18. Sebuah Ajakan

9 3 1
                                    

Selamat Membaca
*******************

Bela meminum es buah yang dipesannya. Pandangannya tertuju pada bagian depan kantin. Ia melihat galuh yang berlari sambil sesekali melihat ke arah belakang.

"Luh!! Lo kenapa dah?"

"Host.... Host.... Minta minum Bel,"

"Nih, habis marathon lo?" tanya Bela meledek.

"Dikejar mantan, lah elo disini sendirian?"

"Riko ngejar lo lagi? Minta balikan?"

"Bukan Riko tapi ups, gak gak bukan," kata Galuh sambil membekap mulutnya.

Bela menatap Galuh penuh selidik, "Trus siapa?"

"Ih lo ngacangin pertanyaan gue, Lita dimana?" kata Galuh mengubah arah pembicaraan.

"Dia lagi di toilet, yang ngejar lo siapa Luh,"

"Oke-oke gini gue ceritain,"

Galuh pun mulai menceritakan kejadian yang barusan menimpa dirinya.

Galuh membaca kata demi kata pada buku novel yang diambilnya secara acak olehnya di perpustakaan sekolah. Entah setan mana yang menempel ditubuhnya. Mendadak ia ingin membaca di perpustakaan. Padahal ia tak meenyukai tempat sepi, tempat yang mayoritas dipakai anak-anak beasiswa untuk belajar atau tak jarang digunakana untuk berpacaran. Galuh tak menghiraukan ajakan Bela dan Lita yang merengek meminta dirinya untuk ikut ke kantin.

"Sejak kapan kamu jadi suka baca?"

Perkatan dari seorang cowok yang familier di telinganya membuatnya menghentikan acara membacanya. Ia hanya melirik sang empunya suara lalu tetap melanjutkan acara membacanya.

"Kamu gak harus ngehindarin aku mulu, Luh. Aku bisa jelasin semuanya,"

Rasanya Galuh ingin muntah mendengar Iqbal beraku-kamuan. Ya, Iqbal-lah yang mengganggunya. Cowok itu entah datang dri mana tiba-tiba muncul mengagetkan Galuh.

"Galuh, jangan diemin aku dong,"

"Hmm??"

"Kamu salah paham. Waktu itu aku di jebak,"

"Eh maaf kak. Kalo mau bullshit kapan-kapan aja ya, gue ada urusan," Galuh lantas membereskan bukunya. Tangannya sedikit terkepal menahan amarah yang siap membuncah.

"Dengerin aku dulu," Iqbal mencekal lengan Galuh.

"Waktu itu aku dijebak. Dan parahnya lagi cewek itu sepupu Rafa, aku jadi gak bisa marah. Maafin aku,"

"Sekalinya playboy tetep playboy," Galuh lantas menghempaskan tangan Iqbal lalu beranjak pergi meninggalkan Iqbal yang berdiri mematung.

"Habis itu gue lari kesini," tutur Galuh.

"Lha emang ada masalah apa sih sampe lo putus sama dia. Eh maaf kalo gue gak boleh tahu juga gak apa-apa kok lo gak usah cerita,"

"Dulu, waktu itu di kafe gue liat Iqbal, padahal udah gue telfon dia buat nemenin gue minum kopi di kafe itu. Katanya dia lagi ada acara sama keluarganya, jadi gue maklumi. Gue akhirnya buntutin dia, eh ternyata ada Rafa sama Indri yang ikut kumpul lalu gue gak tahu ada siapa aja mungkin gengnya. Tiba-tiba tu ada cewek yang ny..." Galuh tiba-tiba menghembuskan nafas kesal. Pasalnya ia melihat Iqbal menghampiri mejanya dan Bela.

"Gabung yak,"

Bela dan Galuh mendongak menatap cowok yang tadi mereka bicarakan.

"Iya kak,"

Hening kembali dirasakan, Iqbal duduk disamping Bela diikuti Siwi, Rafa, lalu Indri.

"Bel foto yuk. Gabut nih," Iqbal mencoba mencairkan suasana.

"Hah, aku kak?"

"Iya, foto yuk. Sini deketan dikiit," Iqbal merangkul pundak Bela.

Bela lantas melirik Galuh, yang dilirik balas mengangkat bahunya. Bela segera memposisikan tubuhnya lalu memasang pose imut.

Cekrek....

Cekrek....

Cekrek....

Berkali-kali mereka berganti pose, sanmpai-sampai Rafa mentap mereka jengah.

"Rugi lo nolak ajakan cowok ganteng kaya gue ini," kata Iqbal sambil berpura-pura membetulkan krah bajunya bergaya bak artis.

"Muntah gue dengernya," kata Indri, ia mengambil cup milk milik Iqbal lalu meminumnya.

"Iya in," sahut Rafa yang sedang sibuk mengotak-atik handphonenya.

"Lo cantik Bel," celetuk Iqbal sambil melihat-lihat hasil jepretan dirinya dengan Bela di handphonenya

Mendengar pernyataan Iqbal sontak Indri menyemburkan minumannya yang belum ia telan.

"Uhuk, uhuk, uhuk,"

"Pelan, pelan Kak Indri," Galuh menepuk-nepuk pundak Indri untuk meredakan batuknya. Tapi bukannya mereka Indri malah bertambah batuk.

"Ih kok gue disemprot sih, tau aja kalo gue belum mandi," bukannya marah, ia malah menampilkan wajah melasnya. Padahal ia hanya terkena sedikit cipratan minuman. Siwi yang peka menyodorkan tisu yang ia bawa.

"Makasih Siwi Cantik!!" balas Iqbal.

"Dasar playboy," bukan Indri yang mengatakannya seperti biasa tapi Bela. Ia lalu tertawa diikuti Galuh dan Indri. Sedangkan Rafa terdiam melihat senyum Bela yang terlihat sedikit menawan.

Apa? Menawan? Mungkin Rafa sedikit gila, ingatkan dia untuk memeriksa kegilaannya.

"Temen lo yang satunya dimana?" tanya Rafa kepada Bela yang didepannya.

"Oh, Lita, dia tadi ke toilet," balas Bela.

Perkataan Bela hanya mendapat anggukan dari Rafa. Tuhkan dingin lagi. Bela tak mengambil pusing pertanyaan Rafa yang menurutnya sedikit aneh.

"Gue cabut," pamit Rafa kepada temannya.

"Nanti lo pulang bareng gue," lanjut Rafa sambil menatap Bela.

###
TBC

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang