Part 20

1.5K 64 11
                                    

Seorang bapak tua terlihat telaten mencuci mobil kijang Innova hitam di pekarangan rumah besar bercat coklat tua yang terletak di komplek elit daerah Tarogong. Selain itu ada seorang tukang kebun bertopi jerami yang sedang menyiangi rumput jarum di taman khas jepang yang terletak persis di pinggir kanan rumah, menyatu denga kolam ikan koi dan gazebo kecil berwarna abu-abu.

Tak lama kemudian, seorang pria tampan dengan setelan santai keluar dari rumah diikuti oleh seorang wanita berjilbab biru modis yang menggendong bayi laki-laki. Bayi itu mewarisi hidung ayahnya yang mancung dan kulit putih bersih ibunya.

"Akang pulang kapan?" Tanya wanita itu sambil membetulkan letak gendongan anaknya yang miring,

"Siang juga beres, aku cuma ke peternakan,"Jawab pria yang bernama Dahlan itu,

"Jangan lama-lama ya, kan mau ke Emak," Tukas Salwa istrinya, dia lalu mencium tangan Dahlan sebelum suaminya masuk mobil disopiri oleh bapak tua yang mencuci Innova tadi.

Mobil itu lalu keluar dari pekarangan rumah menuju peternakan sapi milik Dahlan yang berada di daerah Malangbong,

Salwa menghela napas pelan lalu tersenyum lebar, sambil menimang-nimang Robi anaknya, dia bersenandung pelan melihat-lihat situasi di luar rumah, beberapa tetangga yang baru berangkat kerja menyapanya hangat.

Handphone di sakunya bergetar, cepat-cepat dia ambil lalu menekan tombol hijau,

"Halo Mak? iyaa jadi Mak, kan Wawa udah bilang jadi kemaren," Sahutnya ketus, dasar orang tua, gak sabaran banget sih, maki Salwa dalam hati,

"Emak kan cuma mastiin aja, yaudah ditunggu di rumah nanti malem ya, udah kangen pingin gendong Robi." Kata Emak di telepon, tak lama kemudian Salwa menutup teleponnya dan masuk ke dalam rumah, dia menyerahkan Robi kepada Bi Mirna pembantunya untuk dimandikan, sementara Salwa sendiri bergegas menyiapkan katering yang sudah datang dari subuh untuk lima belas orang. Hari itu giliran dia menjadi tuan rumah arisan rutin sebulan sekali.

Salwa baru saja selesai menata nasi kuning di meja makan yang sudah dipindahkan ke ruang keluarga ketika Sintra, Hani, Fattahnia, Lana dan Bella, peserta arisan yang juga teman SMA nya masuk ke pekarangan rumah. Tiga diantara mereka menggendong anak masing-masing. Salwa menghampiri mereka di pintu masuk, segera saja rumah itu menjadi lebih berisik dibanding konser Slipknot feat marching band takbiran. Mereka berlima membantu Salwa merapikan meja makan sembari bercanda satu sama lain, mengenang perilaku mereka ketika menjadi ikon fashion di SMA.

"Wa," Hani menghampiri Salwa yang sedang menyalakan lilin. "Ari suami kamu teh kamana?"

"Ke peternakan, biasa lah," Jawab Salwa sekenanya,

"Iihh meuni hebat yah suami kamu, alhamdulillah suami aku juga sekarang teh lagi gak di rumah, dinas ke Portugal sebulan, biasa lah disuruh menteri."

Gak nanya, desis Salwa, ditutupi dengan senyum sumringah dan pujian palsu,

Satu persatu peserta arisan lain mulai berdatangan, satu jam kemudian, acara itu pun dimulai. Anak-anak mereka sementara diamankan di dalam kamar Salwa ditemani oleh Bi Mirna dan beberapa nanny yang ikut majikan mereka arisan.
"Ehm, Ya, ibu-ibu, Teteh-teteh," Fattahnia membuka acara. "Hari udah pada tau lah ya, yang belum menang tinggal Salwa sama Hani," Dia melempar senyum kepada Salwa yang terlihat percaya diri, hanya beberapa orang yang menyadari sikap Hani yang agak diam dibanding biasanya.

Fattahnia mengambil gelas yang sudah ditutupi dengan kertas tebal berlubang di tengah. Dia mengocok gelas itu agak lama supaya semua orang semakin penasaran. Hani terlihat menunduk sambil memejamkan mata, tangannya terkepal erat memegangi bantal sofa.

Love of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang