Jam sudah menujukan pukul 05.00 Safira tengah mengendarai mobilnya, sehabis dari kampus Ia nongkrong sebentar bersama Nabila, Aura dan Riza tentunya, mereka ber empat sudah berteman sejak lama.
prok
Kaca mobil yang dikendarai Safira tiba-tiba saja kabus, seperti ada orang yang melemparkan telur tepat dikaca mobil depannya ia melihat itu ia langsung turun.
"Siapa sih yang jail kayak gini kurang kerjaan banger tau gak" gerutunya sambil keluar dari mobil untuk melihat seberapa parah mobilnya saat ini.
"Hei manis" ucap seseorang dari belakang, Safira langsung saja ia menoleh melihat asal suara itu.
"Siapa kalian" ucapnya takut, Safira dapat melihat ada 2 orang preman yang menyeramkan.
"Gak perlu tau siapa kami sekarang lo serahin semua uang lo, ponsel lo, dan mobil lo" ucap salah seorang dari mereka sambil menodongkan pisau.
"Duh bang kalau harta benda nih aku kasih tapi kalau mobil nanti Safira pulangnya pakek apa" ucapnya sambil menyodorkan ponsel dan tasnya.
"Emang nya gue bapak Lo" sahut salah seorang pereman lagi.
"Ya enggak sih"
"Yaudah sini kunci mobil lo, lama amat" salah seorang pereman ingin merampas kunci mobil yang dipegang Safira namun ia segera menghindar.
"Jangan lah bang plis"
"Wah main-main nih bocah. Lo belum tau siapa gue. Gue preman dikawasan ini jadi jangan macem-macem lo. Jadi sini kuncinya" ucapnya sambil menyodorkan pisau kepada Safira, Karna sudah sangat takut Safira pun pasrah memberi kan kunci mobil miliknya.
"Bos kalau dilihat-lihat cantik juga nih bocah" ucap preman yang dari tadi ada dibelakang,
Mendengar hal itu nyali Safira langsung menciut, Ia meneguk ludahnya kasar dan berjalan mundur pelan.
"Eh mau kemana" ucap preman itu mengetahui bahwa Safira ingin pergi.
"Lepasin.... TOLONG... TOLONG..." teriaknya saat seorang preman telah memegang tangan nya.
"Eh bocah bisa diem gak lo" preman itu menutup mulut Safira menggunakan tangannya.
"Ya allah tolong Safira" ucap Safira dalam hati.
"Nih lo bawa mobilnya bisa nyetirkan lo"
"Bisa dong bos" preman tersebut langsung masuk kedalam mobil milik Safira.
Preman yang membekap mulut Safira juga hendak memasukkan Safira dalam mobil, namun Safira memberontak ia mengigit tangan preman itu lalu menyikut perutnya dan ia berhasil lepas.
"Woy mau lari kemana lo"
Safira terus berlari tak menghiraukannya teriakan preman preman itu, Ia berlari sambil melepas sepatunya yang tidak terlalu tinggi itu mencampakkan nya asal, ia terus berlari sambil mengharap ada orang yang mau menolongnya.
"Kejar "
Mendengar itu Safira langsung bingung entah mau kemana? ia melihat ada kardus. Entahlah Safirw tak peduli itu kardus apa namun ukurannya besar ia yakin kalau dirinya bisa bersembunyi disebalik kardus tersebut.
"Kemana dia bos"
"Ah sialan dia berhasil kabur"
"Yasudah ayo kita kembali"
Begitulah ucapan kedua preman itu yang berhasil ia dengar disebalik kardus, Ia merasa sedikit tenang namun juga bingung plus. Ia bingung bagaimana caranya agar ia bisa mengabari keluarganya kalau ia keluar ia takut jika bertemu preman itu lagi bahkan mungkin ada preman-preman lain, Safira menyesal kenapa dia harus lewat jalan ini. Ia juga sangat lapar. Ia melihat kearah jarum jamnya waktu menunjukkan pukul 06:30
"Ya allah bantu Safira. Safira takut, Bunda, Ayah Lestari, Faaz, Riza, Nabila, Aura dan siapa pun tolong Safira, Safira takut" ucapnya dengan suara pelan dan air mata yang tidak ada hentinya mengalir dari matanya.
________
Tepat di kediaman keluarga Malik, Dania kini tengah mengahawatirkan putri bungsunya sebab tak biasanya jam segini Ia belum pulang.
"Ayah Safira sudah pulang belum yah?" tanya Dania pada sang suami yang tengah duduk di sofa.
"Belum tuh Bun" ucap Rama sambil meletakkan korannya.
"Apa kita cari aja ya Yah, soalnya dari tadi Bunda telponin juga ga bisa no nya" ucapnya khawatir.
Tok tok tok
"Itu pasti Safira"
"Yaudah langsung buka aja pintunya mah" tanpa berpikir dua kali Dania langsung membuka pintu.
"Assalamualaikum Bun"
"Lestari mamah kira Safira" terlihat jelas perubahan raut wajah Dania disana yang diikuti oleh Rama di belakangnya.
"Loh Safira kemana memangnya Bun" Ucap Lestari sambil mencium punggung tangan dania dan juga Rama bergantian.
Di ikut oleh Faiz yang ikut mencium tangan Dania dan Rama, Ia kemari tadi bersama Faiz, Ia memohon pada pria itu untuk di antar kemari agar segera menemui Safira.
"Itulah Bunda juga bingung biasa dia pulang dari kampus enggak kayak gini biasanya paling lama tuh jam 05.00 juga dia udah pulang" jelasnya pada putrinya.
"Udah Bunda telpon belum dia"
"Udah tapi gak dianggkat sama adek kamu" ucapnya menggengam tangan sang Putri.
"Astaga kamu kemana sih Saf" Lestari mengeluarkan ponselnya menekan beberapa angka disana.
"Iya Bun, no nya ga aktif. Bunda udah coba hubungin teman teman nya belum Bun" Dania menggeleng menjawab pertanyaan Lestari.
"Bunda ga tau no mereka Tar" Ucap Dania, Lestari langsung mencek ponselnya melihat ada kah no salah satu teman sang adik padanya.
"Mana Faaz, Tari? kok kamu sama Faiz"
"Oo Faaz masih di kantor Yah, nanti sepulang dari kantor dia langsung kemari kok yah" Sahut Lestari sambil mengotak atik ponselnya nya
"Assalamualaikum, ada apa nih kok kayak muka nya khawatir semua" ucap seseorang yang baru datang.
"Sayang Safira hilang yang. no nya ga bisa di hubungin" Jelas Lestari saat melihat sang suami datang. Faaz baru saja sampai di kediaman Malik, Ia melihat yang lain masih di luar dengan raut wajah yang berbeda beda.
"Astaga kenapa ga langsung di cari, yaudah kamu hubungin teman teman nya biar Aku, Ayah sama Faiz yang nyari langsung" jelasnya pada semua orang.
Faiz ingin sekali menolak ucapan Faaz, bagaimana bisa ia memutuskan hal ini secara sepihak seperti itu lagian Ia sangat malas berurusan dengan gadis itu, tapi mana mungkin Ia menolak hal ini.
"Ayo iz" tarikan Faaz berhasil membuyarkan lamunannya.
Faiz langsung memasuki mobilnya setelah mendapatkan intruksi ke arah mana yang akan Ia tuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU ISTRIKU [selesai]
General FictionDijodohkan?? memangnya masih masih ada perjodohan di jaman serba modren seperti ini. Awal pertemuan karna kesalah pahaman dan berakhir menjadi suami istri, sungguh takdir yang tak terduga, bukan?