dengan malas. Pasalnya Bela telah mengganggu tidurnya dengan teriakan dan gebrakan-gebrakan meja.

"Gue malu banget, masa gue ketiduran di perpus. Trus-trus gue diliatin ketos lagi untung gue gak dimarahin. Tapi ya gitu deh dia cuma diem aja trus pergi,"

"Yaudah sih napa di bawa ribet," kata Lita sambil meniup-niup kukunya yang tadi ia beri kutex.

"Ya kan gue malu. Bisa aja dia liat gue ngiler,"

"Gak usah dipikirin kan udah terjadi juga," kata Galuh sambil mengangkat kepalanya dari lipatan tangannya, "Udah deh jangan ribut lagi gue mau tidur, nih dengerin ya si Rafa itu irit ngomong dan dingin orangnya jadi lo jangan salting kaya begitulah,"

"Ye si kadal. Siapa juga yang salting," kata Bela sambil menyenggol lengan Galuh yang dijadikan tumpuan kepalanya.

'Iya juga ya napa gue kaya gini,' batin Bela. Ia lantas terdiam sambil merenungi sesuatu.

***

Rafa terkejut bukan main mendengar perkataan gadis yang memeluknya. Rafa pun dengan segera melepaskan pelukan itu.

Ia kemudian berdehem, "Ehem. Hey bangun jangan tidur di sini," kata Rafa. Ia merutuki dirinya sendiri kenapa ia tidak bisa bersuara dengan nada jengkel seperti yang sering ia lakukan jika memarahi siswa-siswa yang salah.

Dengan mengeliat pelan cewek itu membuka kedua mata yang memiliki bulu mata lentik itu. Lalu kedua matanya tertuju pada Rafa yang berdiri mematung. Mata cewek itu pun membola. Cewek itu terkejut.

'Hah, dia kan cewek ceroboh yang nabrak gue tempo hari yang lalu,' batin Rafa.

"Ma- maaf kak," kata cewek itu, badannya terlihat gemetaran.

Rafa hanya terdiam ia lalu meninggalkan cewek itu. Rafa sampai melupakan niat awalnya untuk meminjam buku ilmiah.

Rafa berjalan cepat, tujuannya utamanya yaitu kelasnya.

"Aah goblok gue, masa gak gue marahin sih tu cewek. Bodoh banget gue," Rafa menggerutu sendiri sambil mengacak-acak rambutnya.

Setelah Rafa sampai di depan kelasnya, ia lalu mengedarkan pandangannya. Sesaat semua siswa terdiam karena melihat tatapan tajam Rafa disertai rambut yang terlihat acak-acakan, tidak biasanya Rafa begitu. Rafa selalu tampil rapi dengan segala atribut yang lengkap.

Rafa memutuskan untuk menjernihkan pikirannya di kelas namun ia malah mendapati kelas yang tampak acak-acakan.

###
TBC

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang