Suara renyah sang radio jockey di seberang sana menutup siaran di pagi hari yang cerah ini dengan lagu milik Shaun yang berjudul Way Back Home. Mingyu termasuk orang yang sangat jarang sekali mendengarkan musik, sudah bisa dipastikan ia tidak up to date dengan perkembangan musik jaman sekarang. Sekalinya ia menyalakan pemutar musik, lagu-lagu yang terputar adalah lagu generasi beberapa dekade ke belakang, kadang Wonwoo sampai pusing mendengarnya. Mulai dari lagu yang masih Wonwoo ingat jangkauannya karena sang Ayah dulu sering memutarnya, sampai lagu yang ia tidak kenali, bahkan mendengar selentingan pun tidak. Ya begitulah selera absurd suaminya. Tapi Wonwoo merasa baik-baik saja dengan segala apa yang ada di dalam diri Mingyu. Penerimaan yang ikhlas sebagai suami istri membuat dirinya tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan dan friksi-friksi yang timbul di antara keduanya.
Remember when I told you
"No matter where I go
I'll never leave your side
You will never be alone"
Even when we go through changes
Even when we're old
Remember that I told you
I'll find my way back homeAda kedamaian saat Mingyu mendengarkan lirik lagu itu dengan saksama. Dari judulnya saja ia sudah bisa menduga apa isi lagu tersebut. Tentang perjalanan menemukan kembali rumah tidak peduli seberapa jauh ia melangkah pergi. Karena semakin lama Mingyu hidup, ia mulai menyadari bahwa rumah tak melulu berbentuk sebuah bangunan, kadang perasaan, waktu, atau bahkan kehadiran seseorang juga bisa disebut rumah. Ia melirik sekilas pada sosok manis yang sedang ikut menyenandungkan lagu yang terputar dari radio di mobil Mingyu, rambut cokelatnya bergoyang-goyang karena anggukan kepala yang ritmis mengikuti irama. Tidak ada rumah ternyaman selain peluk seorang Jeon Wonwoo.
"Dengar lagu ini rasanya aku ingin putar balik dan kembali pulang, Sweetheart." Mingyu menyeletuk, jemari tangannya yang memegang setir tanpa sadar ikut bergoyang bersama irama lagu itu.
"Eh memangnya kenapa?" Sosok manis itu menoleh, melihat Mingyu lekat-lekat dengan tatapan lembut yang bertanya-tanya.
"Ya rasanya aku hanya ingin di rumah saja, di kamar kita, memelukmu seharian. Tidak penat melihat penuhnya restoran atau mendengar gaduhnya suara Seokmin dan Seungkwan." Seketika Wonwoo tertawa mendengar penuturan acak suami tampannya.
"Kita sudah sering melakukan itu Mingyu, lagipula ini baru saja awal minggu, masa kau sudah tidak bersemangat saja sih. Akhir pekan kita akan berpelukan seharian. Ah, tidak perlu menunggu akhir pekan, nanti malam kita juga bisa berpelukan semalam suntuk." Tangan dengan jemari ramping itu mengelus pelan lengan Mingyu, menyalurkan afeksi yang menenangkan bagi pria tinggi itu.
"Kau tahu tidak, kalau sedang memelukmu rasanya aku tidak ingin tidur." Mingyu berkata lagi, pandangan matanya kini menerawang ke arah jalanan di depannya.
"Lho, memangnya kenapa? Pantas saja beberapa waktu aku sering sekali melihatmu terlihat tidak segar saat pagi hari." Kening Wonwoo mengernyit heran mendengar penuturan Mingyu.
"Karena aku tidak mau membuang waktuku. Kalau tidur, waktu bersamamu akan terlewat dengan cepat. Hmmh ... Tahu-tahu sudah pagi saja. Lalu kita akan sibuk dengan pekerjaan masing-masing." Pria tampan itu mencebik, memajukan bibirnya. Sebuah rajukan yang terlihat imut di mata Wonwoo. Mingyu, pria tampan berbadan kekar, hanya bisa merajuk di hadapannya. Kalau sudah begini, Wonwoo adalah manusia terpilih yang paling beruntung. Akhirnya mereka sampai di gedung kantor Wonwoo, sebelum turun ia sempatkan untuk mengecup pipi Mingyu yang semakin hari terlihat semakin berisi.
Baru saja Wonwoo membalikkan tubuhnya untuk membuka pintu mobil, Mingyu sudah lebih dulu menariknya untuk menyesap dengan lembut bibir merah muda yang tipis itu. Ah, mengapa semua bagian tubuh Wonwoo seakan-akan menjadi candu untuk dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet [Meanie] ✓
FanfictionBittersweet moment kehidupan pernikahan Jeon Wonwoo dan Kim Mingyu, apa jadinya?