Terkadang aku heran apa kamu tidak merasakan kebusukannya _ Galuh.
Selamat Membaca
******************"Pagi !! semua," sapa Galuh di depan kelasnya sambil memberikan ciuman jarak jauhnya.
Para cowok-cowok yang mengaku menaruh hati dengan Galuh segera membalas kelakuannya, dan cewek-cewek menatap jijik.
"Etdah seneng banget sih. Ada apa nih?" kata Bela.
Galuh menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "He....he...he.. tadi diajak kenalan ama cogan."
Bela memutar bola matanya malas, "Otak lo isinya cogan semua, tobat elah."
"Oh iya Bel, gue mau tanya," kata Galuh sambil mendaratkan bokongnya di kursi.
"Kak Fa tu siapa lo?" tanyanya.
"Kak Fa??"
"Jangan pura-pura elah, tu mulut lo kemarin nyebut-nyebut nama 'Kak Fa' pas nglamun di kantin." Galuh menatap dengan penuh selidik.
Bela reflek menutup mulutnya, "Jadi gini gue tu punya temen masa kecil namanya Rafa, gue biasa panggil dia Kak Fa. Gue udah lama gak ketemu dia." Bela mulai berkaca-kaca. Ia menguatkan hatinya untuk tidak menangis mengingat kejadian 10 tahun silam.
"Em... Bel, kalo lo belum mau cerita jangan dipaksain." Galuh pun memeluk erat sahabat satu_satunya. Bela terlihat menggelengkan kepalanya lemah.
"Gue berpisah dengannya karena ... hiks.. hiks.. karena gue keseret gelombang laut. Gue jadi kangen sama Ayah, Ibu, Bang Leon, dan tentu Kak Fa. Gue kangen Luh !!" Bela menangis tersedu-sedu di dalam dekapan Galuh.
"Sstt .... Udah-udah. Jangan nangis malu diliatin temen-temen sekelas."
Bela melirik ke samping kanan lalu ke samping kirinya. Ia baru menyadari jika dirinya menjadi pusat perhatian sedari tadi.
"Ih... lo kok baru ngomongin gue sih," kata Bela sambil sesekali terdengar sesenggukannya.
"Lha lo daritadi nangis kok, jadi gue sebagai sahabat yang baik membari waktu buat lo nenangin diri dulu, udah deh jangan nangis lagi. Sorry, Bel kalo pertanyaan gue menyinggung soal masa lalu lo. Gue minta maaf,"
"Gak kok, Luh. Gue malah ngerasa lega setelah cerita sama lo," Bela lalu mengelap bekas air matanya.
"Galuh!"
"Ya friend, tumben manggil,"
"Yang tadi itu jangan kasih tahu siapa-siapa ya," mohon Bela.
"Ok ... rahasia lo aman sama gue ," kata Galuh sambil memamerkan jempolnya.
"Selamat Pagi Anak-Anak," sapa Pak Zia di depan kelas mengagetkan semua siswa.
Beberapa anak terburu-buru kembali menuju tempat duduknya. Pasalnya Pak Zia termasuk guru killer, itu yang dikatakan beberapa kakak kelas entah tujuannya untuk menakuti adik kelas atau sekedar memberitahu.
"Oh ya masih ingatkah dengan saya. Oke ... saya ulangi saja perkenalannya. Nama saya Achazia biasa dipanggil Pak Zia. Dan mulai hari ini saya menjadi guru matematika kalian," kata Pak Zia panjang lebar.
Terdengar tepuk tangan riuh saat Pak Zia menyisir rambutnya ke belakang. Terdengar decak kagum untuk guru muda ini.
Bela terkikik geli mengetahui Pak Zia memiliki nama yang terdengar cukup aneh. Tapi siapa sangka nama tersebut menyimpan arti yang cukup agung.
Tuk ... Tuk ....
Pak Zia memukul meja dengan ujung penggarisnya untuk membuat suasans kelas tenang.
"Kita mulai pagi ini dengan ulangan dadakan. Tenang saja soalnya tidak sulit hanya untuk mengetes seberapa pintar kalian."
Semua anak menggerutu, bayangkan saja Pak Zia belum memberikan materi apapun dan langsung memulai ulangan dan lagi soal yang katanya mudah ternyata sulitnya luar biasa. Bahkan Galuh telah menjedutkan kepalanya ke tembok berharap mendapat kepintaran mendadak.
***
Kriiiiiiinggggg
"Alhamdulillah," ucap Galuh bersemangat.
"Tumben nyebut," sindir Bela sambil merapihkan bukunya yang berserakan.
Mereka dengan tergesa-gesa menuju kantin untuk mengantri. Setelah membeli makanan dan minuman mereka terlihat mencari bangku kosong.
"Ah itu ada Lita, gabung yuk." Galuh hanya mengikuti langkah Bela dari belakang.
"Eh, Ta kita boleh gabung gak. Soalnya udah gak ada bangku kosong lagi."
Lita melirik sekilas lalu mengangguk. Ada rasa iri dihatinya tatkala melihat Galuh dan Bela yang selalu bersama. Bela dan Galuh pun mulai menikmati makanannya.
Lita menggigit bibirnya sambil bergumam, "Em, gue boleh tanya gak?"
Galuh menghentikan aktivitasnya lalu menatap Lita, "Ehem ... boleh aja kok," katanya dengan ramah.
"Boleh gak gue jadi sahabat lo berdua," katanya dengan hati-hati.
Bela mengangguk, "Okeh," kata Bela.
Galuh hamper saja tersedak ia buru-buru mengambil minumannya dan menghabiskannya hingga tak tersisa setetespun. Galuh bergantian menatap Lita lalu Bela. Ia merasa curiga dengan sikap Lita. Galuh pun hanya bisa mrnganggukkan kepalanya tanda ia ikut menyutujuinya.
"Asik," seru Lita sambil berteriak. Membuatnya menjadi pusat perhatian. Galuh yang duduk tepat di samping Lita, reflek membekap mulut Lita rapat-rapat.
"Gu-le-ga-hi-sa-her-na-pas," Lita buru-buru mrmukul tangan Galuh.
"Sorry-sorry gue tadi kaget. Makanya jangan teriak-teriak." Galuh menarik tangannya yang membekap LIta. Sedangkan Lita mengambil pasokan oksigen sebanyak-banyaknya.
"Ngaca mbak, lo juga sering teriak," sahut Bela.
"Hehehe ... itu mah khilaf," kata Galuh. Lita menoyor kepala Galuh sampil mengumpatinya yang disambut kekehan oleh Galuh.
"Ke kelas yuk bentar lagi masuk nih," kata bela sambil melirik jamnya.
Mereka segera bangkit dan menuju ke kelas. Lita yang di belakang mengekori Galuh dan Bela. Bela yang tertawa ringan tak menyadari seseorang yang menatapnya intens sambil tersenyum misterius.
###
TBC
Ada yang tahu arti nama lengkapnya Pak Zia ?

KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again
Подростковая литератураRosabela, gadis yang harus berpisah dengan keluarganya karena suatu hal. Ia sangat merindukan masa kecilnya. Masa dimana ia hanya berpikir tenang bermain dan bermain. Ia rindu orang tua kandungnya, kakaknya Leon, dan tentunya Kak Afa. Masalah-mas...